LANSIA LEBIH MUNGKIN MENGALAMI EPILEPSI

LANSIA LEBIH MUNGKIN MENGALAMI EPILEPSI

Meski dapat dialami pada usia berapa pun, epilepsi lebih mungkin terjadi pada lansia. Bahkan, insiden epilepsi tertinggi, mencakup hampir seperempat kasus epilepsi baru, terjadi pada usia di atas 65.

Dunialansia.com – Sahabat Lansia, epilepsi adalah kelainan otak yang menyebabkan kejang berulang. Akan tetapi penyakit ini tidak menular. Jika ada yang mengatakan bahwa epilepsi menular, itu cuma mitos. Faktanya, epilepsi bukan penyakit menular!

Meski dapat dimulai pada usia berapa pun, epilepsi seringnya dimulai pada masa kanak-kanak atau dewasa. Namun, insiden epilepsi tertinggi, mencakup hampir seperempat kasus epilepsi baru, justru terjadi pada usia di atas 65. Seiring bertambahnya populasi yang menua, maka akan ada lebih banyak lagi lansia yang menderita epilepsi di tahun-tahun mendatang.

Mengapa epilepsi lebih mungkin terjadi pada lansia?

Karena, beberapa faktor risiko epilepsi lebih sering terjadi pada lansia, seperti: stroke, cedera kepala karena terjatuh, tumor otak, dan  penyakit yang memengaruhi fungsi otak (misalnya, penyakit Alzheimer).

APA PENYEBAB EPILEPSI PADA LANSIA?

Ada banyak penyebab epilepsi dan kejang. Insiden kejang jenis apa pun meningkat secara signifikan pada usia di atas 60, umumnya disebabkan oleh kondisi neurologis lain, seperti demensia atau stroke.

Namun, sekitar setengah dari seluruh kejang pada lansia tidak diketahui penyebabnya. Hal ini dapat menyulitkan dokter. Oleh karena itu, sangat penting untuk menyelidiki penyebab kejang pada lansia. Dengan mengetahui penyebabnya akan membantu dokter dalam menentukan jenis penanganan dan pengobatan yang tepat.

Adapun penyebab umum epilepsi pada lansia meliputi:

  • Kerusakan/cedera otak.
  • Tumor otak.
  • Kondisi degeneratif, seperti demensia.
  • Kondisi medis yang memengaruhi fungsi otak.
  • Faktor risiko gaya hidup, seperti alkohol, merokok, kurang tidur, serta stres dan depresi.

BAGAIMANA KITA TAHU BAHWA LANSIA MENGALAMI KEJANG EPILEPSI?

Tidak selalu mudah untuk mengetahuinya, karena kejang sulit dikenali pada lansia. Bahkan, kejang pada lansia mungkin saja luput dari perhatian karena sering kali kita “terjebak” pada alasan penuaan.

Masalah ingatan, kebingungan, terjatuh, pusing, atau perubahan sensorik, seperti mati rasa, sering kali dianggap sebagai penyebab “penuaan”. Padahal, terkadang hal ini sebenarnya bisa menjadi tanda-tanda kejang.

Ada banyak tanda kejang yang berbeda karena ada banyak jenis kejang. Dalam film dan TV, seseorang sering terlihat terjatuh ke lantai, gemetar, dan tidak menyadari apa yang terjadi di sekitarnya. Itu salah satu jenis kejang, tapi bukan yang paling umum.

Lebih seringnya, seseorang yang mengalami kejang menunjukkan perilaku:

  • Tampak bingung.
  • Menatap ke langit.
  • Berjalan-jalan.
  • Melakukan gerakan yang tidak biasa.
  • Tidak dapat menjawab pertanyaan atau berbicara.

Jika tanda-tanda ini terjadi lebih dari satu kali dan sering dalam pola yang sama, itu bisa menjadi tanda-tanda kejang. Jika lansia menunjukkan tanda-tanda ini, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter. Kebanyanyakan lansia penderita epilepsi memiliki kendali kejang yang baik dengan obat-obatan. Dokter spesialis epilepsi dapat membantu lansia memperoleh perawatan yang tepat. (*)

Sumber:
Better Health Channel 
CDC
Epilepsy Foundation
Foto:
Freepik

 

Sahabat Lansia, situs dunialansia.com bukan merupakan praktik konsultasi medis, diagnosis, ataupun pengobatan. Informasi di situs ini tidak boleh digunakan sebagai pengganti konsultasi atau saran medis profesional. Bila Sahabat Lansia memiliki masalah kesehatan atau penyakit tertentu atau kebutuhan medis yang spesifik, konsultasikan dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan profesional.
Yuk, berbagi artikel ini agar manfaatnya dirasakan oleh banyak orang.