Demensia frontotemporal merupakan salah satu jenis demensia yang jarang terjadi. Gejalanya muncul secara bertahap dan memburuk secara perlahan seiring waktu.
Dunialansia.com – Sobat Muda Peduli Lansia, aktor Bruce Willis terdiagnosis menderita demensia frontotemporal. Hal itu diungkap oleh Rumer Glen Willis, putri Bruce Willis dan Demi Moore, pada akun Instagram pribadinya (17/2/2023). Sebelumnya, pada musim semi tahun lalu, Bruce terdiagnosis afasia yang menyebabkan kesulitan berbicara.
Demensia frontotemporal merupakan jenis demensia yang jarang terjadi. Demensia frontotemporal memengaruhi bagian depan dan samping otak (lobus frontal dan temporal). Bagian otak ini umumnya terkait dengan kepribadian, perilaku, dan bahasa.
Istilah demensia mengacu pada masalah kemampuan mental yang disebabkan oleh perubahan bertahap dan kerusakan pada otak. Sebagian besar demensia menyerang orang berusia di atas 65. Namun, demensia frototemporal cenderung dimulai pada usia yang lebih muda. Sebagian besar kasus didiagnosis pada orang berusia 45—65, meskipun dapat pula menyerang orang yang lebih muda atau lebih tua.
Seperti jenis demensia lainnya, demensia frontotemporal cenderung berkembang perlahan dan memburuk secara bertahap selama beberapa tahun.
GEJALA DEMENSIA FRONTOTEMPORAL
Pada awalnya, demensia frontotemporal biasanya menyebabkan perubahan perilaku atau masalah bahasa. Gejala ini muncul secara bertahap dan memburuk secara perlahan seiring waktu. Akibatnya, kebanyakan orang dengan demensia frontotemporal akan mengalami kedua masalah ini. Beberapa orang juga mengembangkan masalah fisik dan kemampuan mental.
Perubahan kepribadian dan perilaku.
Banyak orang dengan demensia frontotemporal mengembangkan sejumlah perilaku tidak biasa yang tidak mereka sadari. Di antaranya: menjadi tidak sensitif atau kasar, bertindak impulsif, tidak mampu berempati sehingga terkesan egois, mengabaikan kebersihan pribadi, atau kehilangan motivasi. Seiring perkembangan kondisi, orang dengan demensia frontotemporal dapat menjadi terisolasi secara sosial dan menarik diri.
Masalah bahasa.
Beberapa orang mengalami masalah dengan ucapan dan bahasa. Antara lain: berbicara perlahan atau lambat dan ragu-ragu, kesulitan untuk mengucapkan sebuah kata dengan benar, menyusun kata-kata dengan urutan yang salah atau menggunakan kata-kata yang salah, secara otomatis mengulangi hal-hal yang dikatakan orang lain, lupa arti kata-kata umum, kehilangan kosa kata. Beberapa orang secara bertahap kehilangan kemampuan untuk berbicara dan akhirnya menjadi bisu.
Masalah kemampuan mental.
Masalah yang berkaitan dengan pemikiran cenderung tidak terjadi pada tahap awal demensia frontotemporal. Namun, seiring dengan perkembangan kondisi, masalah kemampuan mental pun berkembang. Seperti: perhatiannya mudah teralihkan, kesulitan dengan perencanaan dan pengorganisasian, kehilangan kemampuan untuk memahami ide-ide abstrak, berpikir dengan cara yang kaku dan tidak fleksibel, kesulitan dalam bekerja dan perlu diberi tahu tentang apa yang harus dilakukan, dan kesulitan mengenali orang atau benda yang sebelumnya dikenal. Masalah memori cenderung terjadi di kemudian hari, tidak seperti bentuk demensia yang lebih umum, penyakit Alzheimer.
Masalah fisik.
Pada tahap selanjutnya, beberapa orang dengan demensia frontotemporal mengalami masalah fisik dan kesulitan bergerak. Termasuk dalam masalah ini: gerakan lambat dan kaku (mirip dengan penyakit Parkinson), kelemahan otot atau kesulitan menelan, kehilangan kontrol kandung kemih dan usus. Adanya masalah fisik membuat aktivitas sehari-hari semakin sulit dan pada akhirnya tak dapat lagi mengurus diri sendiri sehingga butuh bantuan orang lain.
Beberapa orang mengalami demensia frontotemporal yang tumpang tindih dengan masalah neurologis lainnya, seperti:
- Penyakit neuron motorik: menyebabkan kelemahan yang meningkat, biasanya dengan pengecilan otot.
- Degenerasi kortikobasal: menyebabkan masalah dalam mengendalikan anggota tubuh, kehilangan keseimbangan dan koordinasi, kelambatan dan berkurangnya mobilitas.
- Kelumpuhan supranuklear progresif: menyebabkan masalah dengan keseimbangan, gerakan, gerakan mata, dan menelan.
APA YANG DAPAT DILAKUKAN?
Temui dokter umum bila Anda merasa oma-opa atau orangtua lansia Anda memiliki gejala awal demensia. Dokter umum dapat melakukan beberapa pemeriksaan sederhana untuk mencoba menemukan penyebab gejalanya. Mereka dapat merujuk ke dokter spesialis yang terkait untuk pemeriksaan lebih lanjut jika diperlukan. (*)
Sumber:
www.nhs.uk
Foto:
www.freepik.com