Para ahli percaya, konsumsi gula adalah penyebab utama obesitas dan banyak penyakit kronis, seperti diabetes tipe 2.
Dunialansia.com – Sahabat Lansia, hampir semua dari kita sepertinya tahu, banyak mengonsumsi makanan dan minuman tinggi gula berisiko diabetes.
Gula akan baik-baik saja bagi kita jika konsumsinya dalam jumlah kecil. Gula akan jadi masalah kalau kita mengonsumsinya terlalu banyak.
Para ahli percaya, konsumsi gula adalah penyebab utama obesitas dan banyak penyakit kronis, seperti diabetes tipe 2.
# MENINGKATKAN RISIKO DIABETES
Konsumsi gula yang berlebihan secara historis berkaitan dengan peningkatan risiko diabetes, penyebab utama kematian dan berkurangnya harapan hidup.
Meski belum ada penelitian yang membuktikan konsumsi gula menyebabkan diabetes, tetapi ada hubungan yang kuat.
Mengonsumsi gula dalam jumlah besar secara tak langsung dapat meningkatkan risiko diabetes dengan berkontribusi pada kenaikan berat badan dan peningkatan lemak tubuh—keduanya merupakan risiko terkena diabetes.
Obesitas, yang sering kali disebabkan oleh konsumsi gula yang berlebihan, dianggap sebagai faktor risiko terkuat untuk diabetes.
Terlebih lagi, konsumsi gula tinggi dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan resistansi terhadap insulin, hormon yang diproduksi oleh pankreas yang mengatur kadar gula darah.
Resistansi insulin menyebabkan kadar gula darah meningkat dan sangat meningkatkan risiko diabetes.
Penelitian menemukan, orang yang mengonsumsi minuman berpemanis lebih mungkin terkena diabetes tipe 2.
MENYEBABKAN KENAIKAN BERAT BADAN
Gula tambahan—sering kali dari minuman berpemanis—adalah kontributor utama obesitas. Minuman yang dimaniskan, seperti soda, jus, dan teh manis, sarat dengan fruktosa, sejenis gula sederhana.
Mengonsumsi fruktosa meningkatkan rasa lapar dan keinginan untuk makan lebih banyak, seingga dapat menyebabkan kenaikan berat badan. Penelitian menunjukkan, mengonsumsi minuman manis berkaitan dengan kenaikan berat badan dan peningkatan risiko diabetes tipe 2.
Selain itu, konsumsi banyak minuman manis juga terkait dengan peningkatan jumlah lemak visceral yang terkait dengan kondisi, seperti diabetes dan penyakit jantung.
# MENINGKATKAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG
Diet tinggi gula berkaitan dengan peningkatan risiko berbagai penyakit, termasuk penyakit jantung, penyebab kematian nomor satu di seluruh dunia.
Bukti menunjukkan, diet tinggi gula dapat menyebabkan obesitas dan peradangan serta trigliserida, gula darah, dan tekanan darah tinggi—semuanya merupakan faktor risiko penyakit jantung.
Selain itu, mengonsumsi terlalu banyak gula, terutama dari minuman berpemanis, berkaitan dengan aterosklerosis, penyakit yang ditandai dengan timbunan lemak yang menyumbat arteri. Penelitian terhadap lebih dari 25.877 orang dewasa menemukan, konsumsi lebih banyak gula tambahan berisiko lebih besar terkena penyakit jantung dan komplikasi koroner.
Peningkatan asupan gula, ternyata juga dapat meningkatkan risiko stroke. Dalam studi yang sama, lebih dari delapan porsi per minggu minuman berpemanis berkaitan dengan peningkatan risiko stroke.
# MENINGKATKAN RISIKO KANKER
Mengonsumsi gula dalam jumlah yang berlebihan dapat meningkatkan risiko terkena kanker tertentu. Ini karena pola makan tinggi gula dapat menyebabkan obesitas, yang secara signifikan meningkatkan risiko kanker.
