Stroke, hingga 90 persen dapat dicegah dengan mengatasi faktor risikonya. Setidaknya terdapat 10 masalah kesehatan yang menjadi faktor risiko stroke yang dapat dikendalikan.
Dunialansia.com – Sobat Muda Peduli Lansia, faktor risiko stroke ada yang dapat diubah, tetapi ada juga yang tidak. Usia, jenis kelamin, ras tertentu, dan genetik adalah faktor risiko yang tidak dapat dikontrol.
Kabar baiknya, sejumlah faktor risiko lainnya dapat dikendalikan, meliputi masalah kesehatan dan gaya hidup tak sehat. Hingga 90 persen stroke dapat dicegah dengan mengatasi faktor risiko yang dapat dikendalikan ini.
Setidaknya terdapat 10 masalah kesehatan yang jika ditangani dengan tepat, dapat mencegah seseorang terkena penyakit penyebab disabilitas dan kematian ini.
1. Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah penyebab utama stroke dan faktor risiko paling signifikan yang dapat dikendalikan. Disebut hipertensi bila tekanan darah mencapai angka 130/80 mm Hg ke atas. Tekanan darah normal adalah kurang dari 120/80 mm Hg. Jika lebih dari normalnya, meski belum mencapai angka 130/80 atau lebih, sebaiknya periksakan ke dokter.
2. Diabetes
Diabetes melitus merupakan faktor risiko independen terjadinya stroke. Penting bagi diabetesi tipe 1 ataupun 2 untuk mengontrol gula darahnya. Apalagi, banyak diabetesi yang kelebihan berat badan serta memiliki tekanan darah dan kolesterol tinggi, sehingga meningkatkan risikonya.
Meski diabetes dapat diobati, keberadaan penyakit ini tetap meningkatkan risiko stroke. Oleh karena itu, menurunkan risiko diabetes dan pradiabetes menjadi penting.
3. Obesitas/Kegemukan
Kelebihan berat badan dan obesitas berkaitan dengan peningkatan risiko tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit jantung, dan stroke. Menurunkan berat badan sebanyak 5—10 pon dapat memengaruhi risiko secara signifikan.
Meski pengendalian berat badan merupakan tantangan seumur hidup, mulailah mengambil langkah kecil hari ini untuk mengatur berat badan dan menurunkan risiko.
4. High Cholesterol
Kolesterol adalah zat seperti lemak dalam darah. Kolesterol tinggi meningkatkan risiko penyumbatan arteri. Jika arteri menuju otak tersumbat, dapat mengakibatkan stroke. Studi menunjukkan, kadar kolesterol ideal sekitar 150 mg/dL.
5. Atrial Fibrillqtion (AFib)
Fibrilasi atrium (AFib) adalah gangguan irama jantung yang dapat menyebabkan bekuan darah mengalir ke otak dan mengakibatkan stroke. Dapatkan pengobatan untuk menurunkan kemungkinan terkena stroke.
6. Sleep Apnea
Lebih dari separuh penderita stroke menderita sleep apnea. Kondisi kronis ini dapat menjadi penyebab stroke pertama kali atau berulang.
Sleep apnea adalah bagian dari gangguan pernapasan saat tidur yang menyebabkan berhentinya pernapasan, sebagian atau seluruhnya, berkali-kali sepanjang malam. Akibatnya, kadar oksigen menjadi rendah dan tekanan darah meningkat, yang keduanya dapat meningkatkan risiko stroke.
Sleep apnea dapat menyerang siapa saja dari segala usia, termasuk anak-anak. Namun, faktor risikonya antara lain laki-laki, kelebihan berat badan, dan berusia di atas 40.
Beberapa tanda dan gejala umum sleep apnea: mendengkur; tidur terganggu atau sering terbangun di malam hari, terengah-engah; kelelahan atau merasa lelah di siang hari; sakit kepala di pagi hari; masalah dengan konsentrasi dan memori.
7. Carotid Artery Disease
Penyakit arteri karotis atau disebut juga stenosis arteri karotis, terjadi ketika timbunan lemak (plak) menyumbat pembuluh darah yang mengantarkan darah ke otak dan kepala. Kondisi ini berkembang perlahan dan mengakibatkan penyempitan arteri, sehingga meningkatkan risiko stroke.
Sering kali tidak ada gejala. Tanda pertamanya mungkin TIA (transient ischemic attack), yaitu penyumbatan sementara aliran darah ke otak. Gumpalan darah biasanya larut dengan sendirinya dan gejalanya biasanya berlangsung kurang dari lima menit.
Meski tidak menyebabkan kerusakan permanen, TIA merupakan “serangan peringatan” yang menandakan kemungkinan terjadinya serangan berat di masa depan. Saat pertama kali menyadari gejalanya, segera dapatkan bantuan, meskipun gejalanya sudah hilang. Selanjutnya, pemeriksaan rutin menjadi sangat penting.
8. Peripheral Artery Disease (PAD)
Penyakit arteri perifer (PAD) adalah penyempitan pembuluh darah yang membawa darah ke otot kaki dan lengan. Penumpukan lemak plak di dinding arteri menyebabkan PAD. Orang dengan PAD memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit arteri karotis, sehingga meningkatkan risiko stroke.
9. Penyakit Jantung Lainnya
Orang dengan penyakit jantung koroner atau gagal jantung mempunyai risiko lebih tinggi terkena stroke daripada mereka yang memiliki jantung sehat. Kardiomiopati dilatasi (pembesaran jantung), penyakit katup jantung, dan beberapa kelainan jantung bawaan juga dapat meningkatkan risiko stroke. Bekerja samalah dengan dokter untuk menangani kondisi terkait ini.
10. Covid-19
Covid-19 adalah penyakit pernapasan yang dapat menyebar dari orang ke orang dan telah menjangkiti banyak orang di banyak negara. Peningkatan pembentukan bekuan darah merupakan komplikasi Covid-19 yang dapat mengakibatkan stroke.
American Heart Association menyarankan kehati-hatian bagi mereka yang menderita penyakit jantung atau yang selamat dari stroke. Lansia dengan jantung koroner lebih mungkin mengalami gejala yang lebih parah jika terinfeksi. Penyintas stroke juga mungkin menghadapi peningkatan risiko komplikasi jika tertular Covid-19. (*)
Artikel lainnya: “SeGeRa Ke RS” Jika Mendapati 6 Tanda atau Gejala Stroke Ini!
Sumber:
American Stroke Association
Foto:
Freepik.com