Perubahan pada kulit adalah yang paling nyata terlihat dari penuaan. Meskipun keriput pada akhirnya akan muncul juga, kelebihan gula merusak protein yang membantu menjaga penampilan awet muda.
Dunialansia.com – Sahabat Lansia, banyak penelitian mengungkap betapa tidak baiknya asupan tinggi gula bagi kesehatan, baik fisik maupun mental. Bahkan, pola makan tinggi gula juga bisa membuat kita cepat tua, lo.
Mengutip Cleveland Clinic (2022), beberapa penelitian menunjukkan, pola makan tinggi gula atau karbohidrat olahan dapat menyebabkan penuaan dini. Di sisi lain, pola makan yang banyak buah dan sayuran membantu mencegah perubahan dini pada kulit.
Ya, perubahan pada kulit adalah yang paling nyata terlihat dari penuaan.
Keriput merupakan tanda alami penuaan kulit. Pada akhirnya, keriput akan muncul juga tanpa kita dapat mencegahnya. Namun, pilihan makanan yang tidak sehat dapat memperburuk keriput dan mempercepat proses penuaan kulit.
KELEBIHAN GULA MERUSAK PROTEIN YANG MEMBANTU MENJAGA PENAMPILAN AWET MUDA
Nah, diet tinggi gula pastinya bukanlah pola makan sehat. Kelebihan gula dari makanan dan minuman bergula tinggi—seperti makanan penutup, minuman berenergi, atau soda—dapat memicu proses yang disebut glikasi.
Ketika kita mengonsumsi lebih banyak gula daripada yang dapat diproses oleh sel, molekul gula berlebih akan bergabung dengan protein. Kombinasi ini menghasilkan produk akhir glikasi tingkat lanjut (AGEs = advanced glycation end products).
AGEs berperan dalam diabetes, tetapi juga menyebabkan kulit menua sebelum waktunya. AGEs merusak kolagen dan elastin, yaitu protein yang membantu kulit meregang dan menjaga penampilan awet muda. Ketika kolagen dan elastin rusak, kulit kehilangan kekencangannya dan mulai mengendur.
Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk sepenuhnya memahami hubungan antara gula dan perubahan kulit pada manusia.
Baca Juga: Memperlambat Proses Penuaan Dengan Pola Makan
MASALAH KULIT LAINNYA: JERAWAT
Pola makan tinggi karbohidrat olahan, termasuk makanan dan minuman manis, juga berkaitan dengan risiko lebih tinggi terkena jerawat.
Makanan dengan indeks glikemik yang lebih tinggi, seperti makanan manis olahan, meningkatkan gula darah lebih cepat daripada makanan dengan indeks glikemik yang lebih rendah.
Mengonsumsi makanan manis dapat menyebabkan lonjakan kadar gula darah dan insulin, yang menyebabkan peningkatan sekresi androgen, produksi minyak, dan peradangan—semua itu berperan dalam perkembangan jerawat.
Bukti menunjukkan, diet rendah glikemik berkaitan dengan penurunan risiko jerawat, sementara diet tinggi glikemik berkaitan dengan risiko jerawat yang lebih tinggi.
Sebuah penelitian terhadap 24.452 partisipan menemukan, konsumsi produk berlemak dan bergula, minuman manis, dan susu berhubungan dengan jerawat pada orang dewasa.
Sebuah studi (2018) terhadap mahasiswa di Cina menunjukkan, mereka yang minum minuman manis tujuh kali per minggu atau lebih cenderung mengembangkan jerawat sedang atau parah.
Studi lainnya (2019) menunjukkan, menurunkan konsumsi gula dapat menurunkan faktor pertumbuhan, seperti insulin, androgen, dan sebum, yang semuanya dapat menyebabkan jerawat.
Selain itu, banyak penelitian populasi menunjukkan, masyarakat pedesaan yang mengonsumsi makanan tradisional non-olahan memiliki tingkat jerawat yang jauh lebih rendah daripada masyarakat perkotaan yang berpenghasilan tinggi—menjadikan makanan olahan merupakan bagian dari pola makanan standar.
Temuan ini sesuai dengan teori yang menyatakan, pola makan yang tinggi makanan olahan dan sarat gula berkontribusi terhadap perkembangan jerawat. (*)
Sumber:
* Health (2024)
* Healthline (2022)
* Medical News Today (2020)
Foto:
Freepik