Seseorang yang kehilangan pasangan hidupnya dapat merasa kehilangan sebagian dari dirinya. Ada banyak teori di balik widowhood effect, tetapi belum ada bukti kuat mengenai penyebabnya.
Dunialansia.com – Sahabat Lansia, banyak orang mengalami kesedihan, stres, dan dampak negatif terhadap kesehatan fisik karena kematian pasangan. Namun, sebagian orang lainnya tidak terpengaruh oleh peristiwa tersebut.
Faktor-faktor apa yang menentukan seseorang terpengaruh oleh kematian pasangannya belum dipahami dengan baik dalam penelitian psikologis. Salah satu fenomena yang umum diselidiki dalam konteks kematian pasangan adalah widowhood effect. Jika pasangan meninggal, maka pasangannya berisiko lebih besar untuk meninggal, dibandingkan dengan orang lain yang berusia sama.
Widowhood effect mencerminkan kematian pasangan adalah peristiwa kehidupan yang sangat menegangkan yang meningkatkan kemungkinan terjadinya masalah kesehatan, seperti serangan jantung pada orang yang masih hidup.
Kehilangan pasangan hidup, kehilangan sebagian diri.
Tampaknya logis untuk berasumsi bahwa pasangan yang memiliki hubungan dekat akan lebih tertekan setelah pasangannya tiada. Penelitian juga mendukung. Seseorang yang kehilangan pasangan hidupnya dapat merasa kehilangan sebagian dari dirinya.
Pasangan yang masih hidup dan memiliki rumah cenderung lebih mengalami depresi, bisa karena mereka khawatir harus sendirian memikul tanggung jawab mengurus rumah.
Perempuan yang bergantung pada suaminya dalam hal keuangan dan pekerjaan rumah tangga cenderung memiliki lebih banyak kecemasan setelah menjanda.
Kematian yang tiba-tiba dan tidak terduga bisa lebih membuat stres bagi pasangan yang masih hidup, meski hal ini juga bervariasi bergantung pada situasi individu. Kurangnya waktu untuk mempersiapkan diri sering kali menyebabkan pasangan yang masih hidup tiba-tiba kehilangan dukungan finansial dan emosional.
Perempuan mengalami dampak yang lebih buruk ketika penyakit yang berkepanjangan mendahului kematian pasangannya karena stres kronis dalam perawatan dan kekhawatiran.
Apa penyebab terjadinya widowhood effect?
Ada banyak teori di balik widowhood effect, tetapi belum ada bukti kuat mengenai penyebabnya. Beberapa kemungkinannya adalah:
# Dampak fisik dan mental menjadi perawat bagi pasangan.
Mereka yang menghabiskan seluruh waktunya untuk merawat pasangannya yang sakit dapat mengabaikan kesehatan dan kesejahteraannya sendiri. Kurangnya perawatan diri ini dapat terbawa ke dalam proses berduka setelah pasangannya meninggal.
# Dampak fisiologis dari kesedihan.
Gejala kesedihan dapat berkisar dari kurang tidur dan penurunan berat badan hingga penurunan kekebalan dan penyakit.
Menurut studi (2018) yang dilakukan para peneliti Rice University, pria dan wanita yang mengalami kesedihan mendalam setelah kematian pasangannya mengalami tingkat peradangan di tubuh mereka hingga 17% lebih tinggi.
Peradangan yang tinggi terkait dengan risiko kesehatan serius seperti, serangan jantung dan stroke.
# Kurangnya dukungan sosial.
Hal ini terutama terjadi jika pasangan yang masih hidup mengandalkan pasangannya untuk aktif bersosialisasi dan tetap terhubung dengan keluarga serta teman.
# Perubahan
- Lingkungan. Misalnya, meninggalkan rumah yang telah lama dihuni—bersama pasangannya—untuk tinggal bersama anggota keluarga lainnya.
- Gaya hidup. Setelah kematian pasangan, bisa terjadi seseorang mengubah perilaku kesehatannya, sehingga meningkatkan risiko kematiannya. Ia mungkin tidak tahu cara berbelanja dan menyiapkan makanan sehat seperti yang pernah dilakukan pasangannya untuk mereka, misal.
- Tanggung jawab: Pekerjaan rumah tangga, seperti membersihkan pekarangan, mengurus tagihan, memasak, dan bersih-bersih, yang dulunya dilakukan berdua bersama pasangan, kini harus dilakukan sendiri. Mencoba mengurus semuanya sendiri bisa sangat melelahkan.
# Pengingat
Karakteristik rumah tangga yang mencerminkan kepribadian pasangan yang telah tiada dapat memainkan peran. Pengingat yang terus-menerus dapat menjadi pemicu bagi sebagian orang.
Sahabat Lansia, meski stres dan kesedihan menjadi hal yang umum setelah kematian pasangan, jangan sampai berlarut-larut. Baik pria maupun wanita yang mengalami kehilangan pasangannya harus mencari bantuan dan dukungan dari keluarga, teman, atau terapis untuk mengatasi stres dan kesedihannya. (*)
Sumber:
NCOA
Verywell Mind
Foto:
Freepik