Mereka yang terpapar kebisingan lalu lintas jalan sebesar 55 db (desibel) lebih berisiko hingga 27% untuk mengalami Alzheimer—penyebab paling umum dari demensia.
Dunialansia.com – Sebuah penelitian dari Denmark yang diterbitkan di The BMJ (8 September 2021) menunjukkan, paparan kebisingan lalu lintas di jalan dan kereta api dalam waktu lama dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terkena demensia, terutama penyakit Alzheimer. Para peneliti menyelidiki hubungan antara paparan perumahan jangka panjang terhadap lalu lintas jalan dan kebisingan kereta api dengan risiko demensia di antara dua juta orang dewasa berusia di atas 60 tahun dan tinggal di Denmark antara 2004 dan 2017.
Setelah memperhitungkan faktor-faktor yang berpotensi berpengaruh terkait dengan penduduk dan lingkungan mereka, penelitian ini menyimpulkan, sebanyak 1.216 dari 8.475 kasus demensia yang terdaftar di Denmark pada 2017 dapat dikaitkan dengan kebisingan transportasi. Diagnosis pada sekitar 963 pasien dikaitkan dengan kebisingan lalu lintas jalan dan pada 253 pasien karena kebisingan kereta api.
FAKTOR RISIKO TERBURUK KEDUA
Demensia merupakan salah satu tantangan kesehatan terbesar di dunia. Jumlah penderitanya di seluruh dunia diperkirakan melebihi 130 juta jiwa pada 2050. Selain faktor risiko, seperti gaya hidup tidak sehat, paparan lingkungan juga dapat berperan dalam perkembangan demensia.
Kebisingan transportasi dianggap sebagai faktor risiko lingkungan terburuk kedua bagi kesehatan masyarakat di Eropa setelah polusi udara. Sekitar seperlima penduduk Eropa terpapar kebisingan transportasi di atas tingkat yang direkomendasikan, yaitu 55 db (desibel).
Menurut penelitian, mereka yang terpapar kebisingan lalu lintas jalan sebesar 55 db lebih berisiko mengalami Alzheimer—penyebab paling umum dari demensia—hingga 27%. Sementara kebisingan dari kereta api sebesar 50 db dapat meningkatkan risiko sebanyak 24% dibandingkan dengan orang yang tinggal di daerah dengan kebisingan kurang dari 40 db. Para peneliti sepakat, mengurangi kebisingan transportasi harus menjadi prioritas kesehatan masyarakat.
GAYA HIDUP SEHAT
Dr. Rosa Sancho, Kepala Penelitian di Alzheimer’s Research UK, mengatakan, penelitian ini telah menambah bukti yang menghubungkan paparan polusi suara dan demensia. Namun, menghilangkan polusi suara, meski mungkin memiliki efek menguntungkan bagi kesehatan, menurutnya, belum diketahui apakah dapat membantu mengurangi risiko demensia.
“Bukti saat ini menunjukkan bahwa cara terbaik untuk mendukung kesehatan otak adalah dengan tetap aktif secara fisik dan mental, mengonsumsi makanan bergizi seimbang, tidak merokok, minum hanya dalam batas yang disarankan, serta menjaga berat badan, kolesterol, dan tekanan darah,” katanya. (*)
Sumber:
- www.theguardian.com
- www.alzheimersresearchuk.org
Foto:
- freepik.com