Duduk diam benar-benar menjadi musuh lansia. Studi baru menemukan, orang dewasa berusia 60 ke atas yang duduk 10 jam atau lebih per hari berisiko lebih tinggi terkena demensia.
Dunialansia.com – Sobat Muda Peduli Lansia, penelitian menunjukkan bahwa perilaku sedenter pada lansia dapat menurunkan kualitas hidup. Menurut penelitian tersebut, duduk diam adalah musuh lansia.
Para peneliti dari University of Southern California dan University of Arizona juga menemukan efek dari perilaku sedenter. Orang yang duduk 10 jam atau lebih per hari berisiko lebih tinggi terkena demensia.
Menurut sebuah survei nasional pada 2019, orang dewasa Amerika menghabiskan 9,5 jam untuk tidak banyak bergerak.
“Banyak dari kita yang akrab dengan nasihat umum untuk menghentikan duduk dalam waktu lama dengan bangun setiap 30 menit atau lebih untuk berdiri atau berjalan-jalan,” kata penulis studi, David Raichlen, profesor ilmu biologi dan antropologi USC. “Kami ingin melihat apakah pola seperti itu berhubungan dengan risiko demensia,” tambahnya.
HASIL PENELITIAN
Diterbitkan di Journal of American Medical Association (12/09/2023), penelitian ini menganalisis 49.841 data Biobank Inggris. Mereka adalah penduduk berusia 60 ke atas yang di awal penelitian tidak menderita demensia.
Para peserta diharuskan memakai alat pemantau aktivitas, yang disebut accelerometer, di sekitar pergelangan kaki mereka untuk melacak pergerakan mereka. Data dari akselerometer dan metode komputasi canggih digunakan untuk menentukan jenis aktivitas sedenter yang diikuti para relawan.
Setelah rata-rata enam tahun masa tindak lanjut, para peneliti menyelidiki catatan kesehatan peserta untuk menentukan apakah mereka menderita demensia, dan menemukan 414 kasus.
“Kami terkejut menemukan bahwa risiko demensia mulai meningkat dengan cepat setelah 10 jam dihabiskan untuk duduk diam setiap hari, terlepas dari bagaimana waktu duduk tersebut terakumulasi,” kata penulis studi, Gene Alexander, profesor psikologi dan psikiatri di University of Arizona’s Evelyn F. McKnight Brain Institute.
“Total waktu yang dihabiskan untuk duduk diam,” menurut para peneliti, memiliki dampak terbesar terhadap kesehatan, sementara tingkat waktu yang lebih rendah, yaitu kurang dari 10 jam, tambah Alexander, “tidak dikaitkan dengan peningkatan risiko.”
“Hal ini seharusnya memberikan kepastian bagi kita yang memiliki pekerjaan kantoran yang melibatkan duduk dalam waktu lama, selama kita membatasi total waktu harian yang kita habiskan untuk tidak banyak bergerak,” kata Raichlen.
DAMPAKNYA BUKAN HANYA DEMENSIA
Meski penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah aktivitas fisik dapat mengurangi risiko demensia, duduk terlalu banyak telah dikaitkan dengan serangkaian komplikasi kesehatan lainnya.
Sebuah laporan pada 2019 mengklaim bahwa orang Amerika menghabiskan hampir sepertiga hidup mereka dengan duduk. Di era pascapandemi saat bekerja dari rumah masih harus dilakukan, pekerja jarak jauh harus berjuang dengan rasa sakit pada leher dan punggung sebagai dampaknya.
Gaya hidup sedenter atau tidak banyak bergerak, juga dapat menyebabkan penyakit jantung, diabetes, kanker, dan kematian, terlepas dari aktivitas fisik rutinnya, menurut sebuah studi pada 2022.
Para ahli merekomendasikan untuk beristirahat dengan berdiri dan berjalan setiap 30 hingga 60 menit. Selain itu, menjaga postur tubuh yang baik dan menggunakan kursi ergonomis untuk mengurangi dampak buruk duduk terhadap kesehatan. (*)
Sumber:
New York Post
Foto:
Freepik.com