HEPATITIS B: DARI RINGAN HINGGA KANKER HATI

HEPATITIS B: DARI RINGAN HINGGA KANKER HATI

Virus hepatitis B menular dan menyebar melalui cairan tubuh. Hepatitis B bisa menjadi masalah kesehatan yang serius, termasuk kanker hati dan bahkan kematian. Pencegahan terbaik dengan vaksinasi hepatitis B.

Dunialansia.com – Sahabat Lansia, hepatitis B adalah infeksi hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Hepatitis B yang semula ringan saja dapat menjadi kronis, bahkan kematian.

Data Kemenkes menunjukkan, sebanyak 7,1% atau 18 juta masyarakat indonesia terinfeksi hepatitis B. Dari jumlah tersebut 50% di antaranya berisiko menjadi kronis dan 900.000 dapat menjadi kanker hati. Bahkan, hepatitis B menjadi empat besar penyebab kematian di Indonesia, dengan perkiraan kematian setiap tahunnya sebesar 51.100 kematian.

PENULARAN & PENYEBARAN HBV

HBV menular dan menyebar melalui darah, air mani, atau cairan tubuh lainnya—bahkan dalam jumlah yang sangat kecil—dari orang yang terinfeksi HBV ke dalam tubuh seseorang yang tidak terinfeksi.

HBV dapat ditularkan dengan cara:

  • Kelahiran dari orang yang terinfeksi HBV.
  • Berhubungan seks dengan orang yang terinfeksi HBV.
  • Berbagi peralatan yang telah terkontaminasi darah dari orang yang terinfeksi HBV, seperti jarum suntik, alat suntik, dan bahkan peralatan medis, seperti monitor glukosa.
  • Berbagi barang pribadi, seperti sikat gigi atau pisau cukur, meskipun lebih jarang terjadi.
  • Kontak langsung dengan darah atau luka terbuka dari orang yang menderita hepatitis B.
  • Pengendalian infeksi yang buruk di fasilitas perawatan kesehatan.

Apakah air liur dapat menyebarkan HBV?

Meskipun HBV dapat ditemukan dalam air liur, virus ini tidak menyebar melalui ciuman atau penggunaan peralatan makan bersama. Hepatitis B juga tidak menyebar melalui bersin, batuk, berpelukan, menyusui, atau makanan dan minuman.

Siapa Yang Berisiko?
Siapa pun dapat terkena hepatitis B. Namun, beberapa orang memiliki risiko yang lebih tinggi, seperti bayi yang lahir dari penderita hepatitis B atau lahir di negara-negara dengan tingkat hepatitis B yang tinggi.
Mereka yang memiliki kondisi medis tertentu juga berisiko tinggi, seperti: penderita hepatitis C atau memiliki infeksi menular seksual (seperti HIV), mengalami kerusakan/peradangan hati, dan mereka yang sedang menjalani dialisis.
Begitu pun dengan penasun (pengguna jarum suntik), pelaku seks tidak aman, dan tinggal bersama penderita hepatitis B.

 

AKUT DAN KRONIS

Hepatitis B dapat bersifat akut atau malah menjadi kronis.

Hepatitis B akut adalah penyakit jangka pendek yang terjadi dalam 6 bulan pertama setelah terpapar HBV. Hepatitis B akut dapat menyebabkan infeksi seumur hidup yang dikenal sebagai hepatitis B kronis.

Hepatitis B kronis menyebabkan masalah kesehatan yang serius, termasuk kerusakan hati, sirosis, kanker hati, dan bahkan kematian. Oleh karena itu, sangat penting bagi penderita hepatitis untuk memiliki seseorang yang mendampinginya.

Salah satu penentu terjadinya hepatitis B kronis adalah usia saat seseorang terinfeksi. Makin muda usianya saat terinfeksi makin besar kemungkinannya menjadi kronis. Namun, jika terinfeksinya saat dewasa, risiko menjadi kronis sekitar 5%.

BAGAIMANA GEJALANYA?

Banyak orang dengan hepatitis B kronis tidak memiliki gejala dan tidak tahu bahwa mereka terinfeksi.

Jika gejala muncul dengan infeksi akut, gejala dapat muncul kapan saja antara 8 minggu hingga 5 bulan setelah terpapar. Gejala biasanya berlangsung selama beberapa minggu, tetapi beberapa orang dapat merasa sakit selama 6 bulan.

Gejala hepatitis B akut meliputi:

  • Urine berwarna gelap atau tinja berwarna tanah liat
  • Merasa lelah
  • Demam
  • Nyeri sendi
  • Kehilangan nafsu makan
  • Mual, sakit perut, muntah
  • Kulit atau mata kuning (penyakit kuning)

Gejala hepatitis B kronis dapat memakan waktu puluhan tahun untuk berkembang dan mungkin mirip dengan gejala infeksi akut.

