DAYA TAHAN TUBUH MELEMAH, LANSIA RENTAN TERSERANG TB (TUBERKULOSIS)

DAYA TAHAN TUBUH MELEMAH, LANSIA RENTAN TERSERANG TB (TUBERKULOSIS)

Pada lansia, sistem kekebalan tubuh mengalami pelemahan secara bertahap seiring bertambahnya usia. Daya tahan tubuh yang lemah membuat lansia lebih rentan terkena TB. Meski TB dapat diobati dan disembuhkan, termasuk TB pada lansia, pencegahan tetap lebih baik.

Dunialansia.com – Sahabat Lansia, tuberkulosis atau sering disingkat TB, merupakan penyakit kronis yang menular dan mematikan. Penyebab TB adalah Mycobacterium tuberculosisbakteri ini ditemukan oleh Dr. Robert Koch.

Bakteri TB menyebar melalui udara. Itu sebab, sebagian besar (80 persen) infeksi TB terjadi di paru-paru, disebut TB paru. TB juga dapat terjadi pada organ lain, disebut TB ekstraparu atau TB luar paru, seperti di tulang, perut, otak, usus, ginjal, dan lainnya.

Meski TB dapat menyerang siapa saja tanpa mengenal usia, sekitar 75 persen penduduk Indonesia yang terinfeksi TB paru adalah kelompok usia produktif (15—55 tahun). Tingginya mobilitas kelompok produktif membuat kuman mudah hinggap dan masuk ke jaringan tubuh paling dalam.

Bagaimana dengan lansia?

Pada lansia, sistem kekebalan tubuh mengalami pelemahan secara bertahap seiring bertambahnya usia, suatu kondisi yang dikenal sebagai immunosenescence. Daya tahan tubuh yang lemah membuat lansia lebih rentan terkena TB.

Lansia juga cenderung tidak bugar dan sehat dibandingkan orang muda, terutama jika mereka tinggal sendirian. Menjaga kebugaran dan memastikan asupan nutrisi yang baik dapat membantu sistem kekebalan tubuh lansia tetap baik.

Seperti apa gejala TB pada lansia?

Seseorang dengan TB dapat menularkannya melalui batuk, bersin, berbicara dan bernyanyi. Droplet atau percikan air liur yang terinfeksi ini menyebar di udara. Siapa pun yang berada di dekatnya, termasuk lansia, dapat menghirupnya.

Bakteri yang terhirup, setelah sampai di paru-paru, akan menghasilkan sekret atau dahak yang selanjutnya menimbulkan gejala batuk. Batuk berdahak inilah yang menjadi gejala utama infeksi TB.

Biasanya batuk berlangsung selama 2—3 tiga minggu dan sering kali tidak mempan diobati dengan obat batuk biasa ataupun antibiotik.

Gejala lainnya adalah menurunnya nafsu makan, sering berkeringat, dan mudah lelah. Berat badan lansia juga menurun drastis karena nafsu makan yang menurun serta mengalami keletihan yang luar biasa.

Apakah TB berakibat fatal pada lansia?

TB dapat diobati dan disembuhkan, termasuk TB pada lansia. Seperti kebanyakan penyakit lainnya, pengobatan pada tahap awal cenderung lebih berhasil dibandingkan tahap selanjutnya.

Jadi, ketika lansia menunjukkan gejala batuk terus-menerus disertai demam dan penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, segera periksakan ke dokter.

Namun, jika darah sudah muncul di dahak, kemungkinan besar penyakitnya sudah berada pada stadium lanjut.

Oleh karena itu, deteksi dini sangat penting. Kematian dapat terjadi jika TB tidak terdeteksi secara dini.

Selain itu, kematian pada lansia pasien TB biasanya tidak disebabkan oleh TB itu sendiri. Penyakit ini cenderung terjadi karena kondisi lain, seperti penyakit jantung iskemik atau gagal ginjal.

Itulah mengapa, bukan hanya lansia yang berisiko lebih besar tertular TB.

Orang dengan kanker,  HIV, diabetes atau gagal ginjal stadium akhir, termasuk di antara mereka yang mudah tertular TB lantaran sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Bagaimana cara mencegah penularan TB pada lansia?

Sesungguhnya, TB dapat diantisipasi sejak awal, yaitu dengan vaksinasi BCG (Bacille Calmette-Guérin) pada bayi berusia di bawah 1 bulan.

Berikutnya, kebiasaan gaya hidup sehat. Dengan menjalani gaya hidup sehat, kesehatan paru-paru lansia pun terjaga.

Beberapa hal yang penting lansia lakukan demi mencegah terinfeksi TB:

  • Menjaga daya tahan tubuh tetap baik.
  • Menjaga jarak dengan keluarga yang sudah terinfeksi, karena keluarga berisiko tujuh kali lipat menularkan infeksi kepada sanak keluarga yang sehat.
  • Menjaga nutrisi yang cukup.
  • Mengonsumsi vitamin D dan mendapatkan sinar matahari pagi yang cukup.
  • Banyak bergerak. Bila lansia masih dapat aktif, sangat dianjurkan melakukan aktivitas fisik setiap hari.

Bila sedang berobat TB, disarankan lansia memiliki pendamping atau Pengawas Menelan Obat (PMO) agar dapat dibantu mencatat waktu minum obatnya, sehingga proses pengobatan dapat optimal dan selesai tepat waktu.

Kepatuhan minum obat merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pengobatan infeksi TB. (*)

Sumber:
HealthXchange.sg
RS Pondok Indah
Foto:
Freepik

 

Sahabat Lansia, situs dunialansia.com bukan merupakan praktik konsultasi medis, diagnosis, ataupun pengobatan. Informasi di situs ini tidak boleh digunakan sebagai pengganti konsultasi atau saran medis profesional. Bila Sahabat Lansia memiliki masalah kesehatan atau penyakit tertentu atau kebutuhan medis yang spesifik, konsultasikan dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan profesional.
Yuk, berbagi artikel ini agar manfaatnya dirasakan oleh banyak orang.