KURANG TIDUR DI USIA PARUH BAYA DAPAT MENINGKATKAN RISIKO DEMENSIA

KURANG TIDUR DI USIA PARUH BAYA DAPAT MENINGKATKAN RISIKO DEMENSIA

Mereka yang tidur enam jam atau kurang per malam di usia 50-an dan 60-an lebih mungkin mengalami demensia di kemudian hari, menurut penelitian.

Dunialansia.com – Sahabat Lansia, banyak penelitian tentang risiko tidur dan demensia telah mengikuti peserta selama kurang dari satu dekade dan berfokus pada orang-orang berusia di atas 65. Penelitian baru menemukan, kurang tidur di usia paruh baya dapat meningkatkan risiko demensia.

Penelitian yang dipimpin oleh Dr. Séverine Sabia dari Inserm dan University College London meneliti bagaimana pola tidur dapat memengaruhi timbulnya demensia beberapa dekade kemudian.

Studi ini didukung sebagian oleh National Institute on Aging (NIA) milik National Institute of Health (NIH). Temuannya dimuat di Nature Communications pada 20 April 2021.
 

Mereka yang tidur enam jam atau kurang per malam di usia 50-an dan 60-an lebih mungkin mengalami demensia di kemudian hari.

Para peneliti memeriksa data dari hampir 8.000 orang di Inggris mulai usia 50. Peserta dinilai berdasarkan berbagai macam pengukuran, termasuk ditanya pada enam kesempatan antara 1985 dan 2016 tentang berapa jam mereka tidur dalam semalam.

Untuk menilai keakuratan pelaporan mandiri ini, beberapa peserta mengenakan akselerometer guna mengukur waktu tidur secara objektif. Selama penelitian berlangsung, 521 peserta didiagnosis menderita demensia, dengan usia rata-rata 77 tahun.

Analisis data menunjukkan, orang berusia 50-an dan 60-an yang tidur selama enam jam atau kurang memiliki risiko lebih besar terkena demensia di kemudian hari. Tak demikian halnya dengan mereka yang tidur normal (didefinisikan sebagai 7 jam). Orang yang kurang istirahat setiap malam memiliki kemungkinan 30% lebih besar untuk didiagnosis menderita demensia.
 

Durasi tidur yang pendek selama usia paruh baya dapat meningkatkan risiko terkena demensia di kemudian hari.

Para peneliti menyesuaikan model mereka untuk memperhitungkan faktor-faktor lain yang diketahui memengaruhi pola tidur atau risiko demensia, termasuk merokok, aktivitas fisik, indeks massa tubuh, dan kondisi medis, seperti diabetes dan penyakit jantung. Mereka juga memisahkan orang-orang dengan penyakit mental, seperti depresi, yang sangat terkait dengan gangguan tidur.

Temuan ini menunjukkan, durasi tidur yang pendek selama usia paruh baya dapat meningkatkan risiko terkena demensia di kemudian hari. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi hubungan ini dan memahami alasan yang mendasarinya.

“Meskipun kami tidak dapat memastikan bahwa kurang tidur benar-benar meningkatkan risiko demensia, ada banyak alasan mengapa tidur malam yang cukup dapat bermanfaat bagi kesehatan otak,” kata Sabia.

Tidur yang berkualitas diketahui memainkan peran penting dalam konsentrasi dan pembelajaran, serta suasana hati dan kesehatan secara keseluruhan.(*)

Baca Juga:

 

Sumber: NIH (27/4/2021)
Foto: Freepik

 

 

Sahabat Lansia, situs dunialansia.com bukan merupakan praktik konsultasi medis, diagnosis, ataupun pengobatan. Informasi di situs ini tidak boleh digunakan sebagai pengganti konsultasi atau saran medis profesional. Bila Sahabat Lansia memiliki masalah kesehatan atau penyakit tertentu atau kebutuhan medis yang spesifik, konsultasikan dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan profesional.
Yuk, berbagi artikel ini agar manfaatnya dirasakan oleh banyak orang.