KEGEMUKAN MENINGKATKAN PELUANG TERKENA DEMENSIA, KENALI JUGA FAKTOR RISIKO LAINNYA

KEGEMUKAN MENINGKATKAN PELUANG TERKENA DEMENSIA, KENALI JUGA  FAKTOR RISIKO LAINNYA

Kegemukan di usia paruh baya meningkatkan peluang terkena demensia di kemudian hari. Bukan cuma itu. Faktor usia, penyakit, bahkan indra penciuman yang buruk dan polusi udara juga dapat meningkatkan risiko terkena demensia.

Dunialansia.com – Sobat Muda Peduli Lansia, berapa berat badan Anda sekarang? Ternyata, kegemukan di usia paruh baya meningkatkan peluang terkena demensia di kemudian hari.

Demensia adalah istilah luas yang menggambarkan hilangnya kemampuan berpikir, ingatan, perhatian, penalaran logis, dan kemampuan mental lainnya. Banyak hal yang dapat menyebabkan demensia. Penyakit Alzheimer merupakan penyebab paling umum dari demensia. Antara 60—80 persen penderita demensia menderita Alzheimer.

USIA DAN GEN

Sekitar 5—8 persen orang di atas usia 65 memiliki beberapa bentuk demensia. Persentase ini berlipat ganda setiap lima tahun setelah usia 65. Sebanyak setengah dari orang berusia 80-an menderita demensia. Sekitar sepertiga dari orang yang berusia 85 ke atas menunjukkan tanda-tanda penyakit Alzheimer.

Akan tetapi, demensia bukanlah bagian normal dari bertambahnya usia. Gen yang diperoleh dari orangtua berperan pada usia. Memiliki orangtua atau saudara kandung dengan Alzheimer akan meningkatkan risiko terkena demensia. Pada beberapa jenis demensia, faktor gen tertentu lebih berperan.

KEGEMUKAN

Kegemukan di usia paruh baya meningkatkan peluang terkena demensia di kemudian hari. Pasalnya, kelebihan berat badan meningkatkan risiko penyakit jantung dan diabetes, yang juga terkait dengan demensia. Konsultasikan dengan dokter untuk menetapkan  tujuan penurunan berat badan yang tepat. Diet sehat dan olahraga teratur dapat membantu mengembalikan berat badan normal.

PENYAKIT JANTUNG

Demensia lebih mungkin terjadi pada penderita penyakit jantung, karena penyakit jantung dapat menyebabkan stroke. Penyakit jantung biasanya disebabkan oleh penumpukan plak di arteri sekitar jantung (aterosklerosis). Kondisi ini mengakibatkan  aliran darah ke otak menjadi tidak lancar sehingga berisiko terkena stroke, membuatnya lebih sulit untuk berpikir dengan baik atau mengingat sesuatu. Banyak hal yang menyebabkan penyakit jantung—seperti merokok, diabetes, tekanan darah tinggi, dan kolesterol tinggi—juga dapat menyebabkan demensia.

Merokok

Merokok meningkatkan risiko masalah pembuluh darah. Kondisi ini membuat perokok lebih mungkin terkena stroke yang sering merusak otak dan menyebabkan demensia vaskular.

 

DIABETES

Dokter tidak yakin persis mengapa penderita diabetes lebih sering mengalami demensia. Namun, mereka tahu bahwa penderita diabetes lebih cenderung mengalami kerusakan pembuluh darah. Kondisi ini dapat memperlambat atau memblokir aliran darah ke otak dan merusak area otak, yang menyebabkan demensia vaskular. Beberapa orang mungkin dapat memperlambat penurunan fungsi otak jika mereka mengendalikan diabetes dengan obat-obatan, olahraga, dan pola makan sehat.

KOLESTEROL TINGGI

Terutama di usia paruh baya, kolesterol tinggi terkait dengan obesitas, tekanan darah tinggi, dan diabetes. Semua ini meningkatkan risiko demensia, tetapi belum jelas apakah kolesterol dengan sendirinya menambah masalah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kolesterol tinggi di usia paruh baya dapat meningkatkan peluang orang terkena penyakit Alzheimer di kemudian hari, tetapi kaitan pastinya tidak jelas.

