JURNAL UNTUK PERAWATAN LANSIA DEMENSIA (I)

JURNAL UNTUK PERAWATAN LANSIA DEMENSIA (I)

Membuat jurnal membantu untuk memecahkan perilaku yang menantang dan membuat pengasuhan lansia penderita demensia menjadi lebih mudah.

Sobat Muda Peduli Lansia, merawat dan mengasuh penderita alzheimer dan demensia memang seperti menaiki rollercoaster. Ketika muncul gejala dan masalah yang tampak acak dan tidak terkendali, tentunya akan menjadi sangat menegangkan bagi pengasuh penderita alzheimer dan demensia. Umumnya karena tidak mengetahui solusi atau cara mengatasi permasalahan yang muncul. Ketidaksiapan dalam menghadapi kondisi yang tak terduga ini, dapat diatasi ketika pengasuh memiliki catatan yang berkaitan dengan lansia secara detil.

Untuk mengatasi itu, langkah sederhana yang dapat dilakukan adalah membuat jurnal harian. Bermodalkan catatan yang dimiliki, niscaya dapat ditemukan pola atau pemicu dari gejala atau masalah yang tidak terkendali tersebut. Informasi tersebut tentunya sangat bermanfaat karena dapat diketahui jalan keluar yang sesuai dengan kondisi yang dialami saat itu.

Untuk metode pencatatannya bebas. Pilihannya dapat memanfaatkan buku catatan sederhana atau dapat juga memanfaatkan catatan di handphone. Data yang perlu dicatat adalah catatan singkat tentang kegiatan hari tersebut, apa yang terjadi dan kapan peristiwa tersebut terjadi serta pemicu atau penyebabnya.

Berikut rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam pencatatan jurnal harian.

1.Gejala dan kebutuhan perawatan.

Catatlah berbagai gejala yang muncul. Melacak gejala demensia yang baru atau yang sudah ada akan sangat bermanfaat. Catat pula tingkat kebingungan, perilaku, atau kemampuan untuk melakukan tugas sehari-hari dari lansia. Misal, masih bisa makan sendiri, tapi membutuhkan bantuan untuk melakukan aktivitas mandi.

  • Mengetahui kondisi lansia secara keseluruhan sehingga dapat mengurangi kekhawatiran dan ketidakpastian.
  • Mengetahui tingkat keparahan dan frekuensi dari beragam gejala, sehingga bisa memperkirakan jenis bantuan yang dibutuhkan secara teratur.
  • Mengetahui apakah fungsi kognitif lansia sedang menurun atau tetap sama.
  • Mengetahui, kapan mulai dibutuhkan tenaga bantuan untuk merawat lansia. Karena, tanpa ada catatan, maka tidak terekam dengan baik ketika lansia mengalami banyak kemunduran kemampuan dalam satu periode.

2. Perilaku yang menantang, seperti marah, cemas, halusinasi dan lain-lain.

Umumnya perilaku yang sulit (marah, cemas, halusinasi, dll) membuat stres bagi yang mengasuh atau merawat lansia karena kerap terjadi secara acak. Namun, dengan melakukan pencatatan (jurnal) akan diperoleh pola dan solusi yang tepat. Melalui catatan tersebut, dapat diketahui, kapan terjadi dan apa yang terjadi sebelumnya atau sesudahnya. Misal, setelah mencatat selama seminggu, Sobat Muda Peduli Lansia menyadari bahwa kemarahan ibu pada waktu tertentu disebabkan oleh rasa lapar, haus, dan sedikit lelah.

Dengan demikian, setelah melakukan pengamatan, pada hari berikutnya, cobalah untuk berekperimen. Sekitar satu jam sebelum ledakan kemarahan ibu, berikan camilan kecil, kemudian berikan minuman hangat yang menyegarkan. Dilanjutkan, meminta ibu untuk menggunakan toilet. Umumnya setelah kebutuhan fisiknya terpenuhi, maka ibu akan terlihat lebih santai, suasana hatinya lebih baik, tertarik pada aktivitas yang menyenangkan, dan tidak meledak-ledak.

Patut diketahui oleh Sobat Muda Peduli Lansia bahwa penderita demensia umumnya tidak menyadari bahwa dirinya memiliki kebutuhan, misal, kebutuhan untuk makan, dan bagaimana cara memenuhi kebutuhan tersebut.

Yuk, berbagi artikel ini agar manfaatnya dirasakan oleh banyak orang.