SEIRING BERTAMBAHNYA USIA, RISIKO TERKENA KANKER PUN MENINGKAT

SEIRING BERTAMBAHNYA USIA, RISIKO TERKENA KANKER PUN MENINGKAT

Kejadian kanker meningkat secara dramatis pada tahap akhir kehidupan. Sekitar setengah dari seluruh kasus kanker didiagnosis pada orang berusia 66 ke atas dan risikonya terus meningkat seiring bertambahnya usia.

Dunialansia.com – Sahabat Lansia, tidak ada seorang pun yang kebal dari risiko kanker. Artinya, baik tua maupun muda atau bahkan anak-anak sekalipun, bisa saja mengalaminya. Kendati demikian, usia ternyata berperan dalam menentukan siapa yang paling mungkin terkena kanker. Selain itu, faktor risiko paling signifikan untuk terkena kanker adalah bertambahnya usia.

Mengutip UICC, kejadian kanker meningkat secara dramatis pada tahap akhir kehidupan. Faktanya, pada 2022 sekitar 53% penderita kanker berusia 65 ke atas. Sedangkan usia rata-rata orang yang didiagnosis menderita kanker adalah 66 tahun, menurut NCI. Itu berarti sekitar setengah dari seluruh kasus kanker didiagnosis pada orang berusia 66 ke atas dan risikonya terus meningkat seiring bertambahnya usia.

MENGAPA RISIKO KANKER MENINGKAT SEIRING BERTAMBAHNYA USIA?

Seiring bertambahnya usia, sistem kekebalan tubuh kita menjadi lebih lemah, sehingga kurang efisien dalam membunuh sel-sel kanker sebelum sel-sel tersebut berkembang biak. Efektivitas sistem kekebalan mulai menurun secara bertahap sekitar usia 20, tetapi penurunan tersebut semakin cepat terjadi pada usia 60-an. Ketika respons sistem kekebalan tubuh melambat, kemampuannya untuk menemukan dan memperbaiki kerusakan pada sel juga melambat.

Selain itu, sel-sel dalam tubuh kita menjadi rusak seiring waktu. Kanker berkembang ketika kerusakan dalam sel yang sama menumpuk. Beberapa kerusakan ini terjadi secara kebetulan selama aktivitas sel normal. Namun, kerusakan sel juga disebabkan oleh hal-hal di luar tubuh, seperti bahan kimia dalam asap rokok, alkohol, dan terlalu banyak radiasi UV dari matahari.

Sering kali tubuh kita memperbaiki kerusakan tersebut atau sel yang rusak dapat menghancurkan dirinya sendiri. Namun, terkadang kerusakan dalam sel menumpuk dan sel mulai berperilaku berbeda. Saat itulah sel dapat tumbuh di luar kendali dan berkembang menjadi kanker. Seiring bertambahnya usia, semakin banyak waktu bagi kerusakan dalam sel kita untuk menumpuk, sehingga kemungkinan terjadinya kanker semakin besar.

Aspek lain dari hubungan antara penuaan dan kanker masih dalam penyelidikan, seperti peran epigenetik, atau bagaimana paparan lingkungan mengubah susunan DNA kita. Misalnya saja, perubahan pola makan bisa mempercepat atau memperlambat beberapa perubahan ini, tetapi para ilmuwan baru mulai memahami kemungkinan tersebut.

MENURUNKAN RISIKO KANKER PADA USIA BERAPA PUN

Risiko kanker meningkat seiring bertambahnya usia, tetapi bukan berarti kita pasti akan terkena kanker seiring bertambahnya usia. Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mengurangi risiko kanker berapa pun usia kita, seperti:

  • Tidak merokok atau berhenti merokok.
  • Mengurangi konsumsi alkohol dan cukup tidur secara konsisten.
  • Berolahraga secara teratur atau aktif secara fisik.
  • Mengurangi waktu yang dihabiskan untuk duduk.
  • Melindungi kulit dari teriknya sinar matahari.
  • Mempertahankan berat badan yang sehat.
  • Mengonsumi makanan sehat seimbang. Lebih banyak mengonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran; lebih sedikit mengonsumsi daging merah, gorengan, gula, dan makanan olahan.

Memang, menerapkan kebiasaan sehat dalam kehidupan sehari-hati tidak dapat menjamin kita bebas kanker. Namun, dengan mengembangkan kebiasaan gaya hidup sehat dan mengikuti pedoman skrining, dapat membantu mengurangi risiko kanker pada usia berapa pun. (*)

Sumber:
Cancer Research UK
City of Hope
Foto:
Freepik

 

 

Sahabat Lansia, situs dunialansia.com bukan merupakan praktik konsultasi medis, diagnosis, ataupun pengobatan. Informasi di situs ini tidak boleh digunakan sebagai pengganti konsultasi atau saran medis profesional. Bila Sahabat Lansia memiliki masalah kesehatan atau penyakit tertentu atau kebutuhan medis yang spesifik, konsultasikan dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan profesional.
Yuk, berbagi artikel ini agar manfaatnya dirasakan oleh banyak orang.