Asupan tinggi gula bukan hanya meningkatkan risiko penyakit kronis. Studi baru menunjukkan ada hubungan antara makan terlalu banyak gula dengan depresi. Risiko depresi meningkat sebesar 28%.
Dunialansia.com – Sahabat Lansia, asupan gula tambahan yang berlebihan telah dikaitkan dengan sejumlah penyakit kronis. Kini, studi baru menemukan, asupan gula yang tinggi dapat meningkatkan risiko depresi.
Penelitian yang diterbitkan pada 8 Februari 2024 di BMC Psychiatry ini menunjukkan ada hubungan antara makan terlalu banyak gula dengan depresi.
Peneliti mengambil data dari database National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES). Penelitian ini melibatkan 18.439 pria dan wanita di atas 20 tahun yang mewakili berbagai ras dan etnis.
Setiap peserta mengisi Patient Health Questionnaire-9, yang merupakan penilaian skrining cepat untuk depresi. Para peneliti juga mengumpulkan informasi tentang diet melalui dua wawancara tentang apa yang mereka makan selama 24 jam terakhir.
Para peneliti menemukan hubungan linier antara asupan gula dan depresi. Artinya, semakin banyak peserta yang mengonsumsi gula, semakin besar risiko depresi.
Untuk setiap peningkatan 100 gram gula makanan per hari (sekitar 8 sendok makan atau 1/2 cangkir), risiko depresi meningkat sebesar 28%.
Para peneliti menyatakan, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan alasan korelasi ini. Mereka juga memberikan beberapa kemungkinan alasan.
Salah satunya, tentang gula yang dapat meningkatkan peradangan dalam tubuh dan peningkatan peradangan berkaitan dengan risiko depresi yang lebih besar.
Alasan lainnya yang mungkin adalah hubungan antara kesehatan usus dan depresi. Asupan gula yang berlebihan dapat berdampak buruk pada kesehatan usus dengan mengganggu mikrobioma usus. Usus yang tidak sehat telah dikaitkan dengan depresi dan kecemasan.
Asupan gula yang berlebihan juga dapat membuat gula darah melonjak, lalu turun drastis. Jika seseorangbergantung pada minuman yang mengandung gula dan makanan berkarbohidrat olahan sepanjang hari, ia akan berada dalam siklus naik-turun yang konstan. Ini akan berdampak negatif pada suasana hati dan energinya. (*)
Sumber:
EatingWell (2024)
Foto:
Freepik