HERPES

Herpes simplex virus 1 (HSV1) atau herpes oral, biasanya muncul sebagai lepuh atau luka di sekitar mulut. Selain itu, virus juga bisa masuk dan menginfeksi otak.  Sebuah studi mengaitkan HSV1 dengan penurunan beberapa fungsi mental, tetapi tidak dengan demensia. Namun, studi laboratorium pada model otak yang realistis menunjukkan HSV1 memicu tanda-tanda utama Alzheimer, termasuk pembengkakan dan gumpalan protein di jaringan otak.

CEDERA KEPALA

Satu kali cedera otak/kepala ringan mungkin tidak akan menjadikan demensia di kemudian hari. Tak demikian dengan pukulan atau jatuh yang parah atau berulang, dapat meningkatkan peluang, bahkan bertahun-tahun setelah cedera pertama. Segera periksakan ke dokter jika mengalami benturan di kepala, pingsan, pandangan kabur, atau merasa pusing, bingung, mual, atau menjadi sensitif terhadap cahaya.

DEPRESI

Bagi yang mengalami depresi atau pernah mengalaminya di masa lalu akan lebih mungkin terkena demensia. Namun, para ilmuwan belum yakin bahwa itu penyebabnya. Ini mungkin hanya gejala awal atau tanda penyebab lain, seperti penyakit Parkinson atau penyakit Huntington. Bicaralah dengan dokter atau terapis jika Anda merasa sedih selama lebih dari dua minggu, dan segera jika Anda berpikir untuk menyakiti diri sendiri. Terapi dan pengobatan dapat membantu mengatasi depresi.

KESEPIAN

Merasa kesepian dari waktu ke waktu dapat meningkatkan kemungkinan orang menderita demensia, sekalipun risiko keseluruhan terkena penyakit, seperti usia dan gen, terbilang rendah.  Orang di bawah usia 80 yang melaporkan merasa sendirian, dua kali lebih mungkin mengalami demensia dibandingkan mereka yang tidak merasa seperti itu. Waktu adalah kuncinya. Orang yang pulih dari kesepiannya tidak memiliki risiko yang sama.

POLA MAKAN

Makanan olahan tidak pernah masuk dalam daftar makanan “sehat”. Makanan ini dapat meningkatkan peluang terkena demensia. Peneliti Prancis menemukan, orang  yang mengembangkan demensia sering mengonsumi daging olahan, seperti daging ham dan pepperoni dengan karbohidrat tinggi seperti kentang, alkohol, dan permen panggang.

MASALAH TIDUR

Tak masalah jika sesekali mengalami tidur malam yang buruk. Namun, jika hal itu sering terjadi—sering terbangun atau kurang tidur—akan lebih memungkinkan terkena demensia, termasuk penyakit Alzheimer, atau memperburuknya. Beberapa cara berikut dapat membantu menjaga rutinitas tidur yang sehat, seperti: tidak mengonsumsi alkohol atau kafein di waktu malam, hindari penggunaan elektronik menjelang tidur, dan biasakan tidur malam tepat waktu.

INDRA PENCIUMAN BURUK

Lansia yang kesulitan mengidentifikasi bau, dua kali lebih mungkin mengalami demensia dibandingkan mereka yang memiliki indra penciuman yang tajam. Hampir setengah dari orang dalam sebuah penelitian di Amerika yang didiagnosis dengan demensia mengalami disfungsi penciuman lima tahun sebelumnya. Tes penciuman sederhana dapat menandai perlunya perawatan dini.

POLUSI UDARA

Sebuah penelitian di Inggris menemukan, lansia yang tinggal di daerah dengan konsentrasi polusi udara tahunan tertinggi akan 1,4 kali lebih mungkin terkena demensia daripada orang yang tinggal di tempat dengan udara lebih bersih. (*)

Sumber:
www.webmd.com

Foto:
www.freepik.com

 

 

Yuk, berbagi artikel ini agar manfaatnya dirasakan oleh banyak orang.