Kondisi medis kronis menjadi lebih umum seiring bertambahnya usia. Kondisi medis tertentu, baik secara langsung ataupun tak langsung, dapat mengganggu kehidupan seksual lansia.
Dunialansia.com – Sobat Muda Peduli Lansia, beberapa hari yang lalu kita sudah mengupas tentang kesehatan mental yang dapat memengaruhi kehidupan seks di usia lanjut. Nah, kali ini kita akan membahas sejumlah kondisi medis yang juga dapat mengganggu kehidupan seks lansia.
ARTRITIS DAN NYERI KRONIS
Radang sendi dan nyeri kronis lainnya umum terjadi pada orang dewasa yang lebih tua. Kondisi ini dapat membuat hubungan seks menjadi sulit. Jangan sembarang mengonsumsi obat pereda nyeri, konsultasikan lebih dahulu dengan dokter. Bergantung pada penyebabnya, dokter dapat merekomendasikan obat pereda nyeri ataupun terapi fisik untuk memperkuat otot dan meningkatkan kelenturan. Jika rasa nyeri hanya terjadi pada posisi seksual tertentu, beri tahu pasangan dan cobalah posisi yang berbeda. Menyangga tubuh dengan bantal juga bisa membantu.
DIABETES
Di Amerika Serikat, hampir sepertiga orang dewasa di atas 65 tahun menderita diabetes. Penderitanya, baik pria maupun wanita, dapat mengalami disfungsi seksual. Penyebabnya, bisa karena masalah sirkulasi, efek samping pengobatan, atau kerusakan saraf.
Masalah seksual yang dialami meliputi: libido rendah atau sulit bergairah, disfungsi ereksi, berkurangnya sensasi genital, dan hubungan seksual yang menyakitkan. Selain juga bisa menyebabkan terjadinya infeksi saluran kemih dan infeksi jamur.
Cara terbaik untuk mengurangi dampak diabetes adalah dengan mengontrol kadar gula darah. Bicarakan dengan dokter jika oma-opa atau orangtua Anda yang lansia mengalami kesulitan dalam mengelola kadar gula darah. Pastikan juga untuk menyebutkan masalah kesehatan seksual yang mungkin dialaminya. Hal ini penting diketahui oleh dokter untuk memberikan penanganan/pengobatan yang tepat.
PENYAKIT JANTUNG
Usia tua adalah faktor risiko terbesar penyakit jantung. Penyakit jantung menyebabkan masalah ketika arteri mulai menyempit dan mengeras, disebut aterosklerosis. Kondisi ini mengurangi aliran darah ke seluruh tubuh, termasuk panggul dan alat kelamin. Akibatnya, bisa terjadi disfungsi seksual pada pria dan wanita.
Pada pria, penyakit jantung merupakan salah satu penyebab utama terjadinya disfungsi ereksi. Pada wanita dapat menyebabkan sulit mencapai orgasme karena berkurangnya aliran darah ke alat kelamin.
Di sisi lain, orang dengan penyakit jantung mungkin juga gugup berhubungan seks karena takut akan serangan jantung. Meski aktivitas seksual pada umumnya aman, sebaiknya bicarakan dengan dokter tentang kekhawatiran ini.
OBESITAS
Obesitas merupakan penumpukan lemak yang berlebihan akibat ketidakseimbangan asupan energi (energy intake) dengan energi yang digunakan (energy expenditure) dalam waktu lama. Saat ini, lebih dari 40% orang dewasa di atas 65 tahun memenuhi definisi obesitas.
Penelitian menunjukkan, wanita yang mengalami obesitas lebih cenderung mengalami disfungsi seksual dibandingkan wanita yang tidak obesitas. Selain itu, obesitas juga meningkatkan kemungkinan disfungsi ereksi pada pria.
Salah satu dampak dari obesitas adalah diabetes dan penyakit jantung. Masalah seksual yang dialami bisa jadi berhubungan dengan penyakit diabetes yang tidak terkontrol dan berkurangnya sirkulasi darah akibat aterosklerosis. Penurunan berat badan yang dicapai dengan diet rendah lemak dan diet rutin dianggap sebagai strategi terbaik untuk mengatasi obesitas.
INKONTINENSIA URINE
Inkontinensia urine adalah hilangnya kontrol kandung kemih. Hal ini lebih umum terjadi, terutama pada wanita, seiring dengan bertambahnya usia. Inkontinensia urine bisa memalukan dan membuat hubungan seks menjadi canggung. Betapa tidak? Tekanan ekstra pada perut saat berhubungan seksual bisa menyebabkan kebocoran urine.
Jika mengalami inkontinensia urine, kosongkan kandung kemih sebelum berhubungan seks. Mengubah posisi seksual juga dapat membantu mencegah kebocoran urine dengan menghindari kompresi kandung kemih. Latihan dasar panggul dapat membantu memperkuat otot yang membantu pengendalian urine. (*)
Sumber:
verywellhealth.com
p2ptm.kemkes.go.id
Foto:
freepik.com