DIAGNOSIS DAN PENANGANAN EPILEPSI PADA LANSIA

DIAGNOSIS DAN PENANGANAN EPILEPSI PADA LANSIA

Mendiagnosis epilepsi pada lansia bukan perkara mudah. Salah satu sebabnya, kejang epilepsi pada lansia sering kali secara keliru dianggap terkait dengan proses penuaan.

Dunialansia.com – Sahabat Lansia, ketika orang berusia 60-an, 70-an, atau 80-an mengalami hal-hal yang tidak biasa—seperti lost time, kehilangan kesadaran, kebingungan, kejang—mereka (bahkan juga kita yang menyaksikannya) mungkin berpikir bahwa “penuaan” adalah penyebabnya.

Padahal, bisa jadi ada penjelasan lain. Mereka mungkin menjadi salah satu dari sekitar 59 juta orang di seluruh dunia yang menderita epilepsi.

MENDIAGNOSIS EPILEPSI PADA LANSIA

Karena kejang epilepsi pada lansia sering kali secara keliru dianggap terkait dengan proses penuaan, maka mendiagnosis epilepsi pada lansia juga bukan perkara mudah.

Selain itu, pengalaman kejang setiap orang berbeda-beda. Beberapa orang mengalami kejang setiap hari, sementara yang lain mengalami kejang yang sangat jarang atau hanya ketika mereka lupa meminum obat antikejang (ASM = anti-seizure medication).

Kadang-kadang orang juga tidak menyadari sedang mengalami kejang. Oleh karena itu, penting bagi teman, keluarga, atau pengasuh lansia untuk memperhatikan setiap perubahan perilaku lansia.

Jika terdapat perubahan perilaku pada lansia, seperti kejang atau gangguan kognitif dan kebingungan, maka kita perlu mencatat kapan gejala-gejala itu muncul. Misalnya, apakah gejala-gejala itu muncul ketika lansia berada dalam posisi tertentu atau berhubungan dengan gerakan motorik tertentu? Berapa lama periode kebingungan berlangsung?

Selanjutnya, sarankan lansia agar mengunjungi dokter. Diagnosis epilepsi hanya dapat ditegakkan oleh dokter spesialis, tetapi pengamatan yang akurat dan menyeluruh akan sangat membantu dokter dalam menegakkan diagnosis ini.

Epilepsi pada lansia didiagnosis melalui kombinasi:

  • Pengamatan teman, keluarga, dan pengasuh.
  • Riwayat kesehatan.
  • Tes kesehatan, termasuk: tes darah, EEG (electroencephalogram), CT scan (computed tomografi), dan MRI (magnetic resonance imaging).

PENANGANAN EPILEPSI PADA LANSIA

Memutuskan pengobatan yang tepat untuk epilepsi pada lansia adalah hal yang penting dan memerlukan keahlian khusus. Umumnya, lansia memiliki kondisi kesehatan lain yang memerlukan pengobatan.

Dokter spesialis akan mempertimbangkan faktor-faktor ini dalam menyusun rencana pengobatan epilepsi pada lansia:

  • Obat anti-kejang (ASM).
  • Pengobatan darurat.
  • Diet
  • Pembedahan

 

RISIKO EPILEPSI PADA LANSIA

Lansia dengan epilepsi dapat mengalami kesulitan dalam menangani gangguan tersebut. Sebanyak 8 dari 10 lansia berusia 65 atau lebih memiliki lebih dari satu kondisi kesehatan kronis. Sulit untuk menyeimbangkan pengobatan epilepsi dengan penggunaan obat bagi masalah kesehatan lainnya. Banyak obat epilepsi juga memiliki efek samping, seperti pengeroposan tulang atau pusing, yang dapat membuat seseorang lebih mudah terjatuh dan terluka.

Epilepsi juga dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari lansia jika kejang membatasi kemampuan lansia untuk mengemudi atau jika mereka tinggal sendirian. Setelah seumur hidup menjadi mandiri, kehilangan kemampuan untuk mengemudi atau mengurus diri sendiri bisa menjadi hal yang sangat sulit bagi lansia.

 

Sumber:
Better Health Channel 
CDC
Epilepsy Foundation
Foto:
Freepik

 

Sahabat Lansia, situs dunialansia.com bukan merupakan praktik konsultasi medis, diagnosis, ataupun pengobatan. Informasi di situs ini tidak boleh digunakan sebagai pengganti konsultasi atau saran medis profesional. Bila Sahabat Lansia memiliki masalah kesehatan atau penyakit tertentu atau kebutuhan medis yang spesifik, konsultasikan dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan profesional.
Yuk, berbagi artikel ini agar manfaatnya dirasakan oleh banyak orang.