Depresi umum dialami oleh lansia, tetapi bukan merupakan bagian normal dari penuaan. Penelitian menunjukkan, sebagian besar lansia merasa puas dengan kehidupan mereka, meskipun mereka memiliki lebih banyak penyakit atau masalah fisik.
Dunialansia.com – Sobat Muda Peduli Lansia tentu pernah merasa sedih. Ya, setiap orang pasti pernah merasa sedih. Tapi kalau sedihnya berkepanjangan atau sedih terus-menerus, pasti ada sesuatu yang tak beres. Depresi, bisa jadi!
Depresi lebih dari sekadar merasa sedih. Meski merupakan gangguan mood yang umum, depresi tak dapat dianggap ringan dan membutuhkan perawatan. Pasalnya, depresi akan memengaruhi perasaan kita, cara berpikir, juga dalam menangani kegiatan sehari-hari, seperti tidur, makan, dan bekerja. Ketika kita mengalami depresi, kita memiliki masalah dengan kehidupan sehari-hari selama berminggu-minggu. Kebanyakan orang yang mengalami depresi memerlukan perawatan untuk menjadi lebih baik.
Ternyata, depresi umum dialami oleh lansia. Kendati demikian, hal ini BUKAN merupakan bagian normal dari penuaan. Penelitian menunjukkan, sebagian besar lansia merasa puas dengan kehidupan mereka, meskipun mereka memiliki lebih banyak penyakit atau masalah fisik.
Namun, perubahan penting dalam hidup yang terjadi seiring bertambahnya usia dapat menyebabkan perasaan tidak nyaman, stres, dan sedih. Misalnya, kematian orang yang dicintai, mulai memasuki masa pensiun, atau berurusan dengan penyakit serius, dapat membuat orang merasa sedih atau cemas. Setelah periode penyesuaian, banyak orang dapat memperoleh kembali keseimbangan emosional mereka, tetapi yang lain tidak dan mungkin mengalami depresi.
PENYEBAB DAN FAKTOR RISIKO DEPRESI
Beberapa faktor atau kombinasi faktor, dapat berkontribusi terhadap depresi:
- Gen. Orang dengan riwayat keluarga depresi lebih mungkin untuk mengembangkannya daripada mereka yang keluarganya tidak memiliki penyakit tersebut.
- Riwayat Pribadi. Orang dewasa yang lebih tua yang mengalami depresi ketika mereka lebih muda lebih berisiko untuk mengalami depresi di akhir kehidupan daripada mereka yang tidak memiliki penyakit sebelumnya.
- Kimia Otak. Orang dengan depresi mungkin memiliki kimia otak yang berbeda dari mereka yang tidak menderita penyakit.
- Stres.Kehilangan orang yang dicintai, hubungan yang sulit, atau situasi stres apa pun dapat memicu depresi.
Depresi, terutama pada lansia, juga dapat terjadi bersamaan dengan penyakit medis serius lainnya seperti diabetes, kanker, penyakit jantung, dan penyakit Parkinson. Depresi dapat membuat kondisi ini lebih buruk dan sebaliknya. Kadang-kadang obat yang diminum untuk penyakit fisik ini dapat menyebabkan efek samping yang berkontribusi terhadap depresi. Seorang dokter yang berpengalaman dalam mengobati penyakit rumit ini dapat membantu menentukan strategi pengobatan terbaik.
GEJALA DEPRESI PADA LANSIA SULIT DIKENALI
Depresi pada lansia bisa jadi sulit dikenali karena mereka mungkin menunjukkan gejala yang berbeda dari orang muda. Bagi beberapa orang, kesedihan bukanlah gejala utama mereka. Mereka mungkin memiliki gejala depresi lain yang kurang jelas, atau mereka mungkin tidak mau membicarakan perasaan mereka. Karena itu, dokter bisa jadi kurang menyadari bahwa pasien mereka mengalami depresi.
Terkadang lansia yang mengalami depresi tampak merasa lelah, sulit tidur, atau menjadi pemarah dan mudah tersinggung. Masalah kebingungan atau perhatian yang disebabkan oleh depresi, kadang-kadang dapat terlihat seperti penyakit Alzheimer atau gangguan otak lainnya. Lansia juga mungkin memiliki lebih banyak kondisi medis, seperti penyakit jantung, stroke, atau kanker, yang dapat menyebabkan gejala depresi. Atau mereka mungkin minum obat dengan efek samping yang berkontribusi terhadap depresi.
GEJALA UMUM DEPRESI
Ada banyak gejala yang berhubungan dengan depresi dan beberapa akan bervariasi bergantung pada individu. Namun, beberapa gejala paling umum tercantum di bawah ini.
- Suasana sedih, cemas, atau “kosong” yang terus-menerus.
- Perasaan putus asa, bersalah, tidak berharga, atau tidak berdaya
- Lekas marah, gelisah, atau kesulitan duduk diam.
- Kehilangan minat pada aktivitas yang pernah menyenangkan, termasuk seks.
- Energi berkurang atau mengalami kelelahan.
- Bergerak atau berbicara lebih lambat.
- Kesulitan berkonsentrasi, mengingat, membuat keputusan.
- Sulit tidur, bangun pagi, atau tidur terlalu lama.
- Makan lebih atau kurang dari biasanya, umumnya disertai dengan kenaikan atau penurunan berat badan yang tidak direncanakan.
- Berpikir tentang kematian atau bunuh diri, atau percobaan bunuh diri.
- Nyeri atau sakit, sakit kepala, kram, atau masalah pencernaan tanpa penyebab fisik yang jelas dan/atau yang tidak mudah diobati.
- Sering menangis.
Sobat Muda Peduli Lansia, coba amati, jika orangtua kita yang lansia (atau malah diri kita sendiri) memiliki beberapa gejala umum tersebut selama lebih dari dua minggu, ada kemungkinan mengalami depresi. Segeralah buat janji temu dengan ahli kesehatan mental. Depresi, bahkan depresi berat, dapat diobati, kok. *
Sumber:
National Institute on Aging
Foto:
Freepik.com