Diet tinggi gula juga meningkatkan peradangan dalam tubuh dan dapat menyebabkan resistansi insulin—keduanya meningkatkan risiko kanker.
Sebuah tinjauan sistematis yang menganalisis 37 studi kohort prospektif menemukan, dalam dua dari lima studi tentang gula tambahan, peningkatan risiko kanker sebesar 60—95 persen terjadi pada asupan gula yang lebih tinggi.
Tinjauan yang sama menemukan, dalam 8 dari 15 studi tentang makanan dan minuman manis, peningkatan risiko kanker sebesar 23—200 persen terjadi pada konsumsi minuman manis yang lebih besar.
Sebuah studi pada lebih dari 22.720 pria selama lebih dari 9 tahun menemukan, peningkatan konsumsi gula dari minuman berpemanis berkaitan dengan risiko kanker prostat yang lebih besar.
Penelitian lain menemukan, kanker kerongkongan terkait dengan peningkatan konsumsi sukrosa, atau gula meja, serta makanan dan minuman yang dimaniskan.
Penelitian tentang hubungan antara asupan gula tambahan dan kanker masih terus berlanjut, dan diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami sepenuhnya hubungan yang kompleks ini.
# MENYEBABKAN PERLEMAKAN HATI
Asupan fruktosa yang tinggi secara konsisten berkaitan dengan peningkatan risiko perlemakan hati.
Fruktosa adalah jenis gula yang umum, dengan salah satu sumber utamanya adalah sirop jagung fruktosa tinggi (HFCS = high fructose corn syrup) yang digunakan untuk mempermanis soda, permen, makanan yang dipanggang, sereal, dan banyak lagi.
Tidak seperti glukosa dan jenis gula lainnya, yang diambil oleh banyak sel di seluruh tubuh, fruktosa hampir secara eksklusif dipecah oleh hati.
Di dalam hati, fruktosa diubah menjadi energi atau disimpan sebagai glikogen. Namun, hati hanya dapat menyimpan begitu banyak glikogen sebelum jumlah yang berlebih diubah menjadi lemak.
Nah, gula tambahan dalam jumlah besar dalam bentuk fruktosa membebani hati, yang menyebabkan penyakit hati berlemak nonalkohol (NAFLD = nonalcoholic fatty liver disease), suatu kondisi yang ditandai dengan penumpukan lemak berlebihan di hati.
Sebuah penelitian pada lebih dari 5.900 orang dewasa menunjukkan, konsumsi minuman berpemanis setiap hari memiliki risiko 56% lebih tinggi terkena NAFLD.
RISIKO KESEHATAN LAINNYA
Penelitian menunjukkan, terlalu banyak menambahkan gula juga dapat:
* Meningkatkan risiko penyakit ginjal. Fruktosa dapat meningkatkan konsentrasi serum urat, yang mengarah pada perkembangan penyakit ginjal. Kadar gula darah yang tinggi secara konsisten juga dapat merusak pembuluh darah halus di ginjal, sehingga meningkatkan risiko penyakit ginjal.
* Berdampak negatif pada kesehatan gigi. Makan terlalu banyak gula dapat menyebabkan gigi berlubang. Bakteri dalam mulut memakan gula dan melepaskan produk sampingan asam, yang menyebabkan demineralisasi gigi.
* Meningkatkan risiko terkena asam urat. Asam urat adalah kondisi peradangan yang ditandai dengan rasa sakit/nyeri pada persendian. Gula tambahan meningkatkan kadar asam urat dalam darah, meningkatkan risiko mengembangkan atau memperburuk asam urat.
* Mempercepat penurunan kognitif. Diet tinggi gula dapat menyebabkan gangguan memori dan telah dikaitkan dengan peningkatan risiko demensia, penyakit Alzheimer, dan stroke.
Sahabat Lansia, penelitian tentang dampak tambahan gula terhadap kesehatan terus berlangsung. Namun, mengurangi asupan gula tambahan tak harus menunggu hingga penemuan-penemuan baru muncul. Sepakat, ya! (*)
Sumber:
Healthline (2022)
Foto:
Freepik