STUDI: Bumbu Dapur yang Satu Ini Dapat Meningkatkan Risiko Depresi

STUDI: Bumbu Dapur yang Satu Ini Dapat Meningkatkan Risiko Depresi

Menurut studi, pola makan tinggi garam memicu gejala depresi. Sebaliknya, asupan natrium yang rendah berkaitan erat dengan suasana hati yang lebih baik.

Dunialansia.com – Sahabat Lansia, mengolah masakan apa pun tanpa bumbu dapur yang satu ini dijamin bakalan enggak enak. Masalahnya, bumbu dapur yang satu ini ternyata dapat meningkatkan risiko depresi.

Penelitian baru menemukan, bumbu dapur tertentu yang kita gunakan sebagai penguat rasa dapat memiliki dampak mengejutkan pada kesehatan mental, yaitu meningkatkan risiko depresi.

Temuan yang diterbitkan dalam The Journal of Immunology (22/5/2025) ini sangat mengejutkan. Pasalnya, bumbu dapur yang diteliti adalah garam, penambah rasa yang umum ditemukan dalam semua jenis masakan.

Tim peneliti menemukan, high-salt diet (HSD) atau pola makan tinggi garam memicu gejala depresi pada tikus dengan mendorong produksi protein yang disebut IL-17A. Protein ini sebelumnya telah diidentifikasi sebagai penyebab depresi dalam studi klinis pada manusia.

 

Pola makan tinggi garam memicu gejala depresi.”

 
Dalam penelitian ini, tikus diberi makanan tinggi garam (HSD) selama 5 minggu—jangka waktu umum dalam penelitian tentang asupan garam berlebih. Tikus lainnya diberi makanan biasa/normal.

Setelah lima minggu, tikus yang diberi HSD menunjukkan minat eksplorasi yang lebih rendah dan lebih banyak mengalami ketidakaktifan—ini menunjukkan adanya gejala depresi. Tak demikian halnya dengan tikus yang mendapatkan makanan biasa.

Mengingat peran IL-17A dalam perkembangan depresi telah diketahui sebelumnya, tim peneliti juga menyelidiki apakah HSD dapat memicu produksi IL-17A pada tikus. Hasilnya menunjukkan, HSD meningkatkan kadar IL-17A dalam limpa, darah, dan otak yang berkorelasi dengan perilaku cemas dan depresi.

Namun, pada tikus yang tidak memproduksi IL-17A tidak menunjukkan gejala depresi meskipun diberi makan HSD. Hal ini mengonfirmasi peran IL-17A dalam mengembangkan gejala depresi.

 

Asupan natrium yang rendah berkaitan erat dengan suasana hati yang lebih baik.

Dr. Xiaojun Chen, peneliti dari Nanjing Medical University yang memimpin studi ini mengatakan: (AAI News, 24/5/2025)

“Penelitian ini mendukung intervensi diet, seperti pengurangan asupan garam, sebagai langkah pencegahan terhadap penyakit mental.

Selain itu, penelitian ini membuka peluang untuk strategi terapi baru yang menargetkan IL-17A dalam pengobatan depresi.

Kami berharap temuan ini dapat mendorong diskusi lebih lanjut mengenai pedoman konsumsi garam.”

Para peneliti juga mengidentifikasi jenis sel imun yang disebut sel T gamma-delta sebagai sumber utama IL-17A pada tikus yang diberi makanan tinggi garam (HSD), yang mencakup sekitar 40% sel penghasil IL-17A.

Pengurangan sel T gamma-delta secara signifikan mengurangi gejala depresi yang disebabkan oleh HSD. Hal ini mengindikasikan adanya metode pengobatan potensial lainnya.

Temuan ini memperkuat bukti epidemiologis bahwa HSD berkorelasi erat dengan tingkat depresi yang lebih parah. Begitu pula penelitian pada manusia yang menunjukkan, asupan natrium yang rendah berkaitan erat dengan suasana hati yang lebih baik.

Para peneliti berharap, hasil penelitian ini dapat mendorong penelitian lebih lanjut mengenai mekanisme depresi yang dimediasi oleh sistem imun dan membuka jalan bagi terapi baru yang menargetkan IL-17A atau sel T gamma-delta. (*)

 

Foto:
Freepik

 

 

Sahabat Lansia, dunialansia.com bukan merupakan praktik konsultasi medis, diagnosis, ataupun pengobatan. Informasi di situs web ini tidak boleh digunakan sebagai pengganti konsultasi atau saran medis profesional. Bila Sahabat Lansia memiliki masalah kesehatan atau penyakit tertentu atau kebutuhan medis yang spesifik, konsultasikan dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan profesional.
Yuk, berbagi artikel ini agar manfaatnya dirasakan oleh banyak orang.