Sebuah jajak pendapat tentang kehidupan seks wanita usia 50—80 menemukan, hampir setengahnya (43%) aktif secara seksual dan sebanyak 74% dari mereka yang aktif merasa puas dengan aktivitas seksual mereka.
Dunialansia.com – Sahabat Lansia, apa yang terpikir olehmu tentang kehidupan seksual wanita di atas 70 dan 80 tahun? Ternyata banyak juga, lo, wanita di atas 70 dan 80 tahun yang masih aktif secara seksual dan tetap puas dengan kehidupan seks mereka.
Memang, penuaan menyebabkan perubahan dalam tubuh dan perubahan ini dapat memiliki efek pada seks, baik secara langsung maupun tidak. Pada wanita, perubahan hormon seks, seperti estrogen, setelah menopause dapat menyebabkan hubungan seks yang menyakitkan karena berkurangnya pelumas vagina.
Selain itu, sekitar 85% lansia juga memiliki setidaknya satu kondisi kronis, sementara 60% memiliki setidaknya dua kondisi. Orang dengan penyakit kronis lebih sering mengalami disfungsi seksual.
Bukan berarti wanita lansia tidak dapat menikmati kehidupan seks yang aktif, lo.
STUDI TENTANG WANITA LANSIA DAN SEKS
Sebuah studi (2019) menyurvei orang berusia 55—75 tentang aktivitas seksual mereka. Hasilnya, wanita dalam kelompok ini lebih kecil kemungkinannya untuk aktif secara seksual daripada pria. Namun, sama besar kemungkinannya untuk puas dengan kehidupan seks mereka.
Jajak pendapat University of Michigan(2022) tentang Penuaan Sehat berfokus pada efek gejala menopause terhadap kehidupan seks wanita usia 50—80 tahun. Hasilnya:
- hampir setengahnya (43%) aktif secara seksual.
- 52% dari mereka yang tidak aktif secara seksual merasa puas dengan aktivitas seksual mereka.
- 74% dari mereka yang aktif secara seksual merasa puas dengan aktivitas seksual mereka.
- 1 dari 4 orang mengatakan, kesehatan pasangannya memengaruhi aktivitas seksual mereka.
- 28% mengalami gejala menopause yang mengganggu kemampuan mereka untuk aktif secara seksual.
Penelitian serupa (2021) tentang aktivitas dan kepuasan seksual lansia menemukan, 40% wanita lansia aktif secara seksual dibandingkan dengan 55% pria. Selain itu, pada semua kelompok usia, wanita lebih puas dengan kehidupan seks mereka daripada pria.
GEJALA MENOPAUSE MEMENGARUHI KESEHATAN SEKSUAL
Antara usia 45—55 tahun, indung telur seseorang memproduksi lebih sedikit estrogen dan progesteron, yang menyebabkan menopause. Hal ini memunculkan berbagai gejala yang dapat memengaruhi kesehatan seksual wanita.
Dalam jajak pendapat (2022), 28% wanita berusia 50—80 melaporkan, gejala menopause mengganggu kemampuan mereka untuk aktif secara seksual dan 48% di antaranya mengalami penurunan gairah seksual.
Berbagai gejala menopause:
- hot flashes,
- penurunan libido,
- insomnia,
- kecemasan,
- masalah vagina, seperti kekeringan pada vagina,
- inkontinensia urine,
- depresi,
- menstruasi yang tidak teratur.
KONDISI ORGAN INTIM DAN KELEMAHAN OTOT
Penurunan produksi estrogen menyebabkan vagina menyempit dan memendek sementara dindingnya menjadi lebih tipis dan kaku. Ditambah lagi, berkurangnya lubrikasi, yang dapat menyebabkan rasa sakit saat berhubungan intim—dikenal sebagai dispareunia.
Berkurangnya kadar estrogen juga menyebabkan kelemahan otot, yang mempengaruhi jaringan pendukung di panggul. Hal ini dapat menyebabkan organ-organ tubuh menonjol ke dalam vagina—disebut prolaps organ panggul. Otot dasar panggul yang lemah juga dapat menyebabkan urine bocor tanpa disengaja.
Usia juga dapat menurunkan keasaman vagina, sehingga rentan terhadap iritasi dan infeksi.
PERUBAHAN SUASANA HATI
Pergeseran hormon wanita seiring bertambahnya usia dapat menyebabkan perubahan suasana hati. Wanita juga memiliki peningkatan risiko depresi saat bertransisi menuju menopause.
Perubahan hormon dapat menyebabkan wanita mengalami perubahan suasana hati berikut ini:
- kemarahan,
- kecemasan,
- kelupaan,
- harga diri dan kepercayaan diri yang rendah,
- perasaan sedih atau depresi,
- suasana hati yang rendah,
- konsentrasi yang buruk dan “kabut otak”.
TANTANGAN KESEHATAN
Beberapa kondisi medis berkontribusi terhadap disfungsi seksual, seperti: radang sendi, diabetes, penyakit jantung, kelumpuhan akibat stroke, dan inkontinensia. Kondisi medis lainnya, termasuk penyakit Parkinson, penyakit ginjal kronis, dan kanker.
Studi menunjukkan, hingga setengah dari wanita dengan kanker serviks yang diobati mengalami disfungsi seksual selama pemulihan dan saat mereka menjadi penyintas. Demikian pula, lansia penyintas kanker endometrium atau ovarium mengalami kemunduran terbesar dalam fungsi seksual mereka.
Disfungsi seksual juga lebih sering terjadi pada wanita dengan depresi klinis. Begitu pula dengan wanita yang kelebihan berat badan lebih mungkin mengalami disfungsi seksual. Manajemen berat badan dapat meningkatkan fungsi seksual. Sebuah studi (2019) menemukan, operasi bariatrik dapat meningkatkan fungsi seksual pada kedua jenis kelamin.
Rasa sakit kronis dapat menyebabkan kelelahan dan kelemahan, menurunkan libido seseorang. Obat pereda nyeri juga dapat menyebabkan disfungsi seksual. Obat-obatan psikotropika tertentu juga meningkatkan risiko disfungsi seksual pada seseorang.
APA YANG DAPAT DILAKUKAN?
Meski berbagai perubahan fisiologis yang menyertai penuaan dapat memengaruhi hasrat dan kinerja seksual lansia, ada banyak cara untuk beradaptasi agar lansia dapat menikmati hubungan intim yang memuaskan seiring usia yang menua. Baca di sini.
Sangat penting untuk berbicara dengan dokter atau terapis, karena dapat membantu kita mengatasi kondisi apa pun yang memengaruhi fungsi seksual kita. Mereka juga dapat menawarkan strategi untuk meningkatkan kehidupan seks lansia pasutri..
Manfaat Seks bagi Lansia
Lansia yang aktif secara seksual melaporkan kenikmatan yang lebih besar dalam hidup daripada mereka yang tidak aktif secara seksual. Seks juga dikaitkan dengan beberapa manfaat kesehatan, termasuk:
- tingkat stres yang lebih rendah,
- penyembuhan yang lebih baik setelah operasi,
- mengurangi risiko depresi,
- menurunkan tekanan darah,
- meningkatkan kadar oksitosin,
- mendorong perilaku yang lebih sehat,
- umur yang lebih panjang.
Sumber: Medical News Today (23/2/2024)
Foto: Freepik