USIA 70-AN: Kehilangan Pendengaran, Masalah Umum pada Lansia

USIA 70-AN: Kehilangan Pendengaran, Masalah Umum pada Lansia

Kehilangan pendengaran terkait usia disebut presbikusis, yaitu kehilangan pendengaran yang terjadi secara bertahap seiring bertambahnya usia dan biasanya terjadi pada kedua telinga. Kehilangan pendengaran berpengaruh terhadap kesehatan kognitif dan penggunaan alat bantu dengar dapat memperlambat penurunan kognitif.

Dunialansia.com – Sahabat Lansia, kehilangan pendengaran merupakan masalah umum pada lansia. Sekitar sepertiga lansia mengalami kehilangan pendengaran dan risikonya meningkat seiring bertambahnya usia.

Banyak hal yang memengaruhi pendengaran kita seiring bertambahnya usia.

  • Perubahan pada telinga bagian dalam yang dapat memengaruhi pendengaran.
  • Perubahan terkait usia di telinga bagian tengah dan perubahan kompleks di sepanjang jalur saraf dari telinga ke otak.
  • Paparan kebisingan dalam jangka panjang.
  • Beberapa kondisi medis, seperti tekanan darah tinggi dan diabetes pada lansia.
  • Obat-obatan yang bersifat racun bagi sel-sel sensorik di telinga (misalnya, beberapa obat kemoterapi).
  • Gen tertentu membuat beberapa orang lebih rentan terhadap gangguan pendengaran seiring bertambahnya usia.
  • Kelainan telinga tengah (jarang terjadi), seperti otoklerosis, dapat memperburuk pendengaran seiring bertambahnya usia.

 

KEHILANGAN PENDENGARAN TERKAIT USIA

Kehilangan pendengaran terkait usia disebut presbikusis, yaitu kehilangan pendengaran yang terjadi secara bertahap seiring bertambahnya usia.

Kehilangan pendengaran dialami oleh sekitar sepertiga lansia 65—74 tahun dan sekitar setengah dari lansia di atas 75 tahun. Secara global, kehilangan pendengaran memengaruhi lebih dari 80% lansia berusia 80 ke atas, sering kali dialami bersamaan dengan kondisi kesehatan jangka panjang lainnya.

Kehilangan pendengaran biasanya terjadi pada kedua telinga seiring bertambahnya usia.

Kehilangan pendengaran membuat kita sulit memahami dan mengikuti saran dokter, menanggapi peringatan, serta mendengar telepon, bel pintu, dan alarm asap. Kita pun sulit menikmati percakapan dengan keluarga dan teman, yang menyebabkan perasaan terisolasi.

Oleh karena itu, periksakan ke dokter jika mencurigai ada masalah pendengaran. Apalagi,  kehilangan pendengaran terjadi secara bertahap, sehingga lansia mungkin tidak menyadari telah kehilangan sebagian kemampuan mendengar.
 
Artikel terkait:  10 Tanda Kehilangan Pendengaran pada Lansia

Kehilangan pendengaran juga berpengaruh terhadap kesehatan kognitif.

Penelitian menunjukkan, lansia yang mengalami kehilangan pendengaran berisiko lebih besar terkena demensia. Tak demikian halnya dengan lansia yang memiliki pendengaran normal. Penelitian lain menunjukkan, penggunaan alat bantu dengar dapat memperlambat penurunan kognitif.

Dampak lain kehilangan pendengaran pada lansia ialah depresi atau menarik diri dari orang lain lantaran frustrasi atau malu karena tidak memahami perkataan orang lain. Hal ini bisa menyebabkan kesepian dan isolasi sosial—meningkatkan risiko kehilangan memori seiring bertambahnya usia.

Kehilangan pendengaran, meskipun dalam jumlah kecil, juga berkaitan dengan peningkatan risiko terjatuh. Keselamatan pribadi maupun publik juga dapat terancam, seperti mengemudi jadi tidak aman karena sulit atau sama sekali tidak dapat mendengar suara-suara peringatan. (*)

Berikutnya: Indra Perasa dan Penciuman

Sebelumnya:
* USIA 70-AN: Risiko Penyakit dan Kondisi Mata Meningkat Seiring Bertambahnya Usia
* USIA 70-AN: Apa yang Terjadi dengan Otak Kita? Kehilangan Ingatan Tidak Selalu Berarti Demensia

 

Artikel Terkait:
* Tips Berkomunikasi dengan Lansia yang Mengalami Gangguan Pendengaran
* Omega-3 Bantu Mencegah Gangguan Pendengaran Seiring Bertambahnya Usia
* Mengatasi Gangguan Pendengaran Untuk Bantu Kesehatan Otak

 

Sumber: National Institute on Aging (NIA, 19/1/2023); National Institute on Deafness and Other Communication Disorders (NIDCD, 17/3/2023); WebMD (28/8/2023)
Foto: Freepik

 

 

Sahabat Lansia, situs dunialansia.com bukan merupakan praktik konsultasi medis, diagnosis, ataupun pengobatan. Informasi di situs ini tidak boleh digunakan sebagai pengganti konsultasi atau saran medis profesional. Bila Sahabat Lansia memiliki masalah kesehatan atau penyakit tertentu atau kebutuhan medis yang spesifik, konsultasikan dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan profesional.
Yuk, berbagi artikel ini agar manfaatnya dirasakan oleh banyak orang.