MITOS DAN FAKTA KANKER KOLOREKTAL

MITOS DAN FAKTA KANKER KOLOREKTAL

Ada beberapa hal tentang kanker kolorektal atau kanker usus besar yang dianggap fakta, padahal sebenarnya cuma mitos.

Dunialansia.com – Sahabat Lansia, ada beberapa hal tentang kanker kolorektal atau kanker usus besar yang dianggap fakta, padahal sebenarnya cuma mitos. Nah, agar tak terjebak dalam mitos, berikut ini sejumlah mitos dan fakta kanker kolorektal yang perlu kita ketahui.

# Kanker kolorektal jarang terjadi—MITOS

Kanker kolorektal merupakan penyebab kedua kematian akibat kanker pada pria dan wanita jika digabungkan. Sekitar 1 dari 25 wanita akan menderita kanker kolorektal dan sekitar 1 dari 23 pria akan menderita kanker kolorektal.

# Riwayat keluarga adalah satu-satunya faktor risiko kanker kolorektal—MITOS

Riwayat kanker kolorektal dalam keluarga memang memengaruhi risiko seseorang terkena kanker. Namun, riwayat keluarga bukan satu-satunya faktor risiko kanker kolorektal.

Masih ada faktor risiko penting lainnya yang juga meningkatkan risiko terkena kanker kolorektal, yaitu kondisi medis, termasuk obesitas dan penyakit radang usus (IBD).

Begitu pun pilihan gaya hidup, seperti pola makan tinggi daging merah, merokok dan penggunaan alkohol, juga meningkatkan risiko.

Karena kanker kolorektal umum terjadi, semua orang dewasa mulai usia 45 agar menjalani skrining tanpa memandang riwayat keluarga.

Orang Amerika keturunan Afrika memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker kolorektal, sedangkan  penduduk asli Indian Amerika/Alaska memiliki risiko tertinggi terkena kanker kolorektal.

# Skrining berbasis feses yang positif untuk kanker kolorektal sama dengan diagnosis kanker—MITOS

Tes berbasis feses mendeteksi lebih dari sekadar kanker, tes ini juga dapat mengidentifikasi lesi prakanker atau polip.

Namun, tes berbasis feses tidak mengatasi polip, jika polip ada dalam usus besar. Kolonoskopi lanjutan diperlukan untuk mengidentifikasi polip dan kemungkinan mengangkatnya.

# Kanker kolorektal dapat terjadi ketika seseorang masih muda—FAKTA

Angka kejadian kanker kolorektal pada orang di bawah 50 tahun meningkat dua kali lipat sejak 1990. Sebaliknya, pada lansia di atas 65 tahun, angka diagnosisnya menurun, kemungkinan besar karena skrining kanker kolorektal.

# Skrining kanker kolorektal dimulai pada usia 45 tahun—FAKTA

Pada 2021, rekomendasi untuk skrining kanker kolorektal telah diperbarui, yaitu mulai skrining pada usia 45. Hal ini karena angka diagnosis meningkat pada usia yang lebih muda.

# Kanker kolorektal dapat dicegah dengan skrining—FAKTA

Skrining kanker kolorektal memang bertujuan untuk mencegah kanker, bukan hanya menemukannya ketika sudah berkembang.

Kebanyakan kanker kolorektal berkembang dari polip, yaitu suatu pertumbuhan kecil yang bersifat prakanker.

Keberadaan polip dapat dengan mudah diidentifikasi menggunakan tes skrining kolonoskopi. Polip dapat diangkat selama kolonoskopi untuk mencegahnya berkembang menjadi kanker.

Baca Juga: 5 Cara Menjaga Kesehatan Usus Besar

Sumber:
Mayo Clinic Health System
Foto:
Freepik

 

 

Sahabat Lansia, situs dunialansia.com bukan merupakan praktik konsultasi medis, diagnosis, ataupun pengobatan. Informasi di situs ini tidak boleh digunakan sebagai pengganti konsultasi atau saran medis profesional. Bila Sahabat Lansia memiliki masalah kesehatan atau penyakit tertentu atau kebutuhan medis yang spesifik, konsultasikan dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan profesional.
Yuk, berbagi artikel ini agar manfaatnya dirasakan oleh banyak orang.