Penggunaan PARASETAMOL Secara Rutin pada Lansia Dapat Menyebabkan TUKAK LAMBUNG, GAGAL JANTUNG, HIPERTENSI, dan GINJAL KRONIS

Penggunaan PARASETAMOL Secara Rutin pada Lansia Dapat Menyebabkan TUKAK LAMBUNG, GAGAL JANTUNG, HIPERTENSI, dan GINJAL KRONIS

Penelitian menemukan, penggunaan parasetamol secara rutin pada lansia dapat menyebabkan tukak lambung, gagal jantung, hipertensi, dan penyakit ginjal kronis.

Dunialansia.com – Sahabat Lansia tentu tak asing lagi dengan obat yang satu ini—parasetamol. Sayangnya, penggunaan parasetamol secara rutin pada lansia dapat menyebabkan tukak lambung, gagal jantung, hipertensi, dan penyakit ginjal kronis.

Parasetamol atau disebut juga asetaminofen, pertama kali dibuat pada 1878, tetapi baru mulai digunakan secara luas pada 1950-an. Saat ini parasetamol merupakan salah satu obat penghilang rasa sakit yang paling banyak digunakan di dunia.

Obat ini tersedia dalam bentuk bermerek dan generik. Umumnya parasetamol digunakan sendiri untuk mengatasi nyeri dan demam atau disertakan sebagai bahan dalam obat flu dan pilek. Parasetamol dapat dibeli secara bebas (OTC).

Sebagai pereda nyeri, parasetamol juga digunakan pada lansia yang mengalami osteoartritis. Namun, studi baru yang dipublikasikan dalam Arthritis Care and Research menunjukkan, kehati-hatian harus dilakukan saat dosis berulang diperlukan untuk kondisi nyeri kronis, seperti osteoartritis pada lansia.

 

PENGGUNAAN PARASETAMOL PADA LANSIA 65 TAHUN KE ATAS

Sebuah studi baru yang dipimpin oleh para ahli di Universitas Nottingham menemukan, dosis parasetamol yang berulang pada lansia 65 tahun ke atas, dapat menyebabkan peningkatan risiko komplikasi gastrointestinal, kardiovaskular, dan ginjal.

“Karena dianggap aman, parasetamol telah lama direkomendasikan sebagai pengobatan lini pertama untuk osteoartritis oleh banyak pedoman pengobatan, terutama pada orang lanjut usia yang berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi terkait obat,” kata Profesor Weiya Zhang dari Pusat Penelitian Biomedis NIHR di Fakultas Kedokteran Universitas Nottingham dalam rilis berita (12/12/2024).

Penelitian yang dipimpin oleh Profesor Zhang ini menganalisis data dari Clinical Practice Research Datalink-Gold. Peserta berusia 65 ke atas dengan usia rata-rata 75 dan telah terdaftar pada praktik dokter umum di Inggris selama minimal satu tahun antara 1998 dan 2018.

Para peneliti mengamati catatan kesehatan 180.483 orang yang telah diberi resep parasetamol berulang kali (≥2 resep dalam enam bulan) selama penelitian. Hasil kesehatan mereka kemudian dibandingkan dengan 402.478 orang pada usia yang sama yang tidak pernah menerima resep parasetamol berulang kali.

 

Temuan penelitian menunjukkan, penggunaan parasetamol dalam jangka panjang berkaitan dengan meningkatnya risiko tukak lambung, gagal jantung, hipertensi, dan penyakit ginjal kronis.

 

“Meskipun penelitian lebih lanjut kini diperlukan untuk mengonfirmasi temuan kami, mengingat efek pereda nyerinya yang minimal, penggunaan parasetamol sebagai penghilang rasa sakit lini pertama untuk kondisi jangka panjang seperti osteoartritis pada orang lanjut usia perlu dipertimbangkan secara saksama,” kata Profesor Zhang lagi. (*)

 

Foto:
Freepik

 

 

Sahabat Lansia, dunialansia.com bukan merupakan praktik konsultasi medis, diagnosis, ataupun pengobatan. Informasi di situs web ini tidak boleh digunakan sebagai pengganti konsultasi atau saran medis profesional. Bila Sahabat Lansia memiliki masalah kesehatan atau penyakit tertentu atau kebutuhan medis yang spesifik, konsultasikan dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan profesional.
Yuk, berbagi artikel ini agar manfaatnya dirasakan oleh banyak orang.