GAYA HIDUP TAK SEHAT DI ATAS 60 TAHUN MEMBAWA LANSIA PADA PERAWATAN DI PANTI JOMPO

GAYA HIDUP TAK SEHAT DI ATAS 60 TAHUN MEMBAWA LANSIA PADA PERAWATAN DI PANTI JOMPO

Faktor gaya hidup sangat terkait dengan risiko dirawat di panti jompo dalam jangka panjang pada pria dan wanita berusia di atas 60.

Dunialansia.com – Sahabat Lansia, jika kamu berusia di atas 60 dan memiliki gaya hidup tak sehat, kemungkinan mendapatkan perawatan di panti jompo akan lebih besar.

Melansir News-Medical (24/08/2023), sebuah studi populasi besar yang dipublikasikan secara online di Journal of Epidemiology & Community Health menemukan, mereka yang berusia di atas 60 dengan gaya hidup tak sehat secara signifikan lebih mungkin memerlukan perawatan di panti jompo. Tak demikian halnya dengan mereka yang memiliki gaya hidup paling sehat.

Kurangnya aktivitas fisik, merokok, pola makan yang buruk, dan gangguan tidur antara usia 60 dan 64 tampaknya sangat berpengaruh. Hal-hal tersebut berkaitan dengan peningkatan risiko rawat inap lebih dari dua kali lipat.

Faktor risiko gaya hidup yang dapat dimodifikasi berhubungan dengan perkembangan dan kemajuan beberapa kondisi jangka panjang, seperti diabetes dan demensia. Namun, tidak jelas apakah faktor gaya hidup ini, secara terpisah atau gabungan, dapat memengaruhi kebutuhan selanjutnya untuk perawatan di panti jompo.

Untuk mengeksplorasi hal ini lebih lanjut, para peneliti mengakses data 127.108 pria dan wanita berusia 60 ke atas yang telah direkrut ke Australian 45 and Up Study antara tahun 2006 dan 2009.

Faktor gaya hidup berpengaruh sangat besar pada kelompok usia 60—64.

Pada awal penelitian, semua peserta mengisi kuesioner gaya hidup mengenai lima faktor risiko utama untuk perawatan di panti jompo, yaitu:

  • merokok;
  • tingkat aktivitas fisik;
  • waktu duduk;
  • pola tidur; dan
  • pola makan.

Berdasarkan tanggapannya, peserta dikategorikan ke dalam kelompok gaya hidup berisiko rendah, sedang, atau tinggi. Sekitar 1 dari 4 (24%) dialokasikan ke kelompok risiko rendah, hampir dua pertiga (62%) ke kelompok risiko menengah, dan 14% ke kelompok risiko tinggi.

Keterkaitan dengan rekam medis (Medicare Benefits Schedule) menunjukkan, selama periode pemantauan rata-rata 10 tahun, sebanyak 23.094 peserta (18%) dirawat di panti jompo.

Para peneliti menghitung, dibandingkan dengan kelompok gaya hidup berisiko rendah yang berusia di atas 60, risiko masuk panti jompo adalah 43% lebih tinggi pada kelompok risiko tinggi dan 12% lebih tinggi pada kelompok risiko sedang.

Hubungan antara skor gaya hidup dan risiko masuk panti jompo adalah linier, tetapi dimodifikasi oleh usia dan gangguan fisik.

Analisis mendalam lebih lanjut menunjukkan, faktor gaya hidup tampaknya memiliki pengaruh yang sangat besar pada kelompok usia 60—64. Mereka yang berada dalam kelompok usia ini dengan gaya hidup paling tidak sehat memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk dirawat di panti jompo daripada mereka yang memiliki gaya hidup paling sehat.

Semua faktor gaya hidup utama—kecuali pola makan—secara independen berhubungan dengan masuknya ke panti jompo, dengan risiko tertinggi (55% lebih tinggi) bagi perokok saat ini.

Faktor gaya hidup sangat terkait dengan risiko dirawat di panti jompo.

Ini adalah penelitian observasional sehingga tidak dapat menentukan penyebabnya. Para peneliti juga mengakui adanya berbagai keterbatasan pada temuan mereka.

Sebagai contoh, penelitian ini mengandalkan data kuesioner pada suatu waktu, sehingga tidak dapat memperhitungkan perubahan perilaku gaya hidup. Alasan masuk panti jompo dan kondisi kesehatan apa yang menyertai saat masuk, juga tidak diketahui.

Penilaian pola makan juga tidak komprehensif, yang mungkin menjelaskan mengapa tidak ada hubungan independen yang ditemukan antara pola makan dan masuk ke panti jompo, kata para peneliti.

Namun demikian, mereka menyimpulkan bahwa temuan mereka menunjukkan: “faktor gaya hidup sangat terkait dengan risiko dirawat di panti jompo dalam jangka panjang pada pria dan wanita berusia di atas 60,” setidaknya di Australia.

Kebutuhan akan perawatan di panti jompo adalah “akibat dari kepentingan sosial dan ekonomi yang besar seiring dengan meningkatnya penuaan populasi,” kata mereka.

Mereka menyarankan strategi untuk memperbaiki faktor gaya hidup, termasuk berhenti merokok, mengurangi waktu duduk, meningkatkan aktivitas fisik dan memperbaiki kualitas tidur, harus dieksplorasi sebagai langkah kesehatan masyarakat baru untuk membantu mengurangi risiko masuk panti jompo di masa depan. (*)

Sumber:
News-Medical
Foto:
Freepik

 

 

Sahabat Lansia, situs dunialansia.com bukan merupakan praktik konsultasi medis, diagnosis, ataupun pengobatan. Informasi di situs ini tidak boleh digunakan sebagai pengganti konsultasi atau saran medis profesional. Bila Sahabat Lansia memiliki masalah kesehatan atau penyakit tertentu atau kebutuhan medis yang spesifik, konsultasikan dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan profesional.
Yuk, berbagi artikel ini agar manfaatnya dirasakan oleh banyak orang.