Selain merokok, masih ada beberapa faktor risiko lagi yang dapat meningkatkan risiko terkena kanker paru-paru. Ketika seorang perokok memiliki faktor risiko lainnya, maka risikonya semakin meningkat untuk terkena kanker paru daripada yang bukan perokok.
Dunialania.com – Sahabat Lansia, merokok adalah faktor risiko pertama yang dapat meningkatkan risiko terkena paru-paru. Bukan berarti non-perokok dapat terbebas dari kanker ini, lo. Pasalnya, masih ada sejumlah faktor lainnya yang juga dapat meningkatkan risiko terkena kanker paru-paru. Para perokok juga mesti waspada karena risiko terkena kanker paru semakin meningkat bila terpapar faktor risiko lainnya.
Berikut ini sejumlah faktor risiko lainnya yang dapat meningkatkan risiko terkena kanker paru-paru.
# Radon
CDC menjelaskan, radon adalah gas yang terbentuk secara alami pada bebatuan, tanah, dan air. Radon tidak dapat dilihat, dirasa, ataupun dicium alias tidak berbau. Di lingkungan luar ruangan, kadar radon sangat rendah dan umumnya tidak dianggap berbahaya.
Ketika radon masuk ke dalam rumah atau bangunan melalui retakan atau lubang, radon dapat terperangkap dan menumpuk di udara. Orang yang tinggal atau bekerja di rumah dan bangunan ini akan menghirup radon tingkat tinggi. Dalam jangka waktu lama, radon dapat menyebabkan kanker paru-paru.
Risiko kanker paru-paru akibat paparan radon lebih tinggi pada orang yang merokok daripada yang tidak merokok. Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA) memperkirakan lebih dari 10% kematian akibat kanker paru-paru yang berhubungan dengan radon terjadi pada orang yang tidak pernah merokok.
# Zat-zat lain.
Contoh zat yang ditemukan di beberapa tempat kerja yang meningkatkan risiko, antara lain: asbes, arsenik, knalpot diesel, serta beberapa bentuk silika dan kromium. Untuk banyak zat ini, risiko terkena kanker paru-paru bahkan lebih tinggi bagi mereka yang merokok. Tinggal di daerah dengan tingkat polusi udara yang lebih tinggi juga meningkatkan risiko terkena kanker paru.
# Riwayat keluarga.
Menurut NCI, orang dengan kerabat yang pernah menderita kanker paru memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk menderita kanker paru daripada orang yang tidak memiliki kerabat yang pernah menderita kanker paru.
Namun, karena kebiasaan merokok cenderung menurun dalam keluarga dan anggota keluarga terpapar asap rokok, maka sulit untuk mengetahui apakah peningkatan risiko kanker paru disebabkan oleh riwayat kanker paru dalam keluarga atau karena terpapar asap rokok.
# Infeksi HIV
NCI juga mencatat, terinfeksi human immunodeficiency virus (HIV), penyebab acquired immunodeficiency syndrome (AIDS), dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi terkena kanker paru. Orang yang terinfeksi HIV dapat memiliki risiko kanker paru dua kali lipat lebih tinggi daripada mereka yang tidak terinfeksi.
Namun, karena tingkat merokok lebih tinggi pada mereka yang terinfeksi HIV daripada mereka yang tidak terinfeksi, maka tidak jelas apakah peningkatan risiko kanker paru disebabkan oleh infeksi HIV atau karena terpapar asap rokok.
# Terapi radiasi pada dada.
NCI menjelaskan, terapi radiasi pada dada dapat digunakan untuk mengobati kanker tertentu, termasuk kanker payudara dan limfoma Hodgkin. Terapi radiasi menggunakan sinar-x, sinar gamma, atau jenis radiasi lain yang dapat meningkatkan risiko kanker paru. Semakin tinggi dosis radiasi yang diterima, semakin tinggi risikonya. Risiko kanker paru setelah terapi radiasi lebih tinggi pada pasien yang merokok daripada pasien yang tidak merokok.
# Suplemen beta karoten pada perokok berat.
Menurut NCI, Mengonsumsi suplemen beta karoten (pil) meningkatkan risiko kanker paru-paru, terutama pada perokok yang merokok satu bungkus atau lebih dalam sehari. Risiko ini lebih tinggi pada perokok yang minum setidaknya satu minuman beralkohol setiap hari.
Pada bukan perokok, studi menunjukkan, mengonsumsi suplemen beta karoten tidak menurunkan risiko kanker paru.
Sahabat Lansia, dengan mengetahui faktor risiko kanker paru-paru, kita dapat melakukan tindakan pencegahan untuk mengurangi kemungkinan terkena penyakit yang menjadi penyebab utama kematian akibat kanker pada pria ini. (*)
Sumber:
CDC
NCI
Foto:
Freepik