APA YANG TERJADI KETIKA TUBUH KEKURANGAN PROTEIN? KETAHUI GEJALA DAN RISIKO KEKURANGAN PROTEIN (2)

APA YANG TERJADI KETIKA TUBUH KEKURANGAN PROTEIN? KETAHUI GEJALA DAN RISIKO KEKURANGAN PROTEIN (2)

Orang yang tidak mendapatkan cukup protein biasanya memiliki pola makan yang buruk secara keseluruhan. Apa yang terjadi ketika tubuh kekurangan protein? Ketahui gejala dan risiko kekurangan protein.

Dunialansia.com – Sahabat Lansia, mendapatkan kecukupan protein setiap hari sangat penting untuk kesehatan kita secara keseluruhan. Apa yang terjadi ketika tubuh kekurangan protein? Ketahui gejala dan risiko kekurangan protein.

Orang yang tidak mendapatkan cukup protein biasanya memiliki pola makan yang buruk secara keseluruhan. Selain itu, lansia dan penderita kanker mungkin mengalami kesulitan mengonsumsi protein sebanyak yang mereka butuhkan.

Malnutrisi parah akibat kekurangan protein disebut kwashiorkor. Kondisi ini lebih umum terjadi di negara berkembang, terutama pada anak-anak, atau setelah bencana alam.

Jika seseorang berolahraga secara teratur dan mengonsumsi makanan bergizi seimbang, umumnya akan baik-baik saja.

Apa yang terjadi ketika tubuh kekurangan protein? Pada artikel sebelumnya telah dibahas beberapa gejala dan risiko kekurangan protein. Berikut ini sejumlah gejala dan risiko lainnya dari kekurangan protein.

 

# Risiko Patah Tulang yang Lebih Besar

Kekurangan protein dapat melemahkan tulang dan meningkatkan risiko patah tulang.

Sebuah studi (2021) menemukan, peserta yang mengonsumsi protein dalam jumlah lebih tinggi memiliki kepadatan mineral tulang lebih tinggi hingga 6% di pinggul dan tulang belakang. Hal ini dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi lebih sedikit protein.

Setelah 5 tahun, para peneliti menemukan, mereka yang mengonsumsi lebih banyak protein lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami patah tulang.

Para peneliti dari National Osteoporosis Foundation mencatat, meskipun protein mungkin memiliki beberapa manfaat untuk kesehatan tulang, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk sepenuhnya memahami hubungan tersebut.

# Kehilangan Massa Otot

Cadangan protein terbesar dalam tubuh terdapat pada otot. Ketika protein makanan kurang, tubuh cenderung mengambil protein dari otot rangka untuk mempertahankan jaringan dan fungsi tubuh yang lebih penting.

Akibatnya, kekurangan protein dapat menyebabkan penyusutan otot dari waktu ke waktu. Bahkan, kekurangan protein dalam jumlah sedang pun dapat menyebabkan penyusutan otot, terutama pada lansia.

Penelitian menunjukkan, lansia 65 ke atas harus mengonsumsi protein setidaknya 0,5 gram protein per pon berat badan—lebih banyak dari angka harian yang direkomendasikan, yaitu 0,36 g.

Peningkatan asupan protein dapat membantu mencegah sarkopenia, yaitu hilangnya otot secara perlahan yang berhubungan dengan penuaan.

Artikel terkait: Setelah 50 Tahun, Perhatikan Kecukupan Protein Seiring Bertambahnya Usia

# Meningkatnya Keparahan Infeksi

Kekurangan protein juga dapat berdampak buruk pada sistem kekebalan tubuh.

Mengonsumsi protein yang cukup sangat penting untuk membantu membangun antibodi. Asam amino dalam darah membantu sistem kekebalan tubuh membuat antibodi yang mengaktifkan sel darah putih untuk melawan virus, bakteri, dan racun.

Sebuah studi (2013) pada pria atlet olahraga intensitas tinggi menemukan, peserta yang mengonsumsi makanan berprotein tinggi mengalami lebih sedikit infeksi saluran pernapasan atas daripada atlet yang mengonsumsi makanan berprotein rendah.

Meski penelitian lebih lanjut diperlukan untuk sepenuhnya memahami hubungan antara kekurangan protein dan infeksi, kita membutuhkan protein untuk mencerna dan menyerap nutrisi lain yang membuat kita tetap sehat.

Ada juga bukti bahwa protein dapat mengubah kadar bakteri “baik” yang melawan penyakit dalam usus.

# Perubahan Suasana Hati

Otak kita menggunakan zat kimia yang disebut neurotransmiter untuk menyampaikan informasi antarsel. Banyak dari neurotransmiter ini terbuat dari asam amino, yang merupakan bahan penyusun protein.

Kekurangan asupan protein bisa berarti tubuh tidak dapat memproduksi cukup neurotransmiter tersebut, sehingga mengubah cara kerja otak. Dengan kadar dopamin dan serotonin yang rendah, misalnya, seseorang mungkin merasa tertekan atau terlalu agresif.

# Lemah dan Lelah

Penelitian menunjukkan, seminggu saja tidak mengonsumsi cukup protein dapat memengaruhi otot yang bertanggung jawab atas postur dan gerakan, terutama bagi mereka yang berusia 55 ke atas.

Seiring waktu, kekurangan protein dapat membuat kita kehilangan massa otot, yang pada gilirannya mengurangi kekuatan kita, mempersulit menjaga keseimbangan, dan memperlambat metabolisme.

Hal ini juga dapat menyebabkan anemia, ketika sel-sel tidak mendapatkan cukup oksigen yang membuat kita lelah.

 

Pertumbuhan Terhambat Pada Anak-Anak

Asupan protein yang tidak mencukupi dapat menunda atau mencegah pertumbuhan pada anak-anak. Faktanya, stunting adalah salah satu tanda paling umum dari kekurangan gizi pada anak. Anak-anak yang tidak mengonsumsi cukup protein secara teratur empat kali lebih mungkin mengalami pertumbuhan yang terhambat.

 

Sahabat Lansia, untuk memperbaiki kadar protein yang rendah, caranya dengan mengonsumsi makanan tinggi protein, seperti telur dan daging, kacang-kacangan dan biji-bijian, juga susu, bahkan bubuk protein.

Bila perlu, bicarakan dengan dokter, terlebih jika kamu mengalami gejala tertentu dari kekurangan protein. Sehat selalu, ya. (*)

Sumber: Healthline (25/6/2024); WebMD (2/12/2022)
Foto: Freepik

 

 

Sahabat Lansia, situs dunialansia.com bukan merupakan praktik konsultasi medis, diagnosis, ataupun pengobatan. Informasi di situs ini tidak boleh digunakan sebagai pengganti konsultasi atau saran medis profesional. Bila Sahabat Lansia memiliki masalah kesehatan atau penyakit tertentu atau kebutuhan medis yang spesifik, konsultasikan dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan profesional.
Yuk, berbagi artikel ini agar manfaatnya dirasakan oleh banyak orang.