Gangguan pendengaran muncul secara bertahap seiring bertambahnya usia. Sekitar sepertiga lansia mengalami gangguan pendengaran dan risiko untuk mengalami gangguan pendengaran meningkat seiring bertambahnya usia. Cermati tanda-tanda gangguan pendengaran.
Dunialansia.com – Sahabat Lansia, seiring bertambahnya usia, kita akan mengalami perubahan pada pendengaran. Risiko untuk mengalami gangguan pendengaran juga meningkat seiring bertambahnya usia. Cermati tanda-tanda gangguan pendengaran pada lansia.
Gangguan pendengaran karena usia—disebut juga presbikusis—muncul secara bertahap seiring bertambahnya usia seseorang. Kondisi ini dapat terjadi lantaran perubahan pada telinga bagian dalam dan saraf pendengaran yang menyampaikan sinyal dari telinga ke otak.
Presbikusis dapat membuat seseorang kesulitan untuk menoleransi suara keras atau memahami apa yang dikatakan orang lain. Gangguan pendengaran ini biasanya terjadi pada kedua telinga dan memengaruhi keduanya secara merata.
Penderita presbikusis kemungkinan tidak menyadari bahwa mereka telah kehilangan sebagian kemampuan mendengar. Pasalnya, gangguan pendengaran ini terjadi secara bertahap.
Sekitar sepertiga lansia mengalami gangguan pendengaran dan risiko untuk mengalami gangguan pendengaran meningkat seiring bertambahnya usia.
Gangguan pendengaran dapat memengaruhi kesehatan kognitif. Penelitian menunjukkan, lansia dengan gangguan pendengaran memiliki risiko lebih besar terkena demensia daripada lansia dengan pendengaran normal.
Kemampuan kognitif (termasuk memori dan konsentrasi) menurun lebih cepat pada lansia dengan gangguan pendengaran daripada lansia dengan pendengaran normal.
Selain itu, lansia bisa menjadi depresi atau menarik diri dari orang lain lantaran frustrasi atau malu karena tidak memahami perkataan orang lain akibat tidak dapat mendengar dengan baik.
Terkadang, lansia secara keliru dianggap bingung, tidak responsif, atau tidak kooperatif. Padahal, masalahnya bukan itu, melainkan karena lansia tidak dapat mendengar dengan baik. Keadaan ini dapat menyebabkan isolasi sosial dan kesepian.
Kehilangan pendengaran, meskipun hanya kecil, juga berkaitan dengan peningkatan risiko terjatuh. Hal ini juga dapat memengaruhi keselamatan publik maupun pribadi, seperti kemampuan mengemudi dengan aman saat suara peringatan sulit didengar.
Itulah mengapa, kita perlu mencermati tanda-tanda awal dari gangguan pendengaran. Berikut ini tanda-tandanya.
1. Suara anak-anak terdengar teredam atau tidak jelas.
Ketika penuaan memengaruhi koklea, organ telinga bagian dalam yang membantu kita mendengar, sel-sel yang mendeteksi suara bernada tinggi biasanya menjadi yang pertama kali gagal berfungsi.
Hal ini dapat mempersulit untuk memahami siapa pun yang bersuara tinggi, seperti anak-anak dan wanita. Itulah juga alasan lansia mungkin tidak mendengar bunyi bip microwave atau suara jangkrik saat matahari terbenam.
2. Tidak dapat mengikuti percakapan di tempat yang bising.
Kebisingan latar belakang di mal dan restoran umumnya bernada rendah, sementara banyak huruf dalam percakapan, seperti “f” dan “s,” bernada tinggi.
Jika lansia kesulitan mendengar nada tinggi, lansia akan mendengar kebisingan lebih baik daripada percakapan orang-orang di sekitarnya.
Perubahan terkait usia dalam cara otak memproses suara juga dapat membuat lansia lebih sulit mengabaikan kebisingan latar belakang.
3. Kelelahan setelah mengikuti acara sosial.
Apabila kita tidak dapat mendengar semua bunyi pembicaraan, maka otak kita harus mengisi kekosongan tersebut untuk memahami apa yang dikatakan orang lain.
Hal ini membutuhkan banyak fokus, terutama bila ada lebih dari satu orang yang berbicara pada saat bersamaan. Semua upaya ini dapat membuat lansia lelah setelah mengikuti acara sosial.
4. Memperhatikan bibir orang lain alih-alih melakukan kontak mata.
Ketika satu indra tidak berfungsi sebaik dulu, otak mencoba mengatasinya dengan menggunakan lebih banyak indra lain—dalam hal ini, penglihatan.
Inilah yang terjadi. Kita akan mengalihkan pandangan ke mulut orang yang berbicara dengan kita saat kita mengalami kesulitan mendengar.
5. Telinga terasa tersumbat.
Terkadang hal ini terjadi saat ada terlalu banyak kotoran atau cairan di telinga. Namun, jika dokter memberi tahu bahwa telinga lansia tampak bersih, sebaiknya lansia menjalani tes pendengaran.
Kehilangan pendengaran akibat usia dapat membuat suara terdengar tumpul atau teredam, yang mungkin terasa mirip dengan perasaan tersumbat.
6. Volume TV terus meningkat.
Jika orang lain di rumah mengeluh bahwa suara TV terlalu keras, saatnya lansia memeriksakan pendengaran.
[ 8 Kiat Menurunkan Risiko Gangguan Pendengaran ]
Sahabat Lansia, jika mengalami tanda-tanda di atas, segera konsultasikan dengan dokter spesialis THT (telinga-hidung-tenggorokan) atau ahli audiologi.
Sebuah analisis beberapa penelitian menemukan, orang yang menggunakan alat pemulihan pendengaran (seperti alat bantu dengar dan implan koklea) memiliki risiko lebih rendah mengalami penurunan kognitif jangka panjang daripada orang dengan gangguan pendengaran yang tidak dikoreksi.
Tinitus atau Telinga Berdenging
Tinitus umum terjadi pada lansia. Kondisi ini digambarkan sebagai telinga berdenging, tetapi juga dapat terdengar seperti menderu, berderak, mendesis, atau berdengung.
Tinitus dapat terdengar pada satu atau kedua telinga dan dapat keras atau lembut. Tinitus datang dan pergi. Kadang, tinitus merupakan tanda gangguan pendengaran pada lansia. Tinitus dapat menyertai semua jenis gangguan pendengaran.
Tinitus bukan penyakit, melainkan gejala. Sesuatu yang sederhana, seperti kotoran telinga yang menyumbat liang telinga, dapat menyebabkan tinitus.
Tinitus dapat menjadi tanda kondisi kesehatan lainnya, seperti tekanan darah tinggi atau alergi. Tinitus juga dapat terjadi sebagai efek samping dari obat-obatan tertentu.
Foto:
Freepik