BAGAIMANA GULA DAPAT MENINGKATKAN RISIKO DEPRESI?

BAGAIMANA GULA DAPAT MENINGKATKAN RISIKO DEPRESI?

Banyak penelitian telah menunjukkan, kadar gula yang tinggi dapat menyebabkan kesehatan mental yang buruk. Apa hubungan gula dengan depresi?

Dunialansia.com – Sahabat Lansia, studi baru menemukan, untuk setiap peningkatan 100 gram gula makanan per hari, risiko depresi meningkat sebesar 28%. Bagaimana bisa asupan gula meningkatkan risiko depresi?

Gula, menurut penelitian, bisa lebih membuat ketagihan dibandingkan obat keras. Kecanduan gula bisa menyebabkan orang mengalami depresi dan gangguan mood lainnya.

Baca Juga: Gula Meningkatkan Risiko Banyak Penyakit Kronis

PENELITIAN HUBUNGAN GULA DENGAN DEPRESI

* Gangguan tidur dan kelelahan adalah salah satu gejala depresi, dan kurang tidur dapat memicu keinginan untuk mengonsumsi makanan manis. Sebuah studi (2018) menunjukkan, peningkatan waktu tidur menyebabkan penurunan asupan gula keesokan harinya.

* Sebuah penelitian yang berlangsung selama hampir tiga dekade meneliti kebiasaan makan lebih dari 10.000 peserta berusia 35—55. Penelitian ini menemukan, pola makan tinggi gula berperan dalam depresi dan gangguan mental lainnya.

* Studi lain (2009) menemukan, partisipan yang mengonsumsi makanan utuh paling banyak, memiliki kemungkinan depresi lebih rendah daripada mereka yang mengonsumsi sedikit makanan utuh. Selain itu, makan lebih banyak makanan olahan berkaitan dengan kemungkinan depresi yang lebih besar.

* Penelitian pada lebih dari 69.000 wanita menemukan, mereka yang mengonsumsi gula tambahan tertinggi memiliki risiko depresi yang jauh lebih besar, dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi gula terendah.

* Penelitian yang diikuti oleh 8.000 orang menunjukkan, pria yang mengonsumsi 67 gram atau lebih gula per hari memiliki kemungkinan 23% lebih besar untuk mengalami depresi dibandingkan pria yang mengonsumsi gula kurang dari 40 gram per hari.

Bukan cuma itu. Penelitian juga menyoroti faktor jenis kelamin terkait asupan gula yang tinggi dengan depresi. Hasilnya?

Ternyata, pria lebih berisiko mengalami kondisi kesehatan mental buruk terkait gula dibandingkan wanita. Pria yang mengonsumsi lebih dari 40 gram gula per hari kemungkinan besar akan terdiagnosis depresi dalam beberapa tahun.

APA ITU GULA?

Gula adalah molekul karbohidrat. Ada dua jenis, yaitu gula sederhana dan gula tambahan.

# Gula Sederhana

Gula sederhana terdapat dalam buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian utuh (whole grains), dan kacang polong (beans). Makanan ini mengandung vitamin, protein, dan serat, sehingga memperlambat penyerapan gula dan menjadikannya pilihan yang menyehatkan.

Glukosa, atau gula darah, adalah karbohidrat yang paling sederhana. Glukosa bertindak sebagai sumber energi utama untuk setiap sel dalam tubuh. Otak kita bergantung padanya—pasokan glukosa yang merata membuat otak berfungsi secara seimbang.

# Gula Tambahan

Disebut juga gula olahan, gula tambahan tidak memiliki nilai gizi. Gula tambahan terdapat pada permen batangan dan minuman ringan, serta makanan dan minuman lainnya. Tubuh tidak menyerap gula jenis ini, sehingga gula langsung masuk ke dalam sistem.

Mengonsumsi terlalu banyak gula tambahan dapat menyebabkan peningkatan iritabilitas dan puncak serta penurunan tingkat energi. Meskipun asupan awal gula mungkin terasa positif, tetapi hal ini akan menyebabkan kadar glukosa darah turun. Inilah yang memengaruhi pikiran dan tubuh secara dramatis.

Meskipun penelitian global mengenai hubungan antara gula dan depresi terus berlanjut, banyak penelitian telah menunjukkan, kadar gula yang tinggi dapat menyebabkan kesehatan mental yang buruk, seperti depresi.

Lantas, bagaimana gula bisa meningkatkan risiko depresi? Jawabannya ada di sini, ya. (*)

Sumber:
* Healthline (2022)
* Medical News Today (2020)
* Psych Central (2022)
* WebMD (2023)
Foto:
Freepik

 

 

Sahabat Lansia, situs dunialansia.com bukan merupakan praktik konsultasi medis, diagnosis, ataupun pengobatan. Informasi di situs ini tidak boleh digunakan sebagai pengganti konsultasi atau saran medis profesional. Bila Sahabat Lansia memiliki masalah kesehatan atau penyakit tertentu atau kebutuhan medis yang spesifik, konsultasikan dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan profesional.
Yuk, berbagi artikel ini agar manfaatnya dirasakan oleh banyak orang.