Dahulu, aktivitas fisik dianggap dapat memperburuk asma. Sekarang pun masih banyak yang beranggapan, penderita asma tidak boleh berolahraga. Bagaimana faktanya?
Dunialansia.com – Sahabat Lansia, masih banyak orang berpendapat, penderita asma tidak boleh berolahraga. Mitos atau fakta?
Anggapan bahwa asma hanyalah penyakit anak-anak telah dipatahkan. Begitu pula dengan kesalahpahaman terkait obat asma yang dianggap berbahaya dan dapat menimbulkan kecanduan.
Masih ada lagi mitos lainnya yang dapat merugikan penderita asma. Di antaranya berkaitan dengan olahraga dan gejala asma.
Mitos: Orang dengan asma tidak boleh berolahraga, bermain olahraga, ataupun mengikuti kelas kebugaran.
FAKTA: Dahulu, aktivitas fisik dianggap dapat memperburuk asma. Namun, para ahli kini menyadari pentingnya olahraga bagi penderita asma. Penelitian telah menunjukkan, olahraga dan latihan fisik dapat memberikan efek positif terhadap gejala asma.
Itu sebab, penderita asma kini dianjurkan menjalani gaya hidup aktif, termasuk mengikuti kelas olahraga dan pusat kebugaran. Kehidupan yang sepenuhnya aktif akan menjaga kesehatan dan paru-paru.
Berolahraga bagi penderita asma telah terbukti dapat meningkatkan fungsi paru-paru. Selain itu, olahraga dapat membantu mengendalikan berat badan—yang penting dalam mengelola asma.
Bagi sebagian pasien, olahraga dapat memicu asmanya. Dokter mungkin menyarankan penggunaan inhaler albuterol sebelum berolahraga dan menyimpannya di dekat pasien selama berolahraga. Lakukan pemanasan sebelum beraktivitas fisik dan pendinginan setelahnya.
Sangat penting untuk memiliki Rencana Aksi Asma agar pasien dapat terus menikmati olahraga sambil mengendalikan gejala. Bagi mereka yang baru memulai olahraga, penting untuk memulai dari yang kecil dan membangun kebugaran secara bertahap. Bicarakan dengan dokter.
Mitos: Asma bukanlah masalah besar dan mudah dikendalikan.
FAKTA:
Sekitar 10 orang meninggal setiap hari akibat asma, penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan. Setiap serangan dapat mengancam jiwa dalam hitungan detik.
Asma berbeda untuk setiap orang. Asma dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk usia, latar belakang keluarga, ras, jenis kelamin, tempat tinggal, tempat kerja, faktor lingkungan, perkembangan sistem kekebalan tubuh, dan kesehatan umum.
Meskipun tak dapat disembuhkan, ada beberapa pengobatan yang tersedia. Pengobatan paling umum adalah menggunakan inhaler, yang menyalurkan obat langsung ke paru-paru. Inhaler dapat membantu mengendalikan penyakit dan memungkinkan penderita asma menikmati kehidupan yang normal dan aktif.
Mendapatkan diagnosis yang tepat dan mengembangkan rencana pengobatan adalah langkah awal yang penting. Dengan dokter yang tepat, pengobatan, pendidikan dan penggunaan alat manajemen, asma dapat terkontrol dengan baik.
Mitos: Seseorang hanya menderita asma ketika dia mengalami kesulitan bernapas.
FAKTA: Tidak adanya gejala asma bukan berarti asma telah hilang. Asma tidak dapat diprediksi. Meskipun penderita tidak menunjukkan gejala apa pun, dia akan tetap mengalami peradangan di saluran pernapasan. Inilah mengapa, penggunaan obat pencegah secara teratur sangat penting—obat ini membantu mengurangi peradangan dan mencegah terjadinya serangan asma.
Mitos: Jika tidak mengi, itu bukan asma.
FAKTA: Mengi merupakan gejala umum asma. Mengi adalah suara siulan yang terjadi karena udara melewati saluran napas yang sempit.
Mengi biasanya terjadi saat bernapas menjadi sulit karena peradangan dan penyempitan saluran napas.
Tidak adanya mengi bukan berarti asma tidak aktif. Mengi biasanya dapat didengar, tetapi terkadang hanya dapat didengar dengan stetoskop.
Tidak adanya mengi dapat terjadi jika serangannya sangat parah dan mencegah pergerakan udara di bagian paru-paru. (*)
Sumber:
Allergy & Asthma Network (2/12/2024)
Asthma Foundation NZ (8/6/2021)
WHO (6/5/2024)
Foto:
Freepik