PAPARAN POLUSI UDARA YANG LEBIH TINGGI MENINGKATKAN RISIKO DEMENSIA

PAPARAN POLUSI UDARA YANG LEBIH TINGGI MENINGKATKAN RISIKO DEMENSIA

Paparan terhadap jenis polusi udara yang disebut partikel halus telah diidentifikasi sebagai faktor risiko potensial untuk demensia.

Dunialansia.com – Sahabat Lansia, seiring bertambahnya usia, risiko terkena demensia juga meningkat. Akan tetapi, demensia bukanlah bagian normal dari penuaan. Banyak faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena demensia. Salah satunya adalah polusi udara.

Paparan terhadap jenis polusi udara yang disebut partikel halus, atau PM 2,5 , telah diidentifikasi sebagai faktor risiko potensial untuk demensia. Hanya saja, alasan di balik hubungan tersebut belum dipahami dengan baik.

Para peneliti mengetahui, partikel halus dapat memengaruhi paru-paru, beredar dalam darah, dan bergerak ke otak sehingga dapat menyebabkan kerusakan langsung.

Namun, ada banyak sumber partikel halus, dan belum jelas apakah polusi PM 2,5 dari beberapa sumber menimbulkan risiko lebih besar daripada yang lain. Partikel dari berbagai sumber, seperti lalu lintas, pertanian, dan asap, dapat berbeda secara fisik dan kimia.

Para Peserta Menjalani Pengujian Kognitif Setiap Dua Tahun

Sebuah studi yang didanai oleh National Instititutes of Health (NIH) meneliti hubungan antara berbagai jenis polusi udara PM 2.5 dan demensia. Studi ini dipimpin oleh Dr. Boya Zhang dan Sara Adar dari Universitas Michigan.

Mereka mengamati data lebih dari 27.000 orang berusia 50 ke atas dalam Health and Retirement Study. Sebagai bagian dari studi tersebut, para peserta menjalani pengujian kognitif setiap dua tahun atau meminta pengasuh untuk melaporkan ingatan dan fungsi kognitif mereka. Periode tindak lanjut rata-rata adalah 10,2 tahun. Usia rata-rata para peserta adalah 60 tahun.

Studi yang dipublikasikan pada 14 Agustus 2023 di JAMA Internal Medicine ini menemukan, sebanyak 4.105 (15%) orang yang diteliti mengalami demensia selama periode tindak lanjut. Mereka yang mengalaminya lebih cenderung bukan orang kulit putih, memiliki pendidikan formal yang lebih rendah, kekayaan yang lebih sedikit, dan tinggal di tempat dengan tingkat PM 2.5 yang lebih tinggi.

Secara keseluruhan, paparan PM 2.5 yang lebih tinggi dikaitkan dengan peningkatan risiko demensia.

Tim juga meneliti sembilan sumber spesifik PM 2.5 , yaitu pertanian, lalu lintas jalan raya, lalu lintas nonjalan raya, pembakaran batu bara untuk energi, pembakaran batu bara untuk industri, produksi energi lainnya, industri lainnya, kebakaran hutan, dan debu yang tertiup angin.

Hasilnya, PM 2.5 dari pertanian dan kebakaran hutan secara khusus dikaitkan dengan peningkatan risiko demensia.

Para peneliti memperkirakan, jika paparan PM 2.5 benar-benar merupakan penyebab penurunan kognitif dan demensia, sebanyak 188.000 kasus demensia per tahun mungkin disebabkan oleh PM 2.5 .

“Ketika kita merasakan dampak polusi udara akibat kebakaran hutan dan emisi lainnya secara lokal dan internasional, temuan ini berkontribusi pada bukti kuat yang diperlukan untuk memberikan informasi terbaik dalam pengambilan keputusan kesehatan dan kebijakan,” kata Dr. Richard J. Hodes, direktur National Institute on Aging NIH.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi hasil ini dan lebih memahami apakah pengurangan jenis polusi PM 2,5 tertentu akan membantu menurunkan beban demensia pada populasi. (*)

 

Baca Juga:
* Studi Membuktikan, Polusi Udara Meningkatkan Risiko Demensia
* Kenali Faktor Risiko Demensia

Foto: Freepik

 

 

Sahabat Lansia, situs dunialansia.com bukan merupakan praktik konsultasi medis, diagnosis, ataupun pengobatan. Informasi di situs ini tidak boleh digunakan sebagai pengganti konsultasi atau saran medis profesional. Bila Sahabat Lansia memiliki masalah kesehatan atau penyakit tertentu atau kebutuhan medis yang spesifik, konsultasikan dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan profesional.
Yuk, berbagi artikel ini agar manfaatnya dirasakan oleh banyak orang.