Bacalah sesuatu yang memang menjadi minat kita. Namun bukan sekadar membaca, melainkan juga direnungkan, dipikirkan, dan dianalisis.
dunialansia.com – “Siapa yang selalu atau yang suka membaca buku? Siapa yang suka SMS atau WA di HP? Siapa yang suka membaca koran atau majalah?” tanya Prof. (Em.) Dr. Saparinah Sadli kepada para pinisepuh yang bergabung dalam komunitas Sahabat Lansia Tangguh (SLT).
Komunitas SLT memang rutin bertemu setiap tiga pekan sekali dari pagi hingga siang di sebuah rumah di kawasan elite Jalan Adityawarman, Kebayoran Baru. Dalam pertemuan yang dipandu oleh psikolog Evita Djaman ini, para anggota komunitas SLT diajak menyanyi, melakukan senam otak, juga mendapatkan presentasi singkat yang temanya berbeda-beda.
Nah, pada hari itu, Kamis (25/04), Prof. Saparinah yang merupakan salah satu pendiri komunitas SLT, memberikan presentasi tentang “Membaca Aktif di Usia Lanjut”. Manfaat membaca untuk kesehatan fisik, mental/intelektual, serta emosional dan sosial, sudah dirasakan oleh Ibu Sap, panggilan akrabnya.
“Bacalah sesuatu yang memang menjadi minat kita dan membacanya harus secara aktif. Contoh, saya tertarik dengan perlindungan wanita dan anak. Kalau ada berita di koran yg berkaitan dengan anak dan perempuan, saya akan baca. Namun, tidak berhenti hanya sampai di situ. Bila ada sesuatu yang tidak dimengerti atau mau tahu lebih dalam, saya tidak sungkan untuk menelepon teman saya, atau bekas murid, atau staf saya yang masih aktif sekarang, untuk bertanya, mengapa sampai hal itu terjadi. Misalnya, angka korban, kok, terus bertambah, bukannya malah turun. Jadi membacanya bukan sekadar membaca, tetapi juga dianalisis, sehingga bisa bermanfaat untuk menstimulasi otak,” papar Ibu Sap.
MEMBACA JUGA MEMBUAT SEHAT FISIK
Dengan membaca aktif, lanjut perempuan yang tetap energik di usianya menjelang 93 tahun ini, akan merangsang pengembangan potensi kognitif (berpikir), emosional (bisa merasa puas karena tambah pengetahuan atau justru tidak puas), bahkan juga sosial (mendukung untuk berinteraksi dengan orang lain).
“Bersilaturahmi sering dianggap tidak penting, baik oleh diri sendiri si lansia maupun keluarganya atau lingkungannya. Padahal, menurut penelitian, silaturahmi itu yang paling penting di usia lanjut. Peran membaca paling sedikit bisa mendukung sosialisasi kalau membacanya aktif,” kata Ibu Sap yang tak pernah berhenti belajar dan membaca aktif adalah salah satu caranya.
Tak hanya itu. Dengan membaca, pengetahuan tentang ilmu kesehatan yang dimilikinya juga bertambah. Salah satunya, Ibu Sap jadi sangat menyukai sayur daun kelor. “Saya mengetahui manfaat daun kelor bagi kesehatan itu dari tulisan yang pernah saya baca,” akunya. Sampai-sampai, Ibu Sap menanam sendiri pohon kelor di rumahnya. “Saya sekarang kalau masak sayur bening lebih memilih daun kelor daripada bayam,” tambah Ibu Sap yang pernah berkuliah di Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada hingga meraih gelar Sarjana Muda (1953).
Karena itulah, Ibu Sap menyarankan lansia untuk memiliki kebiasaan membaca aktif. Apalagi Ibu Sap telah membuktikan “khasiat” dari membaca. Hingga kini di usianya yang sudah sangat lanjut, Ibu Sap masih tampak sehat, energik, bisa berpikir jernih, asyik diajak ngobrol, dan tetap aktif dalam berbagai aktivitas, semisal di Kajian Wanita UI, Yayasan Kesehatan Perempuan (YKP), dan Dewan Guru Besar UI. (*)
Foto: thejakartapost.com