Hipertensi adalah masalah yang memengaruhi arteri. Jika tidak diobati, hipertensi dapat menyebabkan masalah kesehatan yang lain, termasuk serangan jantung dan stroke.
Dunialansia.com – Sahabat Lansia, kamu mungkin pernah mendengar istilah “darting”, singkatan dari “darah tinggi”, sebutan populer untuk tekanan darah tinggi atau hipertensi. Sebenarnya, apa itu hipertensi?
Hipertensi atau tekanan darah tinggi bukan sekadar tekanan darah yang meninggi. Hipertensi adalah masalah yang memengaruhi arteri. Saat tekanan darah meninggi, darah kita mendorong terlalu keras ke dinding arteri, sehingga membuat jantung bekerja terlalu keras untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh.
Hipertensi yang tidak mendapatkan pengobatan bisa menyebabkan masalah kesehatan lain, termasuk serangan jantung dan stroke. Di sisi lain, kita mungkin tidak tahu kalau kita terkena hipertensi. Fakta menunjukkan, hampir sepertiga orang dengan hipertensi tidak mengetahuinya. Kok, bisa? Soalnya, hipertensi tidak memiliki gejala apa pun kecuali ketika sudah sangat parah.
Cara terbaik untuk mengetahuinya dengan melakukan pemeriksaan rutin. Kita juga dapat memantau tekanan darah di rumah—ini penting jika memiliki orangtua atau kerabat dekat yang menderita hipertensi.
Mengukur tekanan darah adalah satu-satunya cara untuk mengetahui apakah kita menderita hipertensi.
KLASIFIKASI TEKANAN DARAH
Pengukuran tekanan darah menggunakan milimeter air raksa (mmHG). Ada dua angka yang membentuk pembacaan tekanan darah, yaitu sistolik (angka yang di atas) dan diastolik (angka yang di bawah).
- Tekanan darah sistolik mengukur seberapa besar tekanan yang diberikan darah pada dinding arteri ketika jantung berkontraksi.
- Tekanan darah diastolik mengukur tekanan pada dinding arteri ketika jantung beristirahat di antara kontraksi.
Angka mana yang lebih penting?
Angka sistolik atau diastolik yang lebih tinggi dapat digunakan untuk mendiagnosis tekanan darah tinggi. Namun, tekanan darah sistolik lebih menunjukkan faktor risiko penyakit jantung bagi orang berusia di atas 50.
Seiring bertambahnya usia, tekanan darah sistolik biasanya meningkat karena:
- Arteri besar menjadi lebih kaku
- Terdapat lebih banyak penumpukan plak dari waktu ke waktu
- Tingkat penyakit jantung dan pembuluh darah yang lebih tinggi
Berapa kisaran tekanan darah?
Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia mengatakan, klasifikasi hipertensi di Indonesia mengacu pada klasifikasi Eropa, yaitu:
- Optimal dengan tekanan darah >120/<80.
- Normal dengan tekanan darah 120—129/80—84.
- High Normal dengan tekanan darah 130—139/85—89.
- Grade 1 Hypertension dengan tekanan darah 140—159/90—99.
- Grade 2 Hypertension dengan tekanan darah 160—179/100—109.
- Grade 3 Hypertension dengan tekanan darah >180/>110.
- Isolated Systolic Hypertension dengan tekanan darah >140/>90.
PENYEBAB HIPERTENSI
Penyebabnya bisa bermacam-macam, tetapi bisa juga tidak diketahui. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibedakan menjadi dua, yaitu hipertensi primer dan sekunder.
1. Hipertensi primer.
Ini jenis darah tinggi yang penyebabnya tidak diketahui dengan pasti dan biasanya berkembang perlahan seiring waktu atau dalam waktu bertahun-tahun. Hipertensi primer—disebut juga tekanan darah tinggi esensial—merupakan jenis darah tinggi yang paling sering ditemukan.
2. Hipertensi sekunder.
Ini jenis tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh berbagai kondisi atau penyakit lain dan bisa terjadi secara mendadak, termasuk pada anak-anak.
Kondisi atau penyakit yang bisa menyebabkan hipertensi sekunder, antara lain:
- Penyakit ginjal.
- Hipertiroidisme
- Penyakit jantung bawaan.
- Kelainan bawaan pada pembuluh darah.
- Penyalahgunaan NAPZA.
- Penggunaan obat-obat tertentu, seperti dekongestan, pil KB, atau kortikosteroid.
- Sleep apnea.
- Tumor kelenjar adrenal.
- Kecanduan alkohol.
Hipertensi juga bisa dipicu oleh emosi.
Contoh yang paling sering ditemukan adalah hipertensi jas putih atau white coat hypertension, yaitu hipertensi yang disebabkan oleh rasa takut atau cemas saat menjalani tes kesehatan. Hipertensi ini hanya terjadi saat pemeriksaan di klinik atau rumah sakit oleh dokter, perawat, atau tenaga kesehatan, dan akan kembali normal ketika pasien di rumah. (*)
Sumber:
Alodokter (28/08/2023)
American Heart Association (17/05/2024)
Cleveland Clinic (27/02/2024)
WebMD (03/04/2024)
Foto:
Freepik