Penyakit paru yang satu ini merupakan penyebab kematian ketiga di dunia. Perokok berisiko tinggi terkena penyakit yang ditandai dengan kesulitan bernapas ini. Jika terinfeksi Covid-19, penderita PPOK dapat mengalami komplikasi serius.
Dunialansia.com – Sobat Muda Peduli Lansia, sepertinya tak ada orang muda (juga orang tua) yang tak tahu tentang bahayanya terpapar asap rokok, baik secara langsung (perokok aktif) maupun tak langsung (perokok pasif). Meski begitu, tak sedikit dari orang muda (juga orang tua) yang tetap saja merokok, bahkan di tempat umum sehingga membahayakan kesehatan orang lain yang bukan perokok.
Salah satu dampak kesehatan akibat merokok adalah PPOK, yaitu penyakit paru obstruktif kronik atau chronic obstructive pulmonary disease (COPD). PPOK berkembang perlahan selama bertahun-tahun dan kebanyakan perokok yang menderita PPOK baru merasakan gejala nyata setidaknya di usia 40-an.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), PPOK merupakan penyebab kematian ketiga di dunia. Di AS, PPOK juga menjadi penyebab utama rawat inap; sekitar 20% lansia (65 tahun ke atas) yang rawat inap disebabkan oleh PPOK. Yang juga harus diwaspadai, orang dengan PPOK lebih mungkin mengalami komplikasi serius apabila terinfeksi Covid-19.
BUKAN PENYAKIT MENULAR
PPOK bukanlah penyakit menular. PPOK adalah penyakit jangka panjang yang ditandai dengan kesulitan bernapas. PPOK mencakup dua penyakit, yaitu emfisema dan bronkitis kronis. Kebanyakan penderita PPOK memiliki keduanya, tetapi seberapa serius setiap kondisi bervariasi dari orang ke orang. Sebagian besar kasus didiagnosis setelah usia 45.
Emfisema berkembang ketika ada kerusakan pada dinding kantung-kantung udara di paru-paru. Biasanya, kantung ini elastis atau melar. Saat kita menarik napas, setiap kantung udara terisi dengan udara, seperti balon kecil. Saat kita mengembuskan napas, kantung udara mengempis dan udara keluar. Nah, pada emfisema, paru-paru lebih sulit mengeluarkan udara.
Bronkitis kronis (jangka panjang) adalah iritasi dan peradangan yang berulang atau terus-menerus pada lapisan saluran udara. Akibatnya, banyak lendir kental terbentuk di saluran udara, sehingga sulit bernapas.
FAKTOR RISIKO PPOK
Merokok adalah faktor risiko utama PPOK. Kebanyakan orang yang menderita PPOK adalah perokok atau pernah merokok. Orang yang memiliki riwayat keluarga PPOK juga lebih mungkin mengembangkan penyakit ini jika mereka merokok.
Sekitar 85%—90% dari semua kasus PPOK disebabkan oleh rokok. Bahan kimia berbahaya dalam asap rokok akan melemahkan pertahanan paru-paru terhadap infeksi, mempersempit saluran udara, menyebabkan pembengkakan di saluran udara dan menghancurkan kantung udara—ini semua berkontribusi terhadap PPOK. Semakin banyak dan semakin lama seseorang merokok, semakin besar kemungkinannya terkena PPOK.
Wanita perokok hampir 13 kali lebih mungkin meninggal karena PPOK dibandingkan wanita yang tidak pernah merokok. Sedangkan laki-laki perokok hampir 12 kali lebih mungkin meninggal akibat PPOK dibandingkan laki-laki yang tidak pernah merokok.
Bukan perokok juga bisa terkena PPOK. Penelitian menunjukkan, terpapar asap rokok orang lain (perokok pasif) dapat meningkatkan risiko PPOK. Lagi-lagi, rokok-lah biang keladi PPOK. Selain itu, apa yang kita hirup setiap hari di tempat kerja, rumah, dan di luar dapat berperan dalam mengembangkan PPOK. Paparan jangka panjang terhadap polusi udara, asap rokok dan debu, asap dan bahan kimia (sering berhubungan dengan pekerjaan) yang merusak paru-paru dan saluran udara dapat menyebabkan PPOK.
Riwayat infeksi saluran pernapasan pada masa kanak-kanak, juga dapat meningkatkan risiko PPOK. Begitu pun dengan asma, penyakit paru-paru yang menyebabkan pembengkakan dan penyempitan saluran udara; sekitar 1 dari 5 orang yang menderita PPOK juga menderita asma. Adanya kondisi genetik yang disebut defisiensi alpha-1 antitrypsin (AAT) juga dapat meningkatkan risiko terkena PPOK, bahkan pada usia yang lebih muda. (*)
Artikel berikutnya: PPOK (2)
Sumber:
www.healthinaging.org
www.lung.org
www.nhlbi.nih.gov
Foto:
www.freepik.com