Hipertensi biasanya tidak menimbulkan gejala yang jelas. Banyak orang dengan hipertensi tidak mengetahui bahwa mereka mengidapnya sampai mereka menerima diagnosis atau mendapati dirinya sudah terkena komplikasi.
Dunialansia.com – Sahabat Lansia, hipertensi menyerang banyak orang di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Satu dari tiga orang Indonesia mengidap hipertensi dan angka ini terus meningkat setiap tahun, bahkan hipertensi sampai disebut the silent killer alias pembunuh diam-diam.
Hipertensi biasanya tidak menimbulkan gejala yang jelas, bahkan sering tanpa keluhan. Akibatnya, banyak orang dengan hipertensi tidak mengetahui bahwa mereka mengidapnya sampai mereka menerima diagnosis atau mendapati dirinya sudah terkena komplikasi. Itu sebab, hipertensi dikenal juga sebagai “the silent killer”.
Hipertensi menjadi salah satu faktor risiko utama dalam banyak kondisi kronis, termasuk serangan jantung dan stroke, dua penyebab kematian paling umum di seluruh dunia.
FAKTOR RISIKO HIPERTENSI
Sahabat Lansia, ada sejumlah faktor yang dapat menempatkan kita pada risiko lebih besar terkena hipertensi.
# RIWAYAT KELUARGA
Kita lebih mungkin terkena tekanan darah tinggi jika memiliki orangtua atau saudara kandung yang mengidap penyakit tersebut.
# USIA
Seiring bertambahnya usia, pembuluh darah kita secara bertahap kehilangan sebagian kualitas elastisnya, yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Hal ini menjadikan risiko hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia.
# JENIS KELAMIN
Hingga usia 64, pria lebih mungkin terkena tekanan darah tinggi daripada wanita. Sebaliknya, pada usia 65 ke atas, wanita lebih mungkin terkena tekanan darah tinggi.
# RAS
Tekanan darah tinggi sangat umum terjadi pada orang kulit hitam. Bahkan, penyakit ini berkembang di usia lebih dini dibandingkan pada orang kulit putih. Hipertensi juga cenderung lebih parah dan beberapa obat kurang efektif dalam mengobati tekanan darah tinggi pada orang kulit hitam.
# OBESITAS
Obesitas atau kelebihan berat badan menyebabkan perubahan pada pembuluh darah, ginjal, dan bagian tubuh lainnya. Perubahan ini sering kali meningkatkan tekanan darah. Kelebihan berat badan atau obesitas juga meningkatkan risiko penyakit jantung dan faktor risikonya, seperti kolesterol tinggi.
# KURANG AKTIVITAS FISIK
Tidak berolahraga atau melakukan aktivitas fisik yang cukup sebagai bagian dari gaya hidup dapat meningkatkan risiko terkena hipertensi. Aktivitas fisik sangat baik untuk jantung dan sistem peredaran darah secara umum, tidak terkecuali tekanan darah.
# POLA MAKAN TIDAK SEHAT
“Orang darting alias darah tinggi, tidak boleh makan garam.” Pernahkah mendengar kalimat semacam ini? Ya, banyaknya natrium atau garam di dalam tubuh dapat menyebabkan tubuh menahan cairan dan hal ini meningkatkan tekanan darah.
Pola makan tidak sehat lainnya, seperti tinggi konsumsi kalori, lemak jenuh dan lemak trans, serta gula, membawa risiko tambahan terjadinya tekanan darah tinggi. Sebaliknya, memilih makanan sehat justru dapat membantu menurunkan tekanan darah.
# RENDAHNYA KADAR KALIUM
Kalium—disebut juga potasium—membantu menyeimbangkan jumlah garam dalam sel-sel tubuh. Keseimbangan potasium yang tepat penting untuk kesehatan jantung yang baik. Kadar potasium yang rendah mungkin disebabkan oleh kurangnya potasium dalam makanan atau kondisi kesehatan tertentu, termasuk dehidrasi.
# PENGGUNAAN TEMBAKAU & ALKOHOL
Merokok, mengunyah tembakau, atau vaping langsung meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu. Merokok tembakau melukai dinding pembuluh darah dan mempercepat proses pengerasan pembuluh darah. Perokok pasif, yaitu paparan asap rokok orang lain, juga meningkatkan risiko penyakit jantung bagi bukan perokok.
Penggunaan alkohol telah dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah, terutama pada pria. Minum alkohol secara teratur dan berlebihan dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan, termasuk gagal jantung, stroke, dan aritmia (detak jantung tidak teratur). Hal ini dapat menyebabkan tekanan darah meningkat secara dramatis dan juga dapat meningkatkan risiko kanker, obesitas, alkoholisme, bunuh diri, dan kecelakaan.
# KONDISI KRONIS TERTENTU
Beberapa kondisi kronis yang dapat menyebabkan tekanan darah tinggi meliputi:
- Penyakit ginjal kronis (CKD = chronic kidney disease). Tekanan darah tinggi dapat terjadi akibat penyakit ginjal. Di sisi lain, tekanan darah tinggi juga dapat menyebabkan kerusakan ginjal lebih lanjut.
- Sleep apnea. Obstructive sleep apnea dapat meningkatkan risiko terjadinya tekanan darah tinggi dan umum terjadi pada orang dengan hipertensi resisten (tekanan darah tinggi yang sulit diobati).
- Kolesterol tinggi. Lebih dari separuh orang dengan tekanan darah tinggi juga mempunyai kolesterol tinggi.
- Diabetes. Kebanyakan orang dengan diabetes juga mengalami tekanan darah tinggi.
# STRES
Stres tidak selalu berarti buruk. Namun, terlalu banyak stres dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Selain itu, terlalu banyak stres dapat mendorong perilaku yang meningkatkan tekanan darah lebih lanjut, seperti pola makan yang buruk, kurangnya aktivitas fisik, dan menggunakan tembakau atau minum alkohol lebih dari biasanya.
Sahabat Lansia, dengan kita mengetahui faktor-faktor risiko hipertensi dapat membantu kita lebih waspada terhadap seberapa besar kemungkinan kita terkena tekanan darah tinggi. (*)
Sumber:
American Heart Association
Mayo Clinic
Foto:
Freepik