Lebih dari separuh penderita kanker usus besar berusia minimal 67 tahun. Meski umumnya menyerang lansia, kanker usus besar bisa terjadi pada usia berapa pun. Disarankan melakukan tes skrining rutin karena penyakit ini tidak menunjukkan gejala awal.
Dunialansia.com – Sahabat Lansia, anak sulung pewara Hilbram Dunar, Ranu Agusti, mengungkapkan kepada Kompas.com bahwa sebelum meninggal dunia, ayahnya mengidap kanker usus besar.
Hilbram Dunar yang dikenal lewat acara “Mario Teguh Golden Ways” meninggal dunia kemarin (Minggu, 31/03/2024) pada usia 48. Presenter kondang yang juga penulis buku ini, didiagnosis kanker usus besar pada 17 Oktober 2023.
Kanker usus besar adalah pertumbuhan sel yang dimulai di bagian usus besar yang disebut kolon. Kolon adalah bagian pertama dan terpanjang dari usus besar. Usus besar merupakan bagian terakhir dari sistem pencernaan. Sistem pencernaan memecah makanan untuk digunakan oleh tubuh.
Salah satu faktor risiko kanker usus besar adalah usia yang lebih tua—kebanyakan berusia di atas 50. Melansir WebMD, lebih dari separuh penderita kanker usus besar berusia minimal 67 tahun.
Meski umumnya menyerang lansia, kanker usus besar bisa terjadi pada usia berapa pun. Bahkan, jumlah penderita kanker usus besar di bawah 50 tahun terus bertambah. Namun, alasannya belum diketahui.
Kanker usus besar kadang-kadang disebut kanker kolorektal. Istilah ini menggabungkan kanker usus besar dan kanker rektum, yang dimulai di rektum.
AWALNYA TIDAK MENUNJUKKAN GEJALA
Kanker usus besar biasanya dimulai sebagai gumpalan kecil sel—disebut polip—yang terbentuk di dalam usus besar. Polip umumnya tidak bersifat kanker, tetapi beberapa polip dapat berubah menjadi kanker seiring berjalannya waktu.
Polip sering kali tidak menimbulkan gejala. Itulah mengapa, banyak penderita kanker usus besar tidak menunjukkan gejala pada awalnya. Ketika gejala muncul, kemungkinan besar bergantung pada ukuran kanker dan lokasinya di usus besar.
Gejala kanker usus besar dapat meliputi:
- Perubahan kebiasaan buang air besar, seperti diare atau malah sembelit.
- Perdarahan rektum atau darah pada feses.
- Ketidaknyamanan yang berkelanjutan di area perut, seperti kram, gas, atau nyeri.
- Perasaan bahwa usus tidak kosong seluruhnya saat buang air besar.
- Kelemahan atau kelelahan.
- Kehilangan berat badan tanpa berusaha.
FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MENINGKATKAN RISIKO KANKER USUS BESAR
Memiliki saudara sedarah yang menderita kanker usus besar meningkatkan risiko terkena kanker usus besar. Risikonya menjadi lebih besar jika memiliki lebih dari satu anggota keluarga yang menderita kanker usus besar atau kanker rektum.
Selain faktor usia yang lebih tua, masih ada sejumlah faktor lainnya yang dapat meningkatkan risiko kanker usus besar, yaitu:
- Riwayat pribadi kanker kolorektal atau polip usus besar.
- Riwayat kanker usus besar atau kanker rektum dalam keluarga.
- Penyakit radang usus, termasuk kolitis ulseratif dan penyakit Crohn.
- Sindrom yang diturunkan, paling umum adalah poliposis adenomatosa familial dan sindrom Lynch.
- Diet atau pola makan rendah serat dan tinggi lemak.
- Tidak berolahraga secara teratur.
- Orang dengan diabetes atau resistansi insulin.
- Orang yang mengalami obesitas—selain meningkatkan risiko kanker usus besar, juga meningkatkan risiko kematian akibat kanker usus besar.
- Merokok.
- Terlalu banyak minum alkohol.
- Terapi radiasi yang diarahkan ke perut untuk mengobati kanker sebelumnya.
- Ras kulit hitam lebih berisiko dibandingkan dengan ras lain.
KAPAN HARUS KE DOKTER?
Sahabat Lansia, karena polip sering kali tidak menimbulkan gejala, dokter merekomendasikan tes skrining rutin untuk mencari polip dalam usus besar. Dengan menemukan dan mengangkat polip dapat membantu mencegah kanker usus besar.
Jika kanker usus besar berkembang, banyak perawatan yang dapat membantu mengendalikannya. Perawatannya meliputi pembedahan, terapi radiasi, dan obat-obatan, seperti kemoterapi, terapi bertarget, dan imunoterapi. (*)
Sumber:
Mayo Clinic
Foto:
Freepik
Sahabat Lansia, situs dunialansia.com bukan merupakan praktik konsultasi medis, diagnosis, ataupun pengobatan. Informasi di situs ini tidak boleh digunakan sebagai pengganti konsultasi atau saran medis profesional. Bila Sahabat Lansia memiliki masalah kesehatan atau penyakit tertentu atau kebutuhan medis yang spesifik, konsultasikan dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan profesional.