Seiring bertambahnya usia, pria akan mengalami penurunan testosteron. Bersamaan dengan itu muncul gejala-gejala mirip yang dialami wanita kala menopause. Apakah hal ini berarti pria juga mengalami menopause?
Dunialansia.com – Sahabat Lansia, apakah Anda adalah seorang pria yang berusia akhir 40-an atau awal 50-an yang sedang mengalami gejala-gejala berikut ini?
- Perubahan suasana hati dan mudah tersinggung.
- Kehilangan massa otot dan berkurangnya kemampuan untuk berolahraga.
- Redistribusi lemak, seperti mengembangkan perut yang besar atau “payudara pria” (ginekomastia).
- Kurangnya antusiasme atau energi secara umum.
- Kesulitan tidur (insomnia) atau kelelahan yang meningkat.
- Masalah konsentrasi dan memori jangka pendek.
Itu adalah gejala yang umum terjadi pada pria usia akhir 40-an hingga awal 50-an. Beberapa pria juga mengalami depresi, kehilangan gairah seks, disfungsi ereksi, serta gejala fisik dan emosional lainnya.
Apa sebenarnya yang sedang terjadi pada pria usia akhir 40-an hingga awal 50-an ini? Benarkah ini merupakan gejala “menopause pria”? Yuk, cari tahu lebih lanjuit!
APAKAH “MENOPAUSE PRIA” SUNGGUH ADA?
Sahabat Lansia, istilah “menopause” merujuk pada kondisi berhentinya menstruasi (mati haid), biasanya terjadi pada wanita usia antara 45 dan 55 (meski dapat juga terjadi lebih awal, disebut menopause dini atau prematur).
Wanita mengalami penurunan hormon reproduksi seperti estrogen dan progesteron, yang mengakibatkan berakhirnya menstruasi dan kemampuan untuk memiliki anak. Wanita dapat mengalami berbagai gejala fisik dan psikologis selama masa ini, seperti wajah memerah, berkeringat di malam hari, insomnia, lekas marah, cemas, depresi, dan pelupa.
Bagaimana dengan pria?
Pria akan mengalami penurunan kadar testosteron seiring bertambahnya usia. Namun, penurunannya stabil sekitar 1% per tahun dari sekitar usia 30—40 dan tidak akan menimbulkan masalah. Hal ini berbeda dari penurunan kadar estrogen dan progesteron secara tiba-tiba yang dialami oleh wanita menopause.
Meski terjadi penurunan kadar testosteron, pria tetap mampu untuk bereproduksi—sekalipun kadar testosteronnya rendah. Artinya, pria masih dapat menjadi ayah dari anak-anak karena testosteron bukan satu-satunya hormon yang terlibat dalam produksi sperma. Sebaliknya, potensi melahirkan anak pada wanita menurun hingga nol setelah menopause.
Jadi?
Tidak ada yang namanya “menopause pria”, karena pria tidak mengalami perubahan biologis yang serupa dengan yang dialami wanita menopause.
Menopause adalah peristiwa universal bagi semua wanita, yang menandai berakhirnya masa reproduksi mereka. Sebaliknya, hanya 10—25% pria yang lebih tua memiliki kadar testosteron yang dianggap rendah, sementara mayoritas memiliki kadar dalam kisaran normal.
Oleh karena itu, konsep menopause pria tidak berlaku karena tidak semua pria akan mengalami kekurangan testosteron. Menopause adalah peristiwa biologis yang khas dan eksklusif untuk wanita.
Berikutnya: Mengapa pria juga mengalami gejala mirip menopause?
Sumber:
Gleneagles Hospital
NHS
Foto:
Freepik