Selain berisiko lebih rendah terhadap demensia, pemilik anjing juga lebih kecil kemungkinannya terhadap penurunan kekuatan otot dan kemampuan fisik lainnya. Apa sebab?
Dunialansia.com – Sahabat Lansia, sebuah penelitian menemukan, memiliki anjing bukan hanya mendatangkan kegembiraan tetapi juga mengurangi risiko demensia hingga 40% pada lansia di atas 65 tahun.
Mengutip NIA, demensia adalah hilangnya fungsi kognitif—berpikir, mengingat, dan bernalar—sedemikian rupa sehingga mengganggu kehidupan dan aktivitas sehari-hari seseorang.
Beberapa orang dengan demensia tidak dapat mengendalikan emosi mereka dan kepribadian mereka dapat berubah.
Memelihara hewan peliharaan diketahui memiliki sejumlah manfaat kesehatan, baik fisik maupun mental. Hewan peliharaan membantu meningkatkan kesejahteraan kita secara keseluruhan dengan mengurangi stres, kesepian, dan depresi.
Lebih dari itu, sebuah studi baru dari Jepang mengungkapkan, anjing dapat membantu mengurangi risiko demensia hingga 40% pada lansia di atas 65 tahun.
Penelitian dilakukan selama empat tahun dan menemukan manfaat memiliki anjing terhadap risiko demensia yang lebih rendah.
Para peneliti dari Tokyo Metropolitan Institute for Geriatrics and Gerontology melakukan penelitian terhadap sekitar 11.000 penduduk berusia 65—84 tahun di Distrik Ota, Tokyo selama empat tahun mulai tahun 2016.
Mereka mendata jenis hewan peliharaan (anjing, kucing) para peserta atau tidak memiliki hewan peliharaan. Mereka juga mendata jenis olahraga yang dilakukan lebih dari sekali seminggu, seperti berjalan, berlari, yoga, berenang, dan bersepeda.
Penelitian yang dipublikasikan dalam Preventive Medicine Reports ini juga mengamati, apakah para peserta mengalami gejala demensia atau tidak.
Temuan mereka mengungkapkan, pemilik anjing 40% lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami demensia daripada mereka yang tidak memiliki anjing.
Dr. Yu Taniguchi, penulis utama studi tersebut mencatat, peserta yang memiliki anjing peliharaan melakukan olahraga. Mereka juga membuat koneksi baru dengan orang lain saat berjalan-jalan dengan hewan peliharaan mereka.
“Memiliki anjing memungkinkan pemiliknya untuk berolahraga secara rutin dan menghindari isolasi sosial. Kedua faktor ini merupakan faktor utama yang membuat orang memiliki risiko lebih rendah terkena demensia,” jelas Dr. Taniguchi.
Pada dasarnya, tambah peneliti senior yang mengkhususkan diri dalam geriatri di Japan’s National Institute for Environmental Studies ini, memelihara anjing mengharuskan orang untuk membiasakan diri melakukan aktivitas fisik. Hal itu membuat mereka lebih mungkin berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain.
Penelitian tersebut juga menemukan, orang yang berolahraga secara teratur tetapi tidak memiliki anjing memiliki risiko demensia yang lebih rendah. Namun, efeknya lebih kuat di antara mereka yang memiliki anjing dan berolahraga. Hal ini menunjukkan, kepemilikan anjing mendukung aktivitas fisik dan sosial yang konsisten.
“Secara khusus, pemilik anjing dengan kebiasaan berolahraga dan tidak mengalami isolasi sosial memiliki risiko demensia yang jauh lebih rendah.” – Dr. Taniguchi
Bagaimana dengan memelihara kucing?
Berbeda dari anjing, penelitian tersebut menemukan, memelihara kucing hanya memiliki efek marjinal.
“Rasio peluang” yang menunjukkan risiko terkena penyakit ini dihitung sebesar 0,6% untuk pemilik anjing dan 0,98% untuk pemilik kucing, lalu 1% untuk mereka yang tidak memiliki anjing atau kucing.
Selain berisiko lebih rendah terhadap demensia, pemilik anjing juga lebih kecil kemungkinannya untuk menjadi lemah.
Sebuah studi terpisah selama dua tahun yang melibatkan sekitar 6.200 orang menemukan, pemilik anjing sekitar 20% lebih kecil kemungkinannya untuk menjadi lemah—didefinisikan sebagai penurunan kekuatan otot dan kemampuan fisik lainnya.
Tak demikian halnya dengan pemilik kucing. Pemilik kucing tidak menunjukkan penurunan risiko demensia atau kelemahan yang signifikan secara statistik.
Dr. Taniguchi menduga, adanya perbedaan tersebut terkait dengan latihan dan interaksi sosial di antara keduanya.
Pemilik anjing mengajak hewan peliharaannya jalan-jalan, yang mendorong aktivitas fisik dan menciptakan peluang untuk keterlibatan sosial. Faktor-faktor ini membantu mencegah isolasi sosial, yang diketahui sebagai penyebab buruknya kesehatan.
“Membawa anjing jalan-jalan tampaknya dapat menurunkan risiko demensia dan kelemahan melalui olahraga teratur. Kucing, meskipun penelitian sebelumnya menunjukkan manfaat bagi kesehatan mental, cenderung melakukan lebih sedikit aktivitas fisik,” jelas Dr. Taniguchi.
Kendati demikian, memelihara anjing saja tidak menjamin manfaat kesehatan. Studi tersebut menunjukkan hasil yang beragam bagi pemilik anjing yang tidak berolahraga secara teratur.
“Manfaat kesehatan dan umur panjang tidak hanya didapat dari tinggal bersama anjing, tetapi juga dari tetap terlibat secara fisik dan sosial melalui perawatan yang penuh kasih sayang,” simpul Dr. Taniguchi. (*)
Sumber:
The Mainichi
Times Now
Foto:
Freepik