 

PENTING DIINGAT!

Seseorang dapat menderita hepatitis B meski ia tidak memiliki gejala apa pun. Ia juga masih dapat menularkan hepatitis B kepada orang lain meski tidak memiliki gejala.

 

Skrining Hepatitis B
Banyak orang dengan hepatitis B tidak terlihat atau merasa sakit, sehingga sangat penting untuk melakukan skrining melalui tes darah guna mengetahui apakah seseorang terinfeksi.

  • Skrining HBV setidaknya sekali seumur hidup untuk semua orang dewasa berusia 18 tahun ke atas.
  • Skrining HBV untuk semua wanita hamil, sebaiknya pada trimester pertama.
  • Skrining HBV untuk semua orang dengan riwayat peningkatan risiko infeksi HBV tanpa memandang usia dan tes berkala untuk mereka yang masih berisiko tinggi terpapar.

 

CEGAH DENGAN VAKSIN HEPATITIS B

Hepatitis B kronis dapat menyebabkan komplikasi parah, termasuk gagal hati, kanker hati, dan bahkan kematian. Pencegahan terbaik dengan mendapatkan vaksinasi hepatitis B.

Vaksin hepatitis B berupa serangkaian dua atau tiga suntikan—bergantung pada merek vaksinnya. Vaksin ini aman dan efektif, memberikan perlindungan jangka panjang terhadap penyakit akibat infeksi akut dan kronis.

Oleh karena itu, setiap orang harus mendapatkan semua vaksinasi dalam satu rangkaian untuk memperoleh perlindungan penuh.

CDC merekomendasikan kelompok berikut untuk mendapatkan vaksinasi hepatitis B:

  • Semua bayi.
  • Semua anak dan remaja di bawah 19 tahun yang belum divaksinasi.
  • Orang dewasa berusia 19—59.
  • Lansia 60 tahun ke atas yang berisiko lebih tinggi terkena hepatitis B.

Jika berencana bepergian ke tempat dengan kasus hepatitis B yang tinggi, pastikan telah mendapatkan vaksinasi rutin.

 

SAAT TEPAT KE DOKTER

Ketika seseorang khawatir dirinya mungkin menderita hepatitis B, maka secepatnya ia harus membicarakannya dengan dokter dan melakukan tes—cara terbaik untuk mendiagnosis hepatitis B.

Seseorang yang didiagnosis dengan hepatitis B akut atau kronis agar menemui dokter yang mengkhususkan diri pada penyakit infeksi, pencernaan, atau hati. Dokter perlu melakukan tes rutin untuk memantau cara kerja hati pasiennya.

Untuk penderita hepatitis B akut dan mengalami gejala ringan, dokter biasanya menyarankan istirahat, mengonsumsi makanan bergizi, dan minum banyak cairan. Saat ini belum ada obat untuk hepatitis B akut. Jika gejalanya lebih parah, mungkin perlu perawatan di rumah sakit.

Untuk hepatitis B kronis ada beberapa obat, tetapi obat-obat ini tidak menyembuhkan sehingga mungkin perlu minum obat seumur hidup. Namun, tidak semua orang dengan hepatitis B kronis memerlukan obat. Bagi sebagian orang, obat-obatan ini dapat mencegah penyakit hati yang parah. Obat-obatan juga dapat menimbulkan efek samping pada sebagian orang.

Tips tetap sehat setelah didiagnosis mengidap hepatitis B:

  • Mendapatkan vaksinasi hepatitis A dan lakukan tes hepatitis C.
  • Pertimbangkan untuk menjalani tes hepatitis D dan human immunodeficiency virus (HIV).
  • Mengonsumsi makanan bergizi seimbang.
  • Tetap aktif secara fisik dan berolahraga secara teratur.
  • Membatasi asupan alkohol.
  • Bicarakan dengan dokter sebelum mengonsumsi obat resep, suplemen nutrisi atau herbal, atau obat bebas, karena berpotensi merusak hati.
  • Periksakan hati secara teratur setiap 3—6 bulan.

Sumber: CDC (12/1/2024; 7/2/2024) — Foto: Freepik

 

Sahabat Lansia, situs dunialansia.com bukan merupakan praktik konsultasi medis, diagnosis, ataupun pengobatan. Informasi di situs ini tidak boleh digunakan sebagai pengganti konsultasi atau saran medis profesional. Bila Sahabat Lansia memiliki masalah kesehatan atau penyakit tertentu atau kebutuhan medis yang spesifik, konsultasikan dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan profesional.
Yuk, berbagi artikel ini agar manfaatnya dirasakan oleh banyak orang.