Semakin banyak lansia yang mengidap HIV/AIDS. Salah satu alasannya adalah pengobatan yang lebih baik membantu penderita penyakit ini hidup lebih lama.
Dunialansia.com – Sahabat Lansia, kita mengawali bulan Desember dengan memperingati Hari AIDS Sedunia. Sejak peringatan pertamanya pada 1 Desember 1988, Hari AIDS Sedunia menjadi platform untuk meningkatkan kesadaran tentang HIV dan AIDS serta menghormati kehidupan yang terkena dampak epidemi ini.
Acara tahunan ini berfungsi sebagai pengingat perjuangan global untuk mengakhiri stigma terkait HIV, sebuah kesempatan untuk menghormati mereka yang telah tiada, dan seruan untuk berkomitmen bekerja menuju hari ketika HIV tidak lagi menjadi ancaman kesehatan masyarakat.
Tahun ini menandai peringatan ke-35 hari penting tersebut. Selama 35 tahun terakhir, terdapat kemajuan yang signifikan dalam mengatasi HIV dan AIDS berkat kemajuan dalam penelitian medis, peningkatan akses terhadap pengobatan dan pencegahan, serta pemahaman yang lebih luas tentang virus tersebut.
Memahami HIV/AIDS
HIV adalah virus yang merusak dan melemahkan sistem kekebalan tubuh – sistem yang digunakan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit. Menderita HIV membuat seseorang berisiko mengalami infeksi lain yang mengancam jiwa dan kanker tertentu.
Ketika tubuh tidak dapat lagi melawan infeksi dan beberapa penyakit lainnya, HIV dapat menyebabkan penyakit serius yang disebut AIDS. Ketika seseorang mengidap AIDS, mereka lebih mungkin tertular infeksi, dan lebih rentan terhadap bentuk kanker yang tidak biasa serta penyakit serius lainnya.
Namun, dengan pengobatan dini dan terus-menerus, ada kemungkinan pengidap HIV tidak akan pernah berkembang menjadi AIDS.
Semakin Banyak Lansia Dengan HIV/AIDS
Kebanyakan orang berpikir, hanya orang-orang muda yang perlu mengkhawatirkan virus ini. Padahal, siapa pun pada usia berapa pun bisa tertular HIV, termasuk anak-anak dan lansia.
Semakin banyak lansia yang mengidap HIV/AIDS. Mengapa? Ini beberapa alasannya.
Pengobatan yang lebih baik membantu penderita penyakit ini hidup lebih lama. Di Amerika Serikat, hampir separuh ODHIV (orang dengan HIV) berusia 50 ke atas. Banyak dari mereka didiagnosis mengidap HIV pada usia muda. Namun, ribuan lansia tertular HIV setiap tahunnya.
Lansia mempunyai kemungkinan lebih kecil untuk melakukan tes daripada orang yang lebih muda, sehingga mereka mungkin tidak tahu bahwa mereka mengidap HIV. Tanda-tanda HIV/AIDS bisa disalahartikan sebagai rasa sakit dan nyeri akibat penuaan yang normal. Lansia mungkin sedang menghadapi penyakit lain dan rasa sakit serta nyeri akibat penuaan normal, yang dapat menutupi tanda-tanda HIV/AIDS.
Beberapa lansia mungkin merasa malu atau takut diuji. Ditambah lagi, dokter tidak selalu berpikir untuk melakukan tes HIV pada lansia. Beberapa orang mungkin tidak memiliki akses terhadap fasilitas dan layanan kesehatan berkualitas tinggi, sehingga membatasi pilihan pengobatan mereka. Pada saat lansia didiagnosis, virusnya mungkin sudah berada pada tahap akhir dan lebih besar kemungkinannya untuk berkembang menjadi AIDS.
Masalah Kesehatan pada Lansia dengan HIV
Lansia dengan HIV mempunyai masalah kesehatan yang sama dengan masyarakat umum berusia 50 ke atas: berbagai penyakit atau kondisi kronis, penggunaan berbagai obat, perubahan kemampuan fisik dan kognitif, serta meningkatnya kerentanan terhadap pemicu stres.
Selain itu, meski pengobatan HIV yang efektif telah menurunkan kemungkinan penyakit AIDS di antara lansia dengan HIV, banyak kondisi non-AIDS terkait HIV yang sering terjadi pada lansia dengan HIV, seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, penyakit ginjal, dan kanker.
HIV dan pengobatannya juga dapat berdampak pada otak. Para peneliti memperkirakan antara 25 dan 50% orang dengan HIV menderita HIV-Associated Neurocognitive Disorder (HAND) atau Gangguan Neurokognitif Terkait HIV, suatu spektrum gangguan kognitif, motorik, dan/atau suasana hati. Gangguan ini berkisar dari masalah ringan pada ingatan, bahasa, dan penalaran hingga HIV-associated dementia (HAD) atau demensia terkait HIV yang lebih parah.
Diagnosis HIV yang terlambat pada lansia dengan HIV berarti terlambat pula menerima manfaat pengobatan HIV dan mungkin mengalami lebih banyak kerusakan pada sistem kekebalan tubuh. Hal ini dapat menyebabkan prognosis yang lebih buruk dan kelangsungan hidup yang lebih pendek setelah diagnosis HIV.
Dukungan bagi Lansia dengan HIV
Hidup dengan HIV menghadirkan tantangan tertentu pada usia berapa pun. Namun, lansia dengan HIV mungkin menghadapi masalah yang berbeda daripada orang yang lebih muda, termasuk isolasi sosial dan kesepian yang lebih besar.
Stigma juga menjadi perhatian khusus di kalangan lansia dengan HIV. Stigma berdampak negatif pada kualitas hidup, citra diri, dan perilaku seseorang. Stigma juga mungkin menghalangi mereka untuk mengungkapkan status HIV-nya atau mencari layanan kesehatan atau layanan sosial yang dibutuhkan oleh banyak lansia dengan HIV.
Oleh karena itu, penting bagi lansia dengan HIV untuk terhubung dengan layanan HIV dan memiliki akses terhadap layanan kesehatan mental serta dukungan lainnya untuk membantu mereka tetap sehat dan tetap terlibat dalam layanan HIV. (*)
Sumber:
Clinical Info HIV (gov)
HIV.gov
National Institute on Aging
Foto:
Freepik