KESEPIAN DAN ISOLASI SOSIAL MENINGKATKAN RISIKO KEHILANGAN MEMORI SEIRING BERTAMBAHNYA USIA

KESEPIAN DAN ISOLASI SOSIAL MENINGKATKAN RISIKO KEHILANGAN MEMORI SEIRING BERTAMBAHNYA USIA

Studi baru menunjukkan, kesepian memiliki dampak negatif yang lebih besar terhadap ingatan dibandingkan isolasi sosial, meskipun keduanya menimbulkan risiko yang signifikan terhadap populasi lansia.

Dunialansia.com – Sahabat Lansia, kesepian dan isolasi sosial rentan dialami oleh lansia. Padahal, kesepian dan isolasi sosial berdampak buruk terhadap kesehatan. Penelitian telah membuktikannya. Yang terbaru, kesepian dan isolasi sosial meningkatkan risiko kehilangan memori seiring bertambahnya usia.

Sebuah studi dari University of Waterloo (10/7/2024) menunjukkan, kesepian memiliki dampak negatif yang lebih besar terhadap ingatan dibandingkan isolasi sosial, meskipun keduanya menimbulkan risiko yang signifikan terhadap populasi lansia.

Kesepian adalah emosi subjektif yang mungkin dirasakan seseorang, bahkan ketika sedang melakukan aktivitas sosial. Hal ini sering dikaitkan dengan depresi dan peningkatan hormon stres yang dapat menyebabkan gangguan memori.

KESEPIAN MEMILIKI DAMPAK TERBESAR KEDUA TERHADAP INGATAN

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Archives of Gerontology and Geriatrics ini meneliti empat kombinasi yang berbeda dari isolasi sosial dan kesepian: isolasi sosial dan kesepian, hanya isolasi sosial, hanya kesepian, dan tidak keduanya.

Para peneliti menyelidiki pengaruh empat kombinasi tersebut terhadap ingatan orang dewasa paruh baya dan lansia selama periode enam tahun.

“Seperti yang kami duga, orang-orang yang terisolasi secara sosial dan kesepian mengalami penurunan daya ingat terbesar, yang meningkat selama enam tahun,” kata Ji Won Kang, penulis utama makalah tersebut.

“Namun kami terkejut ketika menemukan bahwa kesepian saja memiliki dampak terbesar kedua terhadap ingatan, meskipun begitu banyak penelitian yang melaporkan bahaya isolasi sosial tanpa mempertimbangkan kesepian,” lanjut kandidat PhD pada School of Public Health Sciences di Waterloo ini.

Mereka yang tidak kesepian tetapi terisolasi secara sosial mungkin menstimulasi kapasitas mentalnya dengan aktivitas solo, seperti membaca, bermain game, serta melakukan hobi yang dapat meningkatkan daya ingat dan menstimulasi otak, meskipun tidak terlibat dalam aktivitas sosial.

Mengutip CDC, kesepian adalah perasaan sendirian, terlepas dari jumlah kontak sosial, sedangkan isolasi sosial adalah kurangnya koneksi sosial. Isolasi sosial dapat menyebabkan kesepian pada sebagian orang, sementara sebagian lainnya dapat merasa kesepian tanpa terisolasi secara sosial. (*)

Dampak Isolasi Sosial dan Kesepian Terhadap Kesehatan

Terdapat bukti kuat, banyak orang berusia 50 ke atas yang terisolasi secara sosial atau kesepian sehingga membahayakan kesehatan mereka (CDC, 29/4/2021):

  • Isolasi sosial secara signifikan meningkatkan risiko seseorang mengalami kematian dini akibat segala sebab, ini risiko yang dapat menyaingi risiko merokok, obesitas, dan kurangnya aktivitas fisik.
  • Hubungan sosial yang buruk (ditandai dengan isolasi sosial atau kesepian) dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung sebesar 29% dan peningkatan risiko stroke sebesar 32%.
  • Isolasi sosial dikaitkan dengan peningkatan risiko demensia sekitar 50%.
  • Kesepian dikaitkan dengan tingkat depresi, kecemasan, dan bunuh diri yang lebih tinggi.
  • Kesepian di antara pasien gagal jantung dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian hampir 4 kali lipat, peningkatan risiko rawat inap sebesar 68%, dan peningkatan risiko kunjungan ke unit gawat darurat sebesar 57%.

Baca Juga: Studi Menemukan, Kesepian Bisa Meningkatkan Penyakit Parkinson
Baca Juga: Sendirian Tanpa Merasa Kesepian? Bisa, Kok! Ini Kiatnya Mengalahkan Kesepian

Foto: Freepik

 

Sahabat Lansia, situs dunialansia.com bukan merupakan praktik konsultasi medis, diagnosis, ataupun pengobatan. Informasi di situs ini tidak boleh digunakan sebagai pengganti konsultasi atau saran medis profesional. Bila Sahabat Lansia memiliki masalah kesehatan atau penyakit tertentu atau kebutuhan medis yang spesifik, konsultasikan dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan profesional.
Yuk, berbagi artikel ini agar manfaatnya dirasakan oleh banyak orang.