OSTEOPOROSIS, DIAM-DIAM MERUSAK TULANG

OSTEOPOROSIS, DIAM-DIAM MERUSAK TULANG

Dikenal sebagai “penyakit diam” karena osteoporosis tidak bergejala. Meski lebih banyak dialami oleh perempuan, bukan berarti pria terbebas dari risiko terkena penyakit ini. Seiring usia bertambah, risiko terkena osteoporosis pun meningkat. Hati-hati, osteoporosis membuat tulang mudah retak, bahkan patah.

Dunialansia.com – Beberapa hari yang lalu, tepatnya Rabu, 20 Oktober 2021, kita baru saja memperingati Hari Osteoporosis Sedunia. Osteoporosis atau keropos tulang—begitu kita di Indonesia menyebutnya—adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh menurunnya kekuatan tulang, sehingga tulang mudah retak atau patah.

Menurut data, pada 2050 di seluruh dunia diperkirakan 6,3 juta manusia per tahun mengalami patah tulang panggul dan lebih dari setengahnya terdapat di Asia. Pada tahun yang sama diperkirakan perempuan dan laki-laki berusia lebih dari 50 tahun (paling berisiko untuk osteoporosis) akan menjadi 1/3 dari total penduduk Indonesia.

DIAM-DIAM MERUSAK TULANG

Osteoporosis dikenal sebagi penyakit “diam” karena biasanya tidak memiliki gejala. Bahkan, orang mungkin tidak tahu telah menderita penyakit tersebut sampai dirinya mengalami fraktur alias patah tulang.

Ya, osteoporosis menyebabkan tulang menjadi sangat rapuh, sehingga patah tulang terjadi secara spontan. Bahkan, tekanan normal, seperti membungkuk, mengangkat, atau bahkan batuk, bisa menyebabkan patah tulang yang terkena osteoporosis. Begitu pun dengan jatuh ringan, seperti jatuh dari ketinggian berdiri yang biasanya tidak menyebabkan patah tulang pada tulang yang sehat.

Osteoporosis menjadi penyebab utama patah tulang pada perempuan menopause dan pria lansia. Fraktur dapat terjadi pada tulang mana pun, tetapi paling sering terjadi pada tulang pinggul, tulang belakang, dan pergelangan tangan.

PEREMPUAN RENTAN OSTEOPOROSIS

Dibanding lelaki, perempuan lebih berisiko terkena osteoporosis. Sebabnya, perempuan memiliki massa tulang puncak yang lebih rendah dan tulang yang lebih kecil daripada pria.

Bukan berarti lelaki bebas osteoporosis, lo. Kaum adam juga masih berisiko, terutama setelah usia 70 tahun. Pasalnya, risiko terkena penyakit ini—baik pada pria maupun wanita—akan meningkat seiring usia bertambah.

Faktor lain yang membuat perempuan rentan osteoporosis adalah berkurangnya kadar hormon estrogen setelah menopause. Hormon ini berperan dalam mempertahankan tulang tetap kuat. Bagi banyak perempuan, osteoporosis mulai berkembang sekitar 1—2 tahun sebelum menopause.

SEJARAH KELUARGA & GAYA HIDUP

Baik perempuan maupun lelaki yang memiliki sejarah keluarga osteoporosis juga lebih berisiko mengalaminya. Para peneliti menemukan, risiko osteoporosis dan patah tulang dapat meningkat jika salah satu orangtua memiliki riwayat osteoporosis atau patah tulang pinggul.

Berkaitan dengan gaya hidup, studi menunjukkan, merokok merupakan faktor risiko osteoporosis dan patah tulang. Para peneliti masih mempelajari apakah dampak merokok pada kesehatan tulang berasal dari penggunaan tembakau saja atau jika orang yang merokok memiliki lebih banyak faktor risiko osteoporosis.

Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan juga turut menyumbang terjadinya osteoporosis. Begitu pun gaya hidup pasif alias tidak rajin berolahraga. Juga, pola makan rendah kalsium dan vitamin D yang dimulai pada masa kanak-kanak dan berlanjut hingga usia tua.

Faktor risiko lainnya adalah penggunaan obat-obatan tertentu dalam jangka panjang yang dapat meningkatkan risiko terkena osteoporosis.

POLA MAKAN BERGIZI

Pola makan bergizi yang kaya kalsium dan vitamin D dapat membantu meminimalkan keropos tulang dan menjaga kesehatan secara keseluruhan. Namun, tetaplah penting mengonsumsi makanan yang kaya akan semua zat gizi untuk membantu melindungi dan menjaga kesehatan tulang.

Sumber kalsium yang baik, di antaranya: produk susu rendah lemak, sayuran berdaun hijau tua, brokoli, sarden dan salmon dengan tulang, serta makanan yang diperkaya kalsium, semisal susu kedelai dan tahu.

Vitamin D diperlukan untuk membantu tubuh menyerap kalsium. Selain paparan sinar matahari, vitamin D juga dapat diperoleh dari makanan, seperti ikan berlemak, minyak ikan, kuning telur, dan hati. Makanan lain yang diperkaya dengan vitamin D adalah sumber utama mineral, termasuk susu dan sereal.

Suplemen diperlukan bila kita mengalami kesulitan untuk mendapatkan cukup kalsium dan vitamin D dari konsumsi harian. Tentu saja harus sepengetahuan dokter agar dosisnya tepat.

Batasi konsumsi alkohol, tidak lebih dari satu gelas sehari untuk wanita dan untuk pria, cukup dua gelas saja sehari. Kurangi juga asupan kafein. Selain itu, berhenti merokok dan jangan memulai untuk merokok bagi yang bukan perokok.

OLAHRAGA BANTU TURUNKAN KEMUNGKINAN JATUH

Pada lansia, olahraga teratur dapat membangun massa dan kekuatan otot serta meningkatkan koordinasi dan keseimbangan. Ini dapat membantu menurunkan kemungkinan jatuh. Olahraga juga meningkatkan fungsi sehari-hari dan menunda hilangnya kemandirian.

Penderita osteoporosis juga perlu berolahraga. Tentu olahraganya tidak boleh yang membuat tulang menjadi tegang secara tiba-tiba atau berlebihan. Konsultasikan dengan dokter, biasanya dokter akan merujuk ke ahli terapi fisik.

Hal penting lainnya, rutin memeriksakan kesehatan, terlebih bila memiliki kondisi medis tertentu yang mengharuskan konsumsi obat secara rutin atau bila obat yang diminum menyebabkan keropos tulang. (*)

Sumber:
* Infodatin (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI)
* NIH Osteoporosis and Related Bone Diseases National Resource Center

Foto:
freepik.com

Yuk, berbagi artikel ini agar manfaatnya dirasakan oleh banyak orang.