APA ITU OSTEOPENIA? TIDAK BERGEJALA, KENALI PENYEBAB DAN FAKTOR RISIKONYA

APA ITU OSTEOPENIA? TIDAK BERGEJALA, KENALI PENYEBAB DAN FAKTOR RISIKONYA

Hampir semua orang yang berusia di atas 50 berisiko mengalami osteopenia. Kondisi ini dipicu oleh hilangnya kepadatan tulang terkait usia, yang diperburuk oleh kondisi kesehatan tertentu, obat-obatan, dan faktor gaya hidup.

Dunialansia.com – Sahabat Lansia, pernahkah kamu mendengar tentang “osteopenia”? Terdengar sangat mirip dengan “osteoporosis”, ya. Keduanya memang sama-sama berkaitan dengan tulang, tetapi kondisi mereka berbeda.

Osteopenia adalah kondisi tulang yang melemah akibat berkurangnya kepadatan tulang. Pada tingkat tertentu, ini adalah bagian alami dari penuaan. Hampir semua orang yang berusia di atas 50 berisiko mengalami osteopenia.

Lantas, apa perbedaannya dengan osteoporosis?

Bedanya, penurunan kepadatan tulang ini tidak terlalu serius, tidak seperti osteoporosis yang membuat tulang jadi mudah patah. Oleh karena itu, osteopenia lebih mudah diatasi dan dikelola.

Osteopenia selalu terjadi sebelum osteoporosis, tetapi tidak selalu menjadi osteoporosis. Jika ditemukan sejak dini, pasien memiliki peluang besar untuk menghentikannya. Diet, olahraga, dan terkadang pengobatan dapat membantu menjaga tulang tetap padat dan kuat selama beberapa dekade.

PENYEBAB DAN FAKTOR RISIKO OSTEOPENIA

Hilangnya kepadatan tulang yang secara alami terjadi seiring bertambahnya usia dapat memburuk karena faktor kesehatan dan gaya hidup tertentu. Hampir semua orang yang berusia di atas 50 dapat mengalami osteopenia.

Penyebab dan faktor risiko osteopenia sangat mirip dengan osteoporosis. Beberapa hal, seperti jenis kelamin, etnis, dan usia, berada di luar kendali kita. Wanita kulit putih non-Hispanik dan Asia adalah kelompok yang paling mungkin mengalami kondisi ini.

Wanita lebih berisiko mengalami osteopenia karena memiliki massa tulang yang lebih rendah daripada pria. Wanita juga hidup lebih lama, yang berarti tulang mereka semakin menua dan mereka biasanya tidak mendapatkan kalsium sebanyak pria. Kalsium adalah kunci untuk menjaga kesehatan tulang.

Perubahan hormon yang terjadi saat menopause juga meningkatkan kemungkinan terjadinya osteopenia pada wanita. Pada pria dengan kadar testosteron lebih rendah juga memiliki peluang lebih tinggi untuk terkena osteopenia.

Penyebab lain dan faktor risiko osteopenia meliputi:

# Memiliki kondisi medis. Mereka yang menderita diabetes, penyakit celiac, masalah tiroid, atau masalah autoimun lainnya, berisiko lebih tinggi terkena osteopenia.

# Obat resep. Obat resep tertentu, seperti steroid atau obat antikanker tertentu, dapat menyebabkan penurunan kepadatan tulang.

# Gangguan makan, seperti anoreksia dan bulimia, dapat membuat tubuh kekurangan nutrisi yang dibutuhkan untuk menjaga kekuatan tulang.

# Gaya hidup. Masalah pola makan, kurang olahraga, dan kebiasaan tidak sehat dapat berkontribusi terhadap osteopenia.

  • Pola makan. Tidak mendapatkan cukup kalsium dan vitamin D dapat melemahkan tulang.
  • Terlalu banyak alkohol. Ini mencegah tubuh menyerap nutrisi penting termasuk kalsium.
  • Merokok. Seperti alkohol, merokok mengganggu penyerapan kalsium dan juga dapat mempercepat pengeroposan tulang.
  • Kurang berolahraga, terutama latihan kekuatan.

TIDAK BERGEJALA

Osteopenia sulit dikenali karena umumnya tidak menunjukkan gejala apa pun. Kebanyakan orang tidak menyadari bahwa mereka memiliki kepadatan tulang yang rendah hingga mereka mengalami patah tulang. Ini berarti, osteopenia yang mereka alami telah berkembang menjadi osteoporosis.

Itu sebab, dokter merekomendasikan pemindaian DXA (tes kepadatan mineral tulang) bagi pasien yang memenuhi kriteria pemeriksaan tertentu. Tes yang mudah, tergolong murah, dan tidak menimbulkan rasa sakit ini, mengukur kandungan mineral pada tulang—biasanya di pinggul, tulang belakang, dan pergelangan tangan. Hal ini membantu mengidentifikasi perubahan dini sebelum menjadi masalah.

National Osteoporosis Foundation merekomendasikan tes ini bagi individu yang  memenuhi salah satu hal berikut:

  • Wanita berusia 65 ke atas.
  • Wanita pascamenopause berusia 50 ke atas.
  • Wanita dalam usia menopause dan memiliki kemungkinan besar mengalami patah tulang karena adanya faktor risiko lain.
  • Wanita yang telah mengalami menopause, berusia kurang dari 65, dan memiliki faktor risiko lain yang meningkatkan peluang terkena osteopenia.
  • Pria berusia di atas 65 dengan faktor risiko.
  • Mengalami patah tulang setelah usia 50 tanpa trauma yang berarti (dikenal sebagai patah tulang kerapuhan).

Sumber:
NCOA
WebMD
Foto:
Freepik

 

 

Sahabat Lansia, situs dunialansia.com bukan merupakan praktik konsultasi medis, diagnosis, ataupun pengobatan. Informasi di situs ini tidak boleh digunakan sebagai pengganti konsultasi atau saran medis profesional. Bila Sahabat Lansia memiliki masalah kesehatan atau penyakit tertentu atau kebutuhan medis yang spesifik, konsultasikan dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan profesional.
Yuk, berbagi artikel ini agar manfaatnya dirasakan oleh banyak orang.