SINDROM PATAH HATI: Dapatkah DICEGAH? Ini Cara Merawat Diri

SINDROM PATAH HATI: Dapatkah DICEGAH? Ini Cara Merawat Diri

Meski tidak bisa dicegah sepenuhnya, sindrom patah hati dapat dikelola dengan cara menjaga kesehatan fisik dan mental. Apa saja yang bisa dilakukan?

Dunialansia.com – Sahabat Lansia, seperti kata pepatah, mencegah lebih baik daripada mengobati. Meskipun belum ada cara pasti untuk mencegah sindrom patah hati, berbagai langkah bisa kita lakukan untuk mengurangi risikonya.

Sindrom patah hati atau kardiomiopati takotsubo terjadi ketika sebagian otot jantung melemah secara tiba-tiba, terutama pada ventrikel kiri. Gejalanya mirip dengan serangan jantung.

Biasanya dipicu oleh stres emosional atau fisik yang berat, sindrom patah hati lebih sering terjadi pada wanita pascamenopause.

Meksipun dapat sembuh dalam waktu singkat, sindrom patah hati juga dapat menimbulkan komplikasi serius dan bahkan bisa fatal.

 

PENANGANAN DAN PEMANTAUAN

Tidak ada obat khusus untuk menyembuhkan sindrom patah hati. Penanganannya bergantung pada gejala yang muncul dan kondisi kesehatan lain yang menyertai,  seperti tekanan darah rendah atau cairan di paru-paru.

Dalam beberapa kasus, dokter mungkin menyarankan pemeriksaan, seperti ekokardiogram, sekitar 4—6 minggu setelah pemulihan. Tujuannya adalah memastikan ventrikel kiri jantung berfungsi normal kembali dan tidak ada masalah kesehatan jantung lainnya.

Jika sindrom patah hati dipicu oleh kondisi medis, seperti stroke, kejang, atau asma, penting untuk berkonsultasi rutin dengan dokter agar kondisi-kondisi ini tetap terkendali.

Segera hubungi tenaga medis jika muncul gejala baru atau jika gejala yang sudah ada memburuk dan mengganggu aktivitas sehari-hari.

 

BISAKAH DICEGAH?

Hingga kini belum ada cara pasti untuk mencegah sindrom patah hati. Namun, menjaga kesehatan emosional dan fisik bisa membantu mengurangi risikonya.

# Mengelola stres dengan bijak:

  • Melakukan relaksasi melalui yoga, meditasi, atau menulis jurnal.
  • Mandi air hangat atau menggunakan aroma terapi.
  • Mengambil napas panjang dan dalam saat merasa tegang, lalu mengembuskannya perlahan.
  • Bergabung dengan kelompok pendukung atau berkonsultasi konseling.

# Menerapkan gaya hidup sehat:

 

RAWAT DIRI, CEGAH KEKAMBUHAN

Setelah mengalami sindrom patah hati, ada kemungkinan (sekitar 4–10 persen) kondisi ini bisa kambuh di kemudian hari.

Karena itu, sangat penting untuk mengonsumsi obat sesuai anjuran dan rutin berkonsultasi dengan dokter, serta menjaga gaya hidup sehat dan stabil secara emosi.

Sahabat Lansia, merawat diri bukan hanya soal menjaga fisik, tapi juga hati. Dengan perhatian yang cukup pada emosi dan kebiasaan sehat, kita bisa membantu jantung tetap kuat dan tak mudah “patah”. (*)

 

Sumber:
Cleveland Clinic, Harvard Health

 
Foto:
Freepik

 

 

Sahabat Lansia, dunialansia.com bukan merupakan praktik konsultasi medis, diagnosis, ataupun pengobatan. Informasi di situs web ini tidak boleh digunakan sebagai pengganti konsultasi atau saran medis profesional. Bila Sahabat Lansia memiliki masalah kesehatan atau penyakit tertentu atau kebutuhan medis yang spesifik, konsultasikan dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan profesional.
Yuk, berbagi artikel ini agar manfaatnya dirasakan oleh banyak orang.