Inkontinensia dapat membuat stres bagi para lansia dan pengasuhnya.
Penderita inkontinensia (ngompol) pada lansia mencapai 13 % dari total 2.765 orang lansia dari 6 rumah sakit di Indonesia. Jadi, boleh dibilang, inkontinensia cukup banyak dialami oleh lansia. Sayangnya, penanganan inkontinensia pada lansia masih kurang. Inkontinensia urin adalah kondisi ketika urine keluar tanpa dikendalikan secara sadar atau kesulitan saat mengeluarkan urine. Kondisi ini sering dialami oleh lansia. Ada beberapa faktor yang menyebabkan inkontinensia urin pada lansia, di antaranya:
*Otot panggul melemah
*Pembesaran prostat pada pria
*Infeksi saluran kemih
*Diabetes
*Obesitas
*Konsumsi kafein berlebih
*Kelainan saraf
*Penggunaan obat diuretik
Inkontinensia urin umumnya menjadikan penderitanya merasa tidak nyaman dan malu. Bagi banyak orang, kondisi ini membuat tidak nyaman, bahkan memalukan. Nah, untuk memperkecil kemungkinan yang tidak mengenakkan, ada beberapa tip yang dapat diterapkan.
1.Konsultasikan dengan dokter Anda.
Selama ini ada kesalahpahaman umum, inkontinensia bukanlah bagian normal dari penuaan. Penyebab utamanya adalah kondisi medis dan dapat diobati. Namun, bila ada tanda-tanda inkontinensia yang berkelanjutan , bawalah lansia untuk berkonsultasi ke dokter. Lakukan pemeriksaan menyeluruh, guna mengetahui apakah mengalami infeksi (seperti ISK ) atau kondisi lain yang dapat diobati.
2.Waspadai makanan dan minuman tertentu.
Ada beberapa makanan dan minuman yang dapat memicu inkontinensia. Diantaranya adalah kopi, teh, dan minuman berkarbonasi (dengan dan tanpa kafein), buah-buahan yang rasanya asam, seperti jeruk, jeruk bali, lemon dan jeruk nipis, serta jus buah asam, makanan pedas, alkohol, cokelat, tomat dan produk berbahan dasar tomat, gula, madu, dan pemanis buatan.
3. Patuhi jadwal ke kamar mandi.
Rutinitas harian yang teratur bermanfaat bagi lansia, terutama lansia dengan alzheimer atau demensia . Rutinitas ini juga membiasakan fungsi tubuh agar tetap berfungsi pada waktu-waktu tertentu. Buatlah jadwal ke kamar mandi dengan meminta orang dewasa yang lebih tua untuk menggunakan toilet secara berkala (bahkan hanya untuk “mencoba”). Cobalah dengan meminta mereka untuk buang air kecil setiap 1 atau 2 jam. Lakukan percobaan untuk menemukan waktu yang paling cocok untuk tubuh mereka – lalu patuhi waktu tersebut.
4. Bangun rasa percaya diri melalui humor.
Inkontinensia dapat menyebabkan stres, akibat rasa malu dan cemas. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meredakan ketegangan adalah dengan bersikap tenang dan meyakinkan lansia bahwa itu tidak apa-apa. Sampaikan bahwa itu adalah bagian normal dari kehidupan. “Jangan khawatir, banyak orang mengalami. Mari saya bantu untuk membersihkan diri dan berganti pakaian yang bersih dan nyaman.”
5. Sediakan perlengkapan perawatan inkontinensia.
Inkontinensia bukan berarti tidak dapat meninggalkan rumah. Siapkan tas khusus berisi perlengkapan baju ganti, berikut alat untuk membersihkan. Ketika terjadi hal-hal diluar rencana, niscaya sudah lebih siap.
6. Pilih pakaian yang mudah diganti dan dicuci.
Untuk mempermudah, kenakan pakaian yang mudah dilepas dan dipakai lagi. Misalnya, celana dengan karet pinggang lebih cepat dan mudah ditarik ke bawah daripada celana dengan ritsleting biasa. Ini akan lebih mempercepat proses melepas pakaian ketika sedang di toilet.
7. Menghilangkan bau tak sedap.
Hal lain yang tak kalah penting adalah menghilangkan bau tidak sedap dari urine. Penting untuk menghilangkan bau tidak sedap agar tidak mengundang pertanyaan dari tamu yang berkunjung yang dapat berdampak pada kurangnya rasa percaya diri lansia. Bau tidak sedap itu dapat berasal dari urine yang tercecer di karpet, jok kursi atau lantai, membuat bau tak sedap dalam ruangan. Untuk membersihkan sekaligus membuang bau yang tidak sedap dapat memanfaatkan cairan khusus, odoBan. OdoBan cairan yang dapat mendisinfeksi dan menghilangkan bau tidak sedap, sekaligus membantu ruangan berbau segar.
Sumber : dailycaring.com
Foto : freepik.com