CERMATI 13 TANDA AWAL PENYAKIT PARKINSON

CERMATI 13 TANDA AWAL PENYAKIT PARKINSON

Gejala penyakit Parkinson biasanya berkembang perlahan selama bertahun-tahun. Pada awalnya, gejala-gejala tersebut tidak kentara sehingga dapat terlewatkan begitu saja.

Dunialansia.com – Sahabat Lansia, setiap tahun pada 11 April, kita memperingati World Parkinson’s Day atau Hari Parkinson Sedunia. Peringatan Hari Parkinson Sedunia bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang penyakit ini.

Penyakit Parkinson adalah kelainan sistem saraf yang menyerang sekitar satu persen orang berusia 65 ke atas. Gejala khas penyakit ini adalah tremor dan gerakan yang lambat serta kaku.

Gejala biasanya berkembang perlahan selama beberapa tahun. Gejala-gejala tersebut mungkin tidak kentara pada awalnya, sehingga tanda-tanda awal mudah terlewatkan. Oleh karena itu, sangat penting untuk mencermati tanda-tanda awal penyakit Parkinson.

  1. Tremor

Banyak ahli kesehatan menganggap tremor sebagai karakteristik utama penyakit Parkinson. Tremor melibatkan kedutan atau gemetar terus-menerus pada tangan, kaki, atau dagu.

Tremor yang berhubungan dengan penyakit Parkinson disebut “rest tremors”. Artinya, tremor berhenti ketika seseorang menggunakan bagian tubuh yang terkena.

Saat pertama kali muncul, tremor sangat halus. Pada tahap ini, hanya individu bersangkutanlah yang menyadarinya. Tremor secara bertahap akan memburuk seiring perkembangan penyakit.

Biasanya tremor muncul pada satu sisi tubuh, kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya.

 

  1. Kesulitan berjalan.

Perubahan pada pola berjalan, seperti berjalan lambat atau menyeret kaki saat berjalan atau berjalan terseok-seok.

Mungkin juga berjalan dengan kecepatan tidak teratur, tiba-tiba berjalan lebih cepat atau lebih lambat, atau mengubah panjang langkahnya.

  1. Tulisan tangan yang sempit atau kecil.

Tulisan tangan yang kecil atau sempit secara abnormal disebut mikrografia. Dokter mengasosiasikan mikrografia dengan kondisi medis yang memengaruhi sistem saraf atau gangguan neurodegeneratif, seperti penyakit Parkinson.

  1. Kehilangan penciuman.

Kehilangan kemampuan mencium atau hiposmia adalah gejala yang relatif umum, memengaruhi 70—90 persen penderita penyakit Parkinson. Hiposmia dapat muncul beberapa tahun sebelum penyakit ini memengaruhi pergerakan.

Orang yang mengalami hiposmia sebagai gejala penyakit Parkinson dapat mengalami:

  • indera penciuman yang tumpul;
  • kesulitan mendeteksi bau;
  • kesulitan mengidentifikasi bau; dan
  • kesulitan membedakan bau.

Namun, mengalami hiposmia tidak selalu berarti seseorang menderita penyakit Parkinson. Indera penciuman dapat berubah karena berbagai alasan, seperti usia, merokok, atau paparan bahan kimia yang keras.

Hiposmia juga merupakan gejala kondisi medis lainnya, termasuk penyakit Alzheimer dan Huntington.

  1. Masalah tidur.

Penyakit Parkinson dapat sangat memengaruhi kemampuan seseorang untuk tidur. Orang yang menderita penyakit Parkinson mungkin mengalami berbagai gejala yang berhubungan dengan tidur, termasuk:

  • Insomnia
  • Kelelahan siang hari yang berlebihan
  • Narkolepsi
  • Sleep apnea.
  • Mimpi buruk.
  • Gerakan yang tidak terkontrol atau sporadis saat tidur.
  1. Keseimbangan yang buruk.

Penyakit Parkinson secara khusus menargetkan sel-sel saraf ganglia basal yang mengontrol keseimbangan dan fleksibilitas. Kerusakan apa pun pada saraf ini dapat mengganggu keseimbangan seseorang.

  1. Bradikinesia (kelambatan atau tidaknya gerakan).

Bradikinesia menimbulkan berbagai gejala, seperti kekakuan pada anggota tubuh dan gerakan yang lambat. Orang yang mengalami bradikinesia mungkin berjalan lebih lambat atau kesulitan memulai suatu gerakan.

Beberapa orang yang mengalami gejala ini dapat salah mengartikannya sebagai kelemahan otot. Namun, gejala ini tidak memengaruhi kekuatan otot.

 

  1. Facial masking.

Ekspresi wajah melibatkan banyak gerakan otot yang halus dan kompleks. Orang dengan penyakit Parkinson sering kali mengalami penurunan kemampuan dalam membuat ekspresi wajah, disebut facial masking.

Facial masking berhubungan dengan bradikinesia. Otot-otot wajah bergerak lebih lambat atau kaku dari biasanya. Orang yang mengalami facial masking dapat terlihat seperti tidak memiliki emosi, meskipun kemampuan mereka untuk merasakan emosi tidak terganggu. Hal ini dapat membuatnya kesulitan berkomunikasi dengan orang lain.

Facial masking juga dapat menyebabkan seseorang mengedipkan matanya lebih lambat.

  1. Perubahan vokal.

Perubahan vokal dapat berupa berbicara dengan nada yang lebih lembut, bisa juga  mulai berbicara dengan volume yang biasa tetapi kemudian suaranya menjadi lebih lembut atau malah menghilang.

Dalam kasus lain, seseorang mungkin kehilangan variasi volume dan nada suaranya yang biasa, sehingga suaranya tampak monoton.

  1. Postur tubuh membungkuk.

Postur tubuh yang membungkuk ke depan membuat orang dengan Parkinson tampak bungkuk. Mereka mungkin melihat perubahan pada postur tubuh karena gejala penyakit lain, seperti kekakuan otot.

  1. Sembelit

Sembelit atau konstipasi adalah salah satu gejala non-motorik paling umum yang terkait dengan penyakit Parkinson. Hampir 25 persen orang dengan kondisi ini mengalami sembelit sebelum mengalami gejala motorik.

  1. Penurunan berat badan.

Orang dengan penyakit Parkinson dapat mengalami penurunan berat badan ringan hingga sedang karena beberapa alasan.

Tremor dan gejala motorik lain yang berhubungan dengan Parkinson dapat meningkatkan kebutuhan energi alami tubuh. Gejala non-motorik, seperti hilangnya penciuman, depresi, atau masalah pencernaan, dapat menyebabkan orang makan lebih sedikit, yang dapat mengakibatkan penurunan berat badan.

  1. Gejala psikologis.

Penyakit Parkinson dapat sangat memengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang. Penyakit ini menurunkan kadar dopamin alami dalam tubuh, yang dapat menyebabkan perubahan suasana hati dan perilaku.

Beberapa gejala psikologis yang terkait dengan penyakit Parkinson antara lain:

  • Depresi
  • Kecemasan
  • Psikosis
  • Demensia
  • Kebingungan
  • Kesulitan membuat rencana atau tetap terorganisir.
  • Berkurangnya kemampuan pemecahan masalah.

Berbicara dengan terapis dapat membantu mengatasi perubahan emosional yang disebabkan oleh penyakit Parkinson.

Sahabat Lansia, memiliki gejala-gejala tersebut tidak selalu berarti seseorang menderita penyakit Parkinson. Namun, bagi mereka yang berusia di atas 60 sebaiknya  berkonsultasi dengan dokter jika mengalami salah satu gejala tersebut.

Pasalnya,  penyakit Parkinson sulit didiagnosis, terutama pada stadium awal, karena gejalanya lebih halus dan sporadis. Diagnosis dini mengarah pada pengobatan dini, yang dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang secara keseluruhan. (*)

Sumber:
Medical News Today
Foto:
Freepik

 

 

Sahabat Lansia, situs dunialansia.com bukan merupakan praktik konsultasi medis, diagnosis, ataupun pengobatan. Informasi di situs ini tidak boleh digunakan sebagai pengganti konsultasi atau saran medis profesional. Bila Sahabat Lansia memiliki masalah kesehatan atau penyakit tertentu atau kebutuhan medis yang spesifik, konsultasikan dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan profesional.
Yuk, berbagi artikel ini agar manfaatnya dirasakan oleh banyak orang.