Kontrol penyakit, seperti hipertensi dan jantung, sangat dianjurkan untuk mencegah terjadinya demensia. Masih ada hal-hal lainnya yang perlu kita lakukan agar terhindar dari Demensia Alzheimer.
dunialansia.com – Sobat Muda Peduli Lansia, biasanya demensia terjadi pada usia 65 tahun atau lebih dan yang paling sering terjadi adalah Demensia Alzheimer. Ternyata, Demensia Alzheimer ini lebih kerap dialami oleh perempuan, lo. Namun jangan khawatir, sebagian besar Demensia Alzheimer sesungguhnya dapat dicegah.
Nah, Sobat Muda, inilah yang perlu kita—bukan hanya perempuan, tetapi juga laki-laki—lakukan sedari muda agar kelak dapat terhindar dari Demensia Alzheimer.
- Kontrol penyakit.
Bagi penderita hipertensi agar mengontrol tekanan darahnya, bagi diabetesi agar mengontrol kadar gula darahnya, dan turunkan kadar kolesterol yang tinggi. Dianjurkan melakukan kontrol rutin ke dokter dan pemeriksaan laboratorium serial apabila diperlukan. Jauh lebih baik bila sejak usia muda, kita sudah mengupayakan pencegahan penyakit.
- Konsumsi makanan bergizi seimbang.
Setiap orang dari berbagai golongan umur, bukan hanya lansia, hendaknya mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang. Yang dimaksud gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan ideal.
- Tidak merokok.
Peringatan bahaya merokok bagi kesehatan tampak jelas pada gambar mengerikan akibat merokok yang terdapat di kemasan rokok. Dalam rokok terdapat lebih dari 4.000 jenis bahan kimia berbahaya bagi kesehatan. Bahaya rokok bagi kesehatan bukan hanya mengancam si perokok itu sendiri, tetapi juga bagi perokok pasif (orang di sekitar si perokok yang tidak merokok dan terkena efek asap rokok). Salah satu bahaya rokok adalah serangan stroke, yang merupakan salah satu faktor risiko Demensia Alzheimer. Jadi, berhentilah merokok!
- Rutin olahraga.
Penelitian menemukan, tingkat kebugaran yang tinggi berhubungan dengan penurunan risiko Demensia. Seperti dilansir situs web Live Science (14/03/2018), sebuah studi baru dari Swedia menemukan, perempuan paruh baya di Swedia dengan dengan tingkat kebugaran kardiovaskular yang tinggi, hampir 90% lebih kecil untuk mengalami Demensia di kemudian hari, dibandingkan mereka yang memiliki tingkat kebugaran sedang. Temuan ini dipublikasikan pada 14 Maret 2018 di jurnal Neurology. Selain itu, tingkat kebugaran yang tinggi juga dapat menunda kemunculan Demensia hingga 11 tahun lebih lambat. Nah, Sobat Muda, sudahkah Anda berolahraga hari ini? Mulai sekarang, pastikan Anda rutin berolahraga.
- Lakukan stimulasi mental/kognitif.
Ada beragam kegiatan asah otak yang dapat dilakukan, baik bagi orang muda maupun lansia, seperti: membaca aktif, menulis, bermain pasel, bermain papan/kartu permainan, bermain musik, diskusi kelompok, membuat kerajinan tangan, dll. Semakin banyak kegiatan stimulasi yang dilakukan dapat menurunkan risiko kehilangan memori/ingatan hingga 30—50%. Sebaliknya, seseorang dengan kognitif pasif di usia tua berisiko 2,6 kali untuk terkena demensia dibandingkan seseorang dengan kognitif aktif.
- Lakukan aktivitas sosial.
Pencegahan penurunan fungsi kognitif di usia tua juga berkaitan dengan kegiatan sosial. Melakukan kegiatan spektrum luas yang mengandung lebih dari satu komponen (mental, fisik, sosial) lebih bermanfaat dibandingkan hanya terlibat pada satu jenis kegiatan saja. Ada banyak aktivitas sosial yang dapat kita lakukan, seperti: pergi jalan-jalan, nonton pertandingan olahraga, wisata kuliner, kerja sosial (volunteer work), mengunjungi saudara/teman, melakukan ibadah, berpartisipasi dalam kelompok, semisal komunitras Sahabat Lansia Tangguh, dll.
- Tidur cukup.
Orang dewasa yang tidak tidur nyenyak dapat berisiko lebih tinggi terhadap penyakit Alzheimer. Demikian hasil sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Neurology, seperti dilansir situs web Health (15/06/2018). Menurut para peneliti, masalah tidur kronis dapat menjadi tanda bahwa seseorang berisiko lebih tinggi untuk mengalami demensia di kemudian hari. Nah, apakah Anda sudah cukup tidur? Dilansir dari situs web National Sleep Foundation (02/02/2015), mereka yang berusia 65 tahun ke atas perlu tidur 7—8 jam per hari, sedangkan di bawah usia itu (18—64 tahun) adalah 7—9 jam per hari.
- Manajemen stres.
Stres memengaruhi sistem kekebalan tubuh, yang diketahui memainkan peran penting dalam perkembangan demensia. Stres juga terkait erat dengan kondisi depresi dan kecemasan, yang menurut para peneliti dari Alzheimer’s Society juga meningkatkan risiko demensia. Selain itu, para ilmuwan di Universitas Gothenburg di Swedia menemukan, mereka yang mengeluh stres secara berulang termasuk masalah iritasi, kecemasan atau gangguan tidur, juga dapat mengembangkan demensia di usia tua dibandingkan dengan mereka yang terbebas dari kekhawatiran tersebut. Itulah mengapa, diperlukan manajemen stres. Bila Anda merasa masalah yang dihadapi terlalu berat dan membutuhan bantuan, jangan sungkan untuk mendatangi ahlinya, seperti psikolog. *
Sumber:
- Sheila Agustini. “Kenali Faktor Risiko Demensia”. Slides Presentasi. Dalam: Talk Show Orang Muda Peduli Lansia di RS Mayapada Lebak Bulus Jakarta Selatan, 27 April 2019.
- Soekirman, Afriansyah N, Erikania J (ed). Sehat & Bugar Berkat Gizi Seimbang. Jakarta: PT Penerbitan Sarana Bobo, 2010.
- Depkes.go.id
- Hellosehat.com
- Halodoc.com
Foto:
Freepik.com