STUDI: Kebiasaan Mengonsumsi Makanan Ini Berisiko Tinggi Terkena Demensia

STUDI: Kebiasaan Mengonsumsi Makanan Ini Berisiko Tinggi Terkena Demensia

Ternyata, makanan juga bisa menyebabkan demensia. Menurut studi, kebiasaan mengonsumsi makanan ini berisiko tinggi terkena demensia atau mengalami penurunan kognitif.

Dunialansia.com – Sahabat Lansia, mungkin tak pernah terpikir oleh kita bahwa makanan bisa menyebabkan demensia. Faktanya, kebiasaan mengonsumsi makanan yang satu ini membuat kita berisiko tinggi terkena demensia.

Studi terkini yang dipublikasikan dalam jurnal Neurology (15/1/2025) menemukan, konsumsi daging merah olahan berkaitan dengan risiko lebih tinggi terkena demensia atau mengalami penurunan kognitif.

Studi Neurologi meneliti 133.771 orang yang bebas demensia saat studi dimulai. Para peserta diteliti hingga 43 tahun dan dicatat kebiasaan makan mereka setiap 2—4 tahun. Selama periode studi, 11.173 orang didiagnosis menderita demensia.

Peserta dikategorikan berdasarkan seberapa banyak daging merah olahan yang mereka konsumsi dengan kategori:

  • “rendah” berarti kurang dari 0,1 porsi per hari,
  • “sedang” berarti antara 0,1 dan 0,24 porsi per hari, dan
  • “tinggi” berarti 0,25 atau lebih porsi per hari.

Menurut siaran pers penelitian tersebut, satu porsi daging merah olahan yang umum adalah 3 ons.

Penulis studi mengategorikan makanan yang termasuk daging merah olahan adalah hot dog, sosis, salami, bologna, dan bacon.

Hasilnya menunjukkan, peserta dengan konsumsi daging merah olahan terbanyak per hari memiliki peluang 13% lebih tinggi untuk mengalami demensia.

Para peneliti juga mengamati fungsi kognitif objektif yang berhubungan dengan ingatan dan kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah.

Mereka menemukan, peserta studi dalam kategori tinggi memiliki kemampuan kognitif yang berkurang dan penuaan otak yang lebih cepat.

Hasil tersebut merupakan perbandingan dengan mereka yang masuk dalam kategori rendah.

 

Cara kerja daging merah olahan dalam membahayakan otak.

Direktur Pusat Kesehatan Otak Lou Ruvo pada Cleveland Clinic di Las Vegas, Dr. Dylan Wint, mengatakan, temuan studi ini konsisten dengan penelitian lain yang menyarankan agar orang membatasi asupan daging merah demi kesehatan otak mereka.

“Ada anggapan, lemak jenuh yang cenderung terdapat dalam konsentrasi lebih tinggi pada daging merah bukanlah hal yang baik bagi tubuh maupun otak,” jelas Wint yang tidak terlibat dalam studi tersebut.

Metode pembuatan daging olahan juga diyakini berbahaya, tambah Wint, “Daging olahan mengandung bahan pengawet yang tampaknya cukup buruk bagi otak dan tubuh, khususnya nitrit.”

Kemudian, “bakteri yang ada di usus kita, saat mereka bekerja pada daging merah dan lemak jenuh, mereka juga berpotensi menghasilkan produk sampingan yang beracun,” lanjut Wint.

Menurut Dr. Andy Liu, profesor madya neurologi di Fakultas Kedokteran Universitas Duke, secara keseluruhan, daging merah olahan tidak baik untuk tubuh dan dapat menyebabkan “banyak kerusakan”.

“Ada banyak hal yang kita sebut radikal bebas yang dapat merusak tidak hanya sel, tetapi juga DNA,” kata Liu.

Namun, hal ini bukan berarti kita tidak boleh mengonsumsi daging merah olahan, tambah Liu, tetapi kita dapat mengurangi jumlahnya.

 

Pola makan sehat bersama olahraga dan aktivitas mental-intelektual penting untuk kesehatan otak.

Mengganti daging merah olahan sejak sekarang dapat membantu mengurangi risiko demensia seiring bertambahnya usia.

Penelitian menemukan, mengonsumsi ikan, kacang-kacangan, atau polong-polongan sebagai pengganti daging merah olahan dapat menurunkan risiko demensia sekitar 20%.

“Sebagian besar rekomendasi diet untuk mengurangi risiko demensia memang membahas tentang upaya membatasi jumlah total asupan daging merah,” kata Wint yang merekomendasikan diet MIND.

Diet MIND terinspirasi dari dua diet lainnya. Salah satunya, diet DASH yang bertujuan membantu mengelola tekanan darah tinggi dan meningkatkan kesehatan jantung.

Liu cenderung merekomendasikan diet Mediterania kepada pasiennya, terutama yang menderita penyakit Alzheimer atau masalah kognitif.

Diet Mediterania yang rendah lemak jenuh, garam, dan karbohidrat olahan, dapat membantu menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dan menjaga kesehatan otak.

Selain pola makan sehat, yang juga penting adalah olahraga dan aktivitas mental-intelektual.

“Otak kita sebenarnya diciptakan untuk bergerak dan menjelajah,” kata Wint.

Jadi, kita juga perlu melakukan banyak aktivitas mental-intelektual, seperti kegiatan sosial dan mempelajari hal-hal baru, entah itu belajar bahasa asing, mengolah resep masakan baru, dan lainnya.

Tentunya, penting pula untuk kita mengelola kondisi, seperti tekanan darah tinggi dan diabetes, sekaligus mendapatkan tidur yang cukup dan berkualitas. Kurang tidur membuat kita berisiko tinggi mengalami banyak masalah kesehatan, termasuk demensia.

Terakhir, jika kita menyadari adanya perubahan kognitif, seperti perubahan pada ingatan, pembelajaran, atau aspek kognisi apa pun, segera bicarakan dengan dokter. (*)

 

Sumber:
HuffPost (30/3/2025)

Foto:
Freepik

 

 

Sahabat Lansia, dunialansia.com bukan merupakan praktik konsultasi medis, diagnosis, ataupun pengobatan. Informasi di situs web ini tidak boleh digunakan sebagai pengganti konsultasi atau saran medis profesional. Bila Sahabat Lansia memiliki masalah kesehatan atau penyakit tertentu atau kebutuhan medis yang spesifik, konsultasikan dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan profesional.
Yuk, berbagi artikel ini agar manfaatnya dirasakan oleh banyak